Translate

Minggu, 31 Agustus 2014

33 Kiat Menggapai Ketenangan Jiwa



Situasi kesehatan jiwa saat ini ,sebagaimana dinyatakan oleh badan Kesehatan Dunia ( WHO) ,merupakan krisis yang tidak terungkap yang akan semakin buruk di masa-masa yang akan datang.
Di zaman maju ini,betapa banyak orang menderita ketegangan, kecemasan, panik, depresi, tidak puas, disharmoni, gelisah,kecewa,curiga berlebihan, dan lainnya sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang mengganggu jiwa atau batinnya. Dengan kenyataan ini, ketenangan jiwa semakin mahal harganya dan akan semakin didamba banyak orang.
Dulu, ada pepatah : “Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat (men sana in corpora sano),” kini  justru dipercaya kebalikannya, bahwa “ dalam jiwa yang sehat terdapat tubuh yang sehat,” karena ternyata banyak orang yang tubuhnya segar bugar tapi jiwanya sakit, sementara ada orang yang meski tubunya sakit tapi jiwanya tetap sehat.
Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt. merupakan modal utama mencapai dan menjaga kesehatan jiwa. Penelitian menunjukkan masyarakat yang religius lebih kecil resiko terkena gangguan kejiwaan di banding mereka yang tidak religius dalam kehidupan sehari-harinya.
Berikut ini adalah kiat-kiat untuk menggapai ketenangan jiwa sebagaimana diajarkan atau disemangati oleh agama kita, Islam, yang bersumber dari al Qur’an dan hadits Nabi saw. Dalil-dalilnya terpaksa tidak kami tulis demi kepraktisan.

UMUM

1.       Tidak memaksakan diri diluar batas kemampuan.tidak ada “ takalluf “ ( pemaksaan diri ) dalam agama Islam.Islam justru menyeru bermadya ( al-qosda); berlaku sedang, tengah, dan wajar.
2.       Menghindari dosa. Pelanggaran terhadap aturan agama atau dosa memberikan pengaruh yang tidak baik pada jiwa. Dosa menjadikan kita tidak tenang, takut, dan was-was. Kita takut dosa itu diketahui orang lain.
3.       Dzikir, mengingat Allah swt. Ia menumbuhkan keyakinan diri, mendekatkan komunikasi diri kepada Allah swt., dan menjadikan hati tidak kering. Dzikir bisa berupa sholat, ( paling tidak sholat lima waktu, apalagi bila ditambah tahajjud ), membaca al-Qur’an, membaca doa-doa, dan sebagainya.
4.       Melihat,membaca, menyimak, dan memperhatikan perilaku atau sejarah keteladanan orang-orang shaleh. Pepatah mengatakan, “ saat orang-orang shaleh dituturkan, turunlah rahmat-rahmat.”
5.       Ringan tangan, suka menolong, dan demawan ( sakho’). Tidak melihat diri. Tidak melihat apa yang dia keluarkan bagi orang lain. Bermanfaat bagi orang banyak.
6.       Lapang dada ( salamatus sadhri ). Hatinya dijauhkan dari dengki, iri hati, dendam, takabur, prasangka buruk, dan semacamnya.
7.       Menasehati khalayak ( an-nushu lil ummah ) atau berdakwah atau ta’lim. Alangkah bahagia melihat ilmu yang kita berikan diterima dan diamalkan orang lain. Orang-orang awam menjadi lepas dari kebodohannya. Dikatakan, “ amal yang menyebar manfaatnya kepada khalayak lebih utama daripada amal yang manfaatnya terbatas pada diri sendiri.”
8.       Berlaku santun ( al-hilmu ) dan tidak tergesa-gesa ( al-anah ). Teburu-buru dan reaktif terhadap situasi yang mengelilinginya merupakan tanda ketidak tenangan jiwa. Dengan berfikir jernih, terencana, dan tidak gegabah, jiwa menjadi tenang.
9.       Puasa dalam arti khusus maupun puasa dalam arti umum yaitu menahan diri ( imsak ). Puasa bisa menstabilkan jiwa. Para ulama memaknai sabar dalam al-Qur’an sebagai puasa.

TERKAIT DENGAN KEILMUAN

10.   Menambah ilmu. Wawasan menjadi luas, tidak berpikiran sempit. Kapan dan dimana pun kita adalah tholib ( pencari ilmu ). Tidak meras puas diri ibarat merasa besar di dalam akuarium kecil. Di atas orang yang alim ada yang lebih alim lagi. Betapa tinggi ilmu Nabi Musa as., namun Allah swt, memerintahkannya tetap memburu ilmu dari Nabi Khidlir as.
11.   Memahkotai ilmu yang di miliki dengan akhlak tepuji, meliputi makrifat ( kesadaran ), tawadhu’ ( kerendahan hati ), amal, dan taqwa. Ilmu tidak akan bermanfaat dengan sendirinya. Orang yang berilmu harus sadar diri. Ikhlash. Berilmu tapi sombong dibenci masyarakat. Ilmu tanpa amal, jiwa terasa dikejar-kejar.Dan seandainya ilmu menjadi baik tanpa taqwa, maka makhluk termulia di bumi adalah Iblis.

TERKAIT DENGAN KEKAYAAN / MATERI

12.   Melihat kepada orang/ tingkatan yang berada di bawahnyA.
13.   Menyadari kekayaan yang hakiki dan atau tempat kembali yang hakiki, bahwa harta yang kita makan akan menjadi kotoran dan yang kita pakai akan menjadi rusak,dan begitu kita mati, itu semua menjadi milik ahli waris, sementara yang kekal adalah sedikit harta yang kita sedekahkan untuk perjuangan/ dhuafa’.
14.   Ridho dan puas terhadap pembagian yang diterimannya. Apa yang ada ini dinikmati.

TERKAIT DENGAN UJIAN

15.   Sabar dan tegar menerima ujian, karena semua telah diatur oleh Allah swt.
16.   Ihtisab, yakni mengharap pahala dari Allah swt, atas musibah yang menimpanya.
17.   Menyakini di balik ujian anda pelajari ( hikmah ) dan setelah kesusahan pasti ada kegembiraan.

TERKAIT DENGAN KEHIDUPAN BERUMAH TANGGA

18.   Suami tasamuh ( toleran ) terhadap isteri
19.   Suami taghoful ( melupakan perangai isteri yang tidak disukai) karena dibalik satu hal yang tidak dia sukai masih begitu banyak hal yang dia sukai dari isterinya.
20.   Suami memenuhi hak-hak isteri.
21.   Suami tabah,sabar, dan tahan atas gangguan dari isterinya.
22.   Suami mendidik dan membimbing isteri dengan baik dan lembut, sebab bila pendidikan dilakukan dengan keras niscaya terjadi cerai, sedangkan bila tidak dididik atau dibiarkan sama sekali,isteri akan tetap pada kebengkokannya
23.   Isteri patuh pada suami.
24.   Isteri tidak banyak bicara.
25.   Isteri tekun beribadah.
26.   Isteri menjaga kehormatan dirinya, memelihara kehormatan suami dan hartanya, serta menjaga anak-anaknya.

TERAIT DENGAN KEHIDUPAN BERJAMAAH

27.   Hidup berjamaah dengan suatu misi kebenaran  yang mengikatnya.Indah.Penelitian menyatakan hidup mengisolir diri atau individual  adalah sumber berbagai penyakit kejiwaan. Di setiap jamaah manapun pasti ada konflik. Tapi bila kita pandai mensikapinya, itu akan membuat kita dewasa dan matang. “ seburuk-buruk kehidupan berjamaah lebih baik daripada hidup sendrian”.
28.   Taat pada Murabbi sekaligus pada sistem yang dibina olehnya.Kita bergaul dengan orang-orang yang jujur. Kita mempunyai pembibing. Ada yang meningkatkan begitu kita teledor dan menyimpang. Perhatikanlah orang yang tidak patuh pada komondan/komando, jauh dari murobbi, jiwanya bisa goncang.
29.   Silaturrahim. Memperbanyak teman, melenyapkan permusuhan.
30.   Menghilangkan ghill dan mengedepankan husnuddzon kepada sesama jamaah. Kedengkian dan prasangka buruk adalah belengu dalam jiwa.

UMUM

31.   Tafakkur dan tadabbur alam dalam rangka menyegarkan jiwa yang lelah (refreshing).
32.   Istiqomah dalam arti ulet, tekun, konsisten, teguh memegang prinsip, dan bersungguah-sungguh. Tanguh.
33.   Optimis. Percaya diri. Tidak berputus asa. Patang menyerah. Ibarat dian (pelita) yang  tak kunjung padam. Tentu,setelah kiat-kiat tersebut di atas dilaksanakan. Sebab, optimisme tanpa kerja keras tak ubahnya mimpi.


Wallahu subhanahu wata’ala a’lam


Tidak ada komentar: