Translate

Sabtu, 11 Juli 2020

MAKNA SYARIAT, THORIQOT, HAQIQOT

 

الحمدلله الذي شرّح صُدُوْرَ المُؤْمِنِيْنَ لِطَاعَتِه، وهَدَاهُمْ اِلَى تَحْكِيْمِ كِتَابِه والعَمْلِ بِه، نَحْمَدُهُ ونَسْتَعِيْنُه ونَسْتَغْفِرُه, ونَعُوْذ ُبِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا ومِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِى اللهُ فلا مُضِلَّ لَه، ومَن يُضْلِلْ فلا هادِىَ لَه، أشهد أن لا إلهَ إلاّ الله وَحدَهُ لا شَرِيكَ لَه، وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله لانبيَ بعده.

أللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد. أَمَّا بَعْدُ : فَياَ أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ اتَّقُوا الله مَااسْتَطَعْتُمْ,اتَّقُواالله لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.

قاَلَ الله تَعَالَى: قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ.

وقاَلَ تَعَالَى أيضاً: ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الأمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ.

 

v     Hadirin Jama’ah Jum’ah hafidhokumuLLOH,

Pada kesempatan yang penuh makna ini, dari atas mimbar ini saya mengajak hadirin sekalian, marilah kita meningkatkan Iman, amal dengan terus melakukan introsfeksi, sebagai sarana menjaga ketaqwaan kita kepada Allah; menghisab diri sendiri sebelum dihisab dihadapan Alloh , apakah selama ini perbuatan kita sudah sejalan dengan tatanan-tatanan agama atau justru jauh dari ketetapan agama, jauh dari syari’ah agama , dalam hal ini introsfeksi sangatlah peting, karna baik dan tidaknya hati seseorang, terkait dengan sering dan tidaknya mereka melakukan introsfeksi.

Jika manusia menginginkan hidup bahagia di dunia dan akhirat, maka dia harus bertakwa kepada Allah Swt, dengan menjalankan perintah-Nya dan menjahui segala larangan-Nya, karena takwa merupakan modal utama seorang muslim, untuk meraih kebahagiaan dan sekaligus sebagai sarana untuk menjaga diri dari keburukan, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ

“Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah.” (QS. An Nisa: 131)

v     Hadirin Jama’ah Jum’ah hafidhokumuLLOH,

Untuk dapat menjaga agar nilai ketakwaan kepada Allah Swt senantiasa menghiasi diri dan supaya bisa wushul kepada-Nya, bisa sampai kepada-Nya, maka manusia harus mampu menjalankan 3 (tiga) mata rantai yang ketiga-tiganya saling berkait, yaitu; syari’at, thaliqah, haqiqoh.

Syari’at adalah mengambil, melaksanakan atau berpegang teguh pada tali agama Allah, dengan menjalankan perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya, menjalankan segala aturan dan ketentuan agama, baik yang berhubungan langsung dengan  Allah (Ubudiyah), seperti aturan tentang shalat, puasa, haji, atau yang berkaitan dengan kepentingan sesama manusia (mua’amalah), seperti jual beli, atau hal-hal yang berhubungan dengan hukum pernikahan (munakahah).

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الأمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ.

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (yaitu peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (QS. Al Jatsiyah:18)

Sedangkan Thariqat, adalah menjalankan syari’at agama dengan penuh waspada dan kehati-hatian. Diantara sikap sangat waspada dan berhati-hati dalam menjalankan agama adalah berlaku wira’i (menjahui hal yang syubhat), dan menambahi dengan amalan-amalan berat yang berlawanan dengan keinginan hawa nafsu (riyadhoh), seperti mengurangi tidur malam, mengurangi makan dan minum, mengurangi pergaulan dan pembicaraan yang tidak bermanfaat. Sebaliknya juga hendaknya memperbanyak shalat – puasa sunah dan lain sebagainya. Ulama mendifinisikan riyadhoh sebagai berikut:

الرِياضَةُ هِيَ حَمْلُ النَّفْسِ على الأعمالِ الَّتي يَقْتَضِيها الخُلُقُ المَطْلُوبُ كالسَّهَرِ والجوعِ والزُّهْدِ والصِّدْقِ والعُزْلَةِ وتَرْكِ الـمُشْتَهِياتِ وغَيرِها مِمَّا يُقَرِّبُ إلى الله سبحانه وتعالى.

”Ar-Riyadhoh adalah mendorong nafsu untuk melakukan amal-amal yang dituntut oleh akhlak yang luhur. Seperti: bangun pada waktu malam hari, mampu menahan lapar, zuhud, jujur, uzlah (mengasingkan diri dari keramaian), meninggalkan sesuatu yang di-ingini nafsu dan lain dari itu semua, yaitu semua sifat dan perilaku yang dapat mendekatkan diri pada Allah Swt.”

v     Hadirin Jama’ah Jum’ah hafidhokumuLLOH,

Yang perlu dicermati, tidaklah musti melakukan thariqoh itu harus masuk pada kelompok thariqot yang sudah terlembagakan, seperti yang ada di indonesia ini. Menjalani thariqat itu memang adakalanya dengan masuk menjadi anggota kelompok thariqah tertentu, thariqah mu’tabarah yang jumlahnya mencapai 44 thariqah, salah satunya seperti, thariqah Qodiriyyah, Syadziliyyah, Naqsyabandiyyah, Alawiyyah, atau Tijani misalnya. Artinya kelakuan tirakat atau ibadahnya itu mengikuti tata cara yang dilakukan oleh pendiri thariqah tersebut, yang bersambung langsung pada gurunya hingga sampai pada Rasulullah. Mulai dari tata cara berdzikir, bacaan aurad, sampai model qiyamul-lail nya. Jadi masing-masing kelompok thariqah memiliki gaya dan ciri khas yang berbeda.

Namun adakalannya juga, menjalani sebuah thariqat tidak harus dengan menjadi jama’ah thariqat tertentu, tetapi dengan cara melaksanakan syari’at dengan hati-hati dan menambahi amalan-amalan berat yang berlawanan dengan keinginan nafsu, itu sudah dinamakan bertarikat.

Diantara thariqah yang dilakukan ulama-ulama dahulu adalah seperti menjadi pendidik (murabbi), menjadi pemimpin negara yang senantiasa ingin mensejahterakan rakyatnya, menuntut ilmu sebagai warisan Nabi, memperbanyak puasa atau shalat sunnah, qiyamul-lail, bersedekah, qira’atul Qur’an, memperbanyak bacaan shalawat Nabi atau aurat, dan lain sebagainya, itu adalah thariqah juga, jalan menuju Allah juga. Tapi yang perlu diantisipasi adalah meski sudah menjadi jama’ah dari kelompok thariqat tertentu, menjadi pendidik atau telah menjalani ibadah qiyamul-lail secara istiqamah, bertahun-tahun menjalankan puasa sunnah, namun jika ternyata masih juga tidak bisa menghindari perkara syubhat, maka berarti masih belum menjalani thariqat yang sebenarnya.

Oleh karena jalan (thariqat) menuju Allah itu sangat luas, banyak dan berbeda-beda, maka masing-masing ahli tasawuf (Sufi) mempunyai thariqat yang dipilih untuk bisa wushul kepada Allah, sebagai mana imam Al Ghazali memilih thariqah lewat jalur pendidikan, sedangkan Syech Abdul Qodir Al Jilani berkata: “Saya dapat wushul kepada Allah Swt bukan karena shalat di malam hari dan puasa di siang hari, akan tetapi saya bisa wushul pada Allah berkat sifat dermawan, merendah diri dan hati yang bersih.

وَلِكُلِّ واحِدِهم طَرِيْقٌ مِنْ طُرُقْ   .   يَخْتَارُهُ فَيَكونُ مِنْ ذا وَاصِلاَ

“Dan bagi salah satu dari mereka (orang sufi) adalah mempunyai thariqah dari macam-macam thariqah yang dipilihnya, maka ia akan wushul kepada Allah Swt dari thariqah tersebut.”

Itu adalah thoriqah ulama dahulu, jalan mereka mendekatkan diri pada Allah, mereka memilih dan meng-istiqomahkan perbuatan-perbuatan yang bisa mendekatkan pada Allah, amalan yang bisa membuat senang Allah, sikap yang bisa membuat Allah ridha.

v     Hadirin Jama’ah Jum’ah hafidhokumuLLOH,

Sedangkan Hakikat adalah wusul (sampainya) seorang hamba pada derajat ma’rifat kepada Allah Swt (ma’rifatullah) dan menyaksikan nur tajalli. Artinya; Hakikat atau ma’rifat adalah buah dari perjalanan spiritual seorang hamba dalam menjalani syari’at dengan sungguh-sungguh dan kehati-hatian. Hakitat atau ma’rifat bukanlah ilmu atau metode, tapi hasil atau buah dari kesungguhan seseorang menjalankan syari’at dan adab-adabnya.

Ketiga hal di atas (Syari’ah, Thariqah, Haqiqah) adalah satu mata rantai yang saling mengikat, satu kesatuan yang tak terpisahkan, untuk dijadikan tuntunan bagi seorang hamba yang meniti jalan akhirat (salikul akhirah).

Syech Zainuddin bin ’Ali Al Ma’bari Al Malibari dalam kitabnya Hidayyatul-Adzkiya’ menggambarkan:

فَشرِيعةٌ كَسَفِينَةٍ وطَرِيْقَةٌ    .    كالبَحْرِ ثُمَّ حَقِيقَةٌ دُرٌّ غَلاَ

“Syari’at itu ibarat perahu, thariqat bagaikan laut dan hakitat laksana mutiara yang mahal harganya”

Artinya, jika seseorang ingin mendapatkan mutiara yang ada di dasar laut, maka mau tidak mau, suka tidak suka, dia harus naik kapal atau perahu terlebih dahulu, lalu menyelam dan mengambil mutiaranya. Demikin pula halnya, jika seseorang ingin wusul kepada Allah, sampai kepada Allah (Hakikat), maka terlebih dahulu, dia harus menjalani syari’at dan thariqat – menjalankan Syari’at beserta adab-adabnya. Tanpa kedua-nya seseorang tidak akan dapat mencapai derajat hakitat / ma’rifat.

Seorang mu’min meski ia telah sampai pada derajat hakikat dan masuk golongan kekasih Allah (wali Allah), Dia tidak akan bisa lepas dari kewajiban melaksanakan syari’at. Maka tidak dibenarkan jika ada seseorang meninggalkan syari’at dengan dalih dia sudah mencapai tingkat ma’rifat, ahli thariqah tingkat tinggi, janganlah gara-gara masuk thariqah tertentu lalu syari’at terabaikan, syari’at tidak diperhatikan, ini tidak bener. Jangankan seorang wali, seorang Nabi pun masih tetap berkewajiban menjalankan syari’at, bahkan Rasulullah sendiri masih menambahinya dengan amalan-amalan sunnah.

عَن عائِشةَ رضِيَ الله عنها، أنَّ نبِيَّ صلَّى الله عليه وسلَّم كانَ يَقومُ مِنَ اللَيلِ تَتَفَطَّرَ قَدَماهُ ، فقالَتْ عائشة: لِما تَصْنَعُ هذا يا رسولَ اللهِ ؟ وقَدْ غَفَرَ اللهُ لكَ ما تَقَدَّم مِن ذَنْبِكَ وما تَأخَّرَ. قالَ أفَلا أُحِبُّ أنْ أكُونَ عَبْداً شَكوراً  ؟.

“Sesungguhnya Nabi Muhammad saw shalat malam sehingga kedua telapak kakinya bengkak. Sayyidatina ‘Aisyah berkata, “Mengapa engkau melakukan ini wahai Rasulullah..? padahal Allah telah mengampuni dosa-dosa engkau, baik yang telah lewat maupun yang akan datang.” Nabi menjawab “Apakah tidak boleh aku menjadi hamba yang pandai bersyukur..? ”.

v     Hadirin Jama’ah Jum’ah hafidhokumuLLOH,

Demikianlah pengertihan mengenai thariqah dan Haqiqoh yang sedang berkembang, dan sering diperbincangkan di masyarakat kita selama ini. Baik di dunia maya maupun dunia nyata.

Dan semoga Allah memberikan keberkahan buat Bangsa ini, menjaga keutuhan bangsa ini, agar bisa saling menghormati antar golongan, satu sama yang lain, meningkatkan kwalitas ibadahnya, kwalitas hidupnya, serta mampu mengejar ketinggalan-nya, Amin Yaa Robbal’aalamiin.

وَالْعَصْرِ. إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ .

بارَك اللهُ لىِ ولكُم ونفَعَنِيَ اللهُ وإياكم بهُدَي كتابِه, أقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العظيم لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ من كلِّ ذنبٍ فاسْتَغْفِرُوه إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم .

 

الخطبة الثانية

الحمدُ للهِ مالِكِ الـمُلْكِ وَ هُوَ عَلَي كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، و أشهدُ أنْ لا إله إلا لله وَحْدَه لا شَريكَ له، وَ أشهد أنَّ سيدَنا محمداً عبدُه وَ رَسولُه، أفضَلُ بَشِيرٍ وَ خَيْرُ نَذِيْرٍ. اللَّهُمَّ صَلِّ وسلِّم علي عبدِك وَ رسولِك محمّدٍ وَ عَلَي ألِه و صَحْبِه أجمعين، أمابعد.

فياعبادَ الله ، نُقِل عن بعضِ العارفين بالله قولُه : إنَّ الكَيِّسَ – الفَطِنَ الذَكِيَّ – مَن لا تَزِيْدُه النِعَمُ إلاَّ إنكِسَاراً وَ ذُلاًّ وَ تَوَاضُعاً وَ مَحبّةً للمُنعِم ، وَ كُلَّمَا جَدَّد له نِعْمَة أحدَث لها عُبودِيةً وَ خُضوعاً، فكونوا يا عبادَ الله مِمَّن لا تَزيده النِعَمُ إلاَّ طاعةً لله ، وَ إقبالاً عليه وَ تَوَجُّها إليه ، وَ لَا تكونوا مِمَّنْ أبْطَرَته النِّعمَةُ ، وَ اتَّبَعَ هَوَاهُ فَكانَ مِنَ اْلغَاوِيْن .

وَ صَلُّوا علي رَسُولِ رَبِّ العالمين، سيدِنا محمدٍ النبيِّ اْلأمِين فَقَدْ أمَركم الله بذلك في كتابهِ الـمُبِين ( انّ الله وَ مَلآئِكتَهُ  يُصَلّون علي النبي  يا اَيُّهَا  الَّذِين آمنوا  صلُّوا  عليه  وسلِّموا  تسليما) .

اللهم صلِّ وَ سلِّم علي عبدِك وَ رَسُولِكَ وَ حَبيبِكَ محمَّدٍ البَشِير النَّذِير وَ السِّراجِ اْلـمُنير، وَ ارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلُفَاءِ الراشِدِين العَادِلِيْن، سادَاتِنا ابي بكرٍ وَ عمرَ وَ عثمانَ و عَلِي، وَ عَنْ بَقِيَةِ صَحابةِ رسولِ الله اجمعِين، والتابعِينَ وَ تابعِي التَّابعين وَ مَنْ تَبِعَهُم بإحْسَانٍ إلى يومِ الدِّين، وَ عَنَّا مَعَهُم بعَفْوِيكَ وَ كَـرَمِكَ وَ إحسَانِكَ يا ارْحَمَ الرَّاحِمين.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلمُؤمِنِين والمؤمِنات، والمسلِمين والمسلمات، الأحْيَاءِ مِنهم وَ الأَمْوَاتِ، إنَّكَ سَمِيعٌ قريبٌ مجيبُ الدّعَوَات، يا قاضِيَ اْلحاجات، يا غافِرَ الذُّنوبِ وَ الخَطِيئات , يا أرحَم الرَّاحمين .

اللهم أعِزِّ اْلإسْلامَ والمسلِمِين x٣ وَ احْمِ حَوْزَةَ الدِّين، وَ دَمِّرِ اليَهُودَ وَ أعْوَانَهُمْ مِنَ الـمُسْتَعْمِرِيْن، وَ ألِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِ اْلـمُؤْمِنِين وَ وَحِّدْ صُفوفَهم، وَ أصْلِحْ قَادَتَهُم وَ اجْمَعْ كَلِمَتَهُم علىَ الحَقِّ يارَبَّ العالَمِين، وَاجْعَلْ هَذا البَلَد إنْدُونِسِيا آمِناً مُطْمَئِنّاً، وَسَائِرَ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عاَمَّة يارَحْمنُ يارَحِيم.

أللَّهُمّ آمَنَّا فى أوْطَانِنَا وَ أصْلِحْ أئِمَتَنا وَ وُلاةَ أُمُوْرِنا، و اجْعَلْ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خَافَكَ و اتَّقَاكَ و اتَّبَعَ رِضَاكَ، يا أرحَم الرَّاحمين .

أللَّهُمَّ انْصُرْنا على مَنْ عَادَانا وَ لاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنا فِي دِيْنِنا وَ لاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّـنَا وَ لاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَ لاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحمين.

رَبَّنَا آتِنَا فيِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فيِ الأخِرَةِ حسَنةً وَ قِنَا عَذابَ النار .

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَ سَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

 عباد الله !! ان الله يَأمُرُ بالعَدْلِ وَ الإحْسَان، وَ إيْتَاءِ ذِي اْلقُرْبَي وَ يَنْهَي عَنِ اْلفَحْشآءِ وَ الـمُنْكَرِ وَ البَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُون، فاذْكُرُوا اللهَ علي نِعَمِهِ وَ اشْكرُوهُ علي آلائِه،  وَ لَذِكْرُ اللهِ اَكْبَر.


Mengenal Huruf Hijaiyah #1

Mengenal Huruf Hijaiyah #2

Rabu, 24 Juni 2020

COVID-19


ISLAM MENYIKAPI VIRUS CORONA

 

 

الحمدلله الذي شرّح صُدُوْرَ المُؤْمِنِيْنَ لِطَاعَتِه، وهَدَاهُمْ اِلَى تَحْكِيْمِ كِتَابِه والعَمْلِ بِه، نَحْمَدُهُ ونَسْتَعِيْنُه ونَسْتَغْفِرُه, ونَعُوْذ ُبِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا ومِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِى اللهُ فلا مُضِلَّ لَه، ومَن يُضْلِلْ فلا هادِىَ لَه، أشهد أن لا إلهَ إلاّ الله وَحدَهُ لا شَرِيكَ لَه، وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله لانبيَ بعده.

أللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد. أَمَّا بَعْدُ : فَياَ أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ اتَّقُوا الله مَااسْتَطَعْتُمْ,اتَّقُواالله لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.

قاَلَ الله تَعَالَى: وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ.

وقاَلَ تَعَالَى أيضاً: وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا.

v     Hadirin Jama’ah Jum’ah hafidhokumuLLOH,

Adalah kewajiban bagi kita agar senantiasa memupuk rasa iman dan takwa kepada Allah subhanahu wata’ala. Oleh karenanya marilah kita menguatkan dan meningkatkan ketakwa kita kepada Allah, dengan berjuang sekuat tenaga, untuk mematuhi segala perintah dan menjauhi larangan-Nya. Dengan tekad seperti ini, Allah pastilah akan menjaga kita dari berbagai macam hal negatif, baik yang kasat mata maupun yang tak terlihat oleh kita.

Takwa adalah solusi persoalan paling jitu, takwa merupakan pintu keluar dari problem yang menghimpit, sebagaimana Allah firmankan dalam kitab suci-Nya.

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا.

Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar (solusi hidup).

v     Hadirin Jama’ah Jum’ah hafidhokumuLLOH,

Perlu kita sadari, bahwa banyak hikmah yang bisa kita petik bersama, dari setiap kepatuhan kita terhadap perintah dan larangan yang Allah berikan, di antara contoh kepatuhan pada Allah adalah; dengan senantiasa menjaga kebersihan dan menjauhi perilaku hidup kotor dan tidak sehat, begitu pentingnya perilaku ini, sampai Allah sangat cinta kepada hamba-Nya yang suci, dan selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

اِنَّ اللهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ  

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. al-Baqarah ayat 222)

Nabi juga menegaskan dalam satu sabdanya:

اَﻻِسْلَامُ نَظِيْفٌ فَتَنَظَّفُوْا فَاِنَّهُ ﻻَيَدْحُلُ الْجَنَّةَ اِلاَّ نَظِيْفٌ.

Agama Islam itu (agama) yang bersih, maka hendaklah kamu menjaga kebersihan, karena sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang bersih” (HR al-Baihaqi).  

v     Hadirin Jama’ah Jum’ah hafidhokumuLLOH,

Pola hidup sehat dan bersih, saat ini menjadi topik utama pembahasan dipenjuru dunia, terkait dengan mewabahnya virus Corona. Virus yang pertama kali muncul di Wuhan China ini, cukup merisaukan dunia. Virus ini adalah kelompok virus yang umumnya menjangkiti hewan. Dalam beberapa kasus jarang terjadi dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Namun seiring dengan pola hidup manusia, virus yang dinamakan Covid-19 ini sudah dapat menular dari hewan ke manusia dan dari manusia ke manusia, melalui kontak dekat dan tetesan. Bagian tubuh yang terserang biasanya adalah saluran pernapasan, mirip seperti flu biasa. Gejala-gejala yang muncul meliputi pilek, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam.

Menghadapi virus ini, ada dua ikhtiar yang harus kita lakukan yakni “ikhtiar bumi” dengan melakukan tindakan fisik yang bersifat medis dan “ikhtiar langit” atau usaha yang berhubungan dengan kekuasaan Allah subhanahu wata’ala.

Ikhtiar bumi dapat dilakukan seperti melakukan standar yang sudah ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melakukan pencegahan dengan melaksanakan pola hidup yang higienis, bersih dan sehat, sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah yang terangkum dalam syari’at Islam; seperti daimul wudhu, membiasakan wudhu dengan tata cara wudhu yang diajarkan Rasulullah; cuci tangan, berkumur, menghirup air dengan hidung, menutup mulut saat bersin, batuk dan menguap. Semua itu telah diajarkan dalam islam.

Dan jagalah makanan yang kita konsumsi, jaga diri dari konsumsi makanan yang tidak baik, terlebih makan produk binatang mentah, atau tidak dimasak lebih dahulu. Hindari makan daging hewan yang secara fiqih diharamkan.

Allah berfirman dalam QS AL Baqarah: 57:

كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ  

Artinya: “Makanlah dari makanan yang baik-baik, yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

v     Hadirin Jama’ah Jum’ah hafidhokumuLLOH,

Selain ikhtiar bumi, ikhtar langit juga harus kita lakukan, di antaranya sesuai dengan maklumat yang diajarkan Rasulullah dan apa yang diamalkan salafus shalih, antara lain; tawakal terhadap takdir Allah SWT atas musibah dan bencana yang terjadi,  menjaga Allah Azza wajalla dalam melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya, agar Allah menjaga hamba-Nya yang ta’at kepada-Nya.

Tawakal tidak hanya diartika berpasrah kepada Allah SWT,  namun diringi dengan ikhtiar, ikhlas, dan sabar dengan tetap waspada terhadap penyebaran virus corna mengikuti arahan ahli kesehatan dan lembaga-lembaga terkait. Hindari bepergian ke tempat di mana penyakit mewabah atau ada orang yang baru saja pulang dari daerah tersebut, sebagaimana Allah memerintahkan untuk  menghindarkan diri dari bencana:

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ.

Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang lalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (QS. Al Anfal:25)

v     Hadirin Jama’ah Jum’ah hafidhokumuLLOH,

Dalam menghadapi dan menangkal virus corona, sebaiknya semua elemen bangsa, khususnya umat Islam untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala. Di antaranya dengan bertaubat, memohon ampun dan meninggalkan perilaku dhalim, karena bisa jadi wabah ini merupakan peringatan dari Allah subhanahu wata’ala agar umat Islam semakin mendekatkan diri kepada-Nya. Sebagai seorang muslim, kita tak perlu menyikapinya dengan penuh ketakutan dan kepanikan yang berlebihan, sebab hal tersebut akan bikin imun kita justru semakin melemah, saat imun kita lemah akan mudah tertular, akan mudah terserang.

Maka Allah meminta kita untuk selalu bersabar dan bergembira atas musibah atau cobaan apa saja yang menimpa, yaitu; dengan tidak lemah, tidak lesu, tidak putus asa. Dan kesabaran akan lahir jika kita memiliki kesadaran, bahwa semuanya adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Dan bagi mereka yang sabar akan diberi keberkahan, rahmat dan petunjuk.

Jangan terlalu panik dengan corona, apalagi sampai menghentikan aktifitas keagamaan seperti tidak boleh jum’atan, tapi diganti dengan shalat dhuhur, tidak boleh berjamaah dimasjid diganti di rumah saja, majlis ta’lim libur sementara, ini adalah sikap yang berlebihan dalam merespon mushibah. Corona adalah makhluk Allah, corona adalah salah satu tho’un yaitu wabah penyakit yang bisa menyebabkan kematian secara masal. Sebagai wujut ujian / peringatan atas kesalahan kita, yang mestinya kita sikapi dengan sabar, tunduk dan semakin mendekatkan diri kepada Allah Sang Pemberi musibah:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan penyakit, supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.

Dari Anas bin Malik ra. Rasulullah bersabda:

إِنَّ اللهَ تَعَالَى إِذَا أَنْزَلَ عَاهَةً مِنَ السَّمَاءِ عَلَى أَهْلِ الأرْضِ صُرِفَتْ عَنْ عُمَّارِ الْمَسَاجِدِ.

Sesungguhnya apabila Allah ta'ala menurunkan penyakit dari langit kepada penduduk bumi, maka Allah menjauhkan penyakit itu dari orang-orang yang meramaikan masjid.

إذا أرَادَ الله بِقَوْمٍ عَاهَةً نَظَرَ إِلَى أهْلِ المَساجِدِ فَصَرَفَ عَنْهُمْ.

Apabila Allah menghendaki penyakit pada suatu kaum, maka Allah melihat ahli masjid, lalu menjauhkan penyakit itu dari mereka.

Al-Imam al-Sya'bi, ulama salaf dari generasi tabi'in berkata:

كَانُوا إِذَا فَرَغُوا مِنْ شَيْءٍ أَتَوُا الْمَسَاجِدَ.

Mereka (para sahabat) apabila ketakutan tentang sesuatu, maka mereka mendatangi masjid. Al-Baihaqi, Syu'ab al-Iman (juz 3 hlm 84 [2951]).

Riwayat di atas mengantarkan pada kesimpulan, bahwa dalam situasi wabah dan virus yang mengancam masyarakat ini, umat Islam dianjurkan semakin rajin ke masjid. Bukan malah meninggalkan masjid. Kecuali bagi mereka yang memang sudah dipastikan terjangkit penyakit menular. Maka mereka tidak boleh baginya untuk pergi ke masjid, mereka harus hidup dalam karantina, sebagai upaya memutus penyebaran yang lebih meluas.

Selain itu, hendaknya kita sebagai bangsa mayoritas ber-Agama Islam, harus memperbanyak doa-doa yang diajarkan Rasulullah dalam menghadapi virus corona, sebagai bentuk tawakal kepada Allah SWT. Doa yang di-iringi dengan tawakal menjadikan masyarakat lebih tenang dan tidak khawatir berlebihan dalam menghadapi-nya. Di antara amalan yang bisa dibaca untuk menangkal virus corona, seperti:  

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ الله التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ.

Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari segala keburukan/kejahatan makhluk yang tercipta.”(3x)

بِسْمِ الله الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْئٌ فِي الاَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.

Dengan nama Alloh dengan menyebut asma-Nya, tiada sesuatu pun di bumi dan di langit dapat menimpakan bahaya dan Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”(3x)

Dendaknya dibaca 3X pagi dan sore, dan masih banyak bacaan-bacaan lainnya, seperti Al Ma’tsurat, Wirdul Lathif, Ratibul Athas, Ratibul Haddad dll.

Agama memiliki peran penting dalam mengendalikan psikologi masyarakat menghadapi musibah. Sehebat apapun manusia,  baik ilmu dan teknologi yang dimilikanya, tidak akan sanggup mengelak jika Allah SWT  memberikan ketentuan atas kuasa-Nya. Oleh karena itu, apabila segala daya dan upaya telah dikerahkan, kemudian di-iringi juga dengan memohon perlindungan kepada Allah SWT dan musibah tetap dijumpai, maka langkah terbaik adalah menghadapinya dengan menyerahkan segalanya hanya kepada Allah SWT,”

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا.

Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

v     Hadirin Jama’ah Jum’ah hafidhokumuLLOH,

Untuk menutup khutbah ini, kita tak perlu menghentikan aktifitas keagamaan, tapi kita perlu ikuti himbauan dari Majlis Ulama Indonesia (MUI) khususnya yang ada di wilayah jawa timur; hendaknya takmir masjid; menggulung karpet masjid untuk memudahkan disinfeksi (pemusnahan bakteri), melakukan pembersihan masjid, melakukan pembersihan lantai  dengan cairan disinfektan (kimia), menyediakan sabun tangan di tempat wudhu, sedapat mungkin menyediakan anti septik (hand sanitizer) di depan pintu masjid, dan meminta jama’ah untuk memakai masker.

Inilah ikhtiar dan sikap yang seharusnya kita lakukan dalam menghadapi kondisi bangsa kita ini. Sehingga Allah melindungi kita semua dari berbagai marabahaya dan penyakit,

Semoga bermanfaat, dan mudah-mudahan Allah subhanahu wata’ala menjauhkan kita dari virus Corona atau virus lainnya, termasuk virus angkuh dan sombong yang menutup diri kita untuk senantiasa berikhtiar secara fisik dan spiritual, serta bertawakal kepada Allah. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

وَالْعَصْرِ. إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ .

بارَك اللهُ لىِ ولكُم ونفَعَنِيَ اللهُ وإياكم بهُدَي كتابِه, أقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العظيم لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ من كلِّ ذنبٍ فاسْتَغْفِرُوه إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

الخطبة الثانية

 

الحمدُ للهِ مالِكِ الـمُلْكِ وَ هُوَ عَلَي كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، و أشهدُ أنْ لا إله إلا لله وَحْدَه لا شَريكَ له، وَ أشهد أنَّ سيدَنا محمداً عبدُه وَ رَسولُه، أفضَلُ بَشِيرٍ وَ خَيْرُ نَذِيْرٍ. اللَّهُمَّ صَلِّ وسلِّم علي عبدِك وَ رسولِك محمّدٍ وَ عَلَي ألِه و صَحْبِه أجمعين، أمابعد.

فياعبادَ الله ، نُقِل عن بعضِ العارفين بالله قولُه : إنَّ الكَيِّسَ – الفَطِنَ الذَكِيَّ – مَن لا تَزِيْدُه النِعَمُ إلاَّ إنكِسَاراً وَ ذُلاًّ وَ تَوَاضُعاً وَ مَحبّةً للمُنعِم ، وَ كُلَّمَا جَدَّد له نِعْمَة أحدَث لها عُبودِيةً وَ خُضوعاً، فكونوا يا عبادَ الله مِمَّن لا تَزيده النِعَمُ إلاَّ طاعةً لله ، وَ إقبالاً عليه وَ تَوَجُّها إليه ، وَ لَا تكونوا مِمَّنْ أبْطَرَته النِّعمَةُ ، وَ اتَّبَعَ هَوَاهُ فَكانَ مِنَ اْلغَاوِيْن .

وَ صَلُّوا علي رَسُولِ رَبِّ العالمين، سيدِنا محمدٍ النبيِّ اْلأمِين فَقَدْ أمَركم الله بذلك في كتابهِ الـمُبِين ( انّ الله وَ مَلآئِكتَهُ  يُصَلّون علي النبي  يا اَيُّهَا  الَّذِين آمنوا  صلُّوا  عليه  وسلِّموا  تسليما) .

اللهم صلِّ وَ سلِّم علي عبدِك وَ رَسُولِكَ وَ حَبيبِكَ محمَّدٍ البَشِير النَّذِير وَ السِّراجِ اْلـمُنير، وَ ارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلُفَاءِ الراشِدِين العَادِلِيْن، سادَاتِنا ابي بكرٍ وَ عمرَ وَ عثمانَ و عَلِي، وَ عَنْ بَقِيَةِ صَحابةِ رسولِ الله اجمعِين، والتابعِينَ وَ تابعِي التَّابعين وَ مَنْ تَبِعَهُم بإحْسَانٍ إلى يومِ الدِّين، وَ عَنَّا مَعَهُم بعَفْوِيكَ وَ كَـرَمِكَ وَ إحسَانِكَ يا ارْحَمَ الرَّاحِمين.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلمُؤمِنِين والمؤمِنات، والمسلِمين والمسلمات، الأحْيَاءِ مِنهم وَ الأَمْوَاتِ، إنَّكَ سَمِيعٌ قريبٌ مجيبُ الدّعَوَات، يا قاضِيَ اْلحاجات، يا غافِرَ الذُّنوبِ وَ الخَطِيئات , يا أرحَم الرَّاحمين .

اللهم أعِزِّ اْلإسْلامَ والمسلِمِين x٣ وَ احْمِ حَوْزَةَ الدِّين، وَ دَمِّرِ اليَهُودَ وَ أعْوَانَهُمْ مِنَ الـمُسْتَعْمِرِيْن، وَ ألِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِ اْلـمُؤْمِنِين وَ وَحِّدْ صُفوفَهم، وَ أصْلِحْ قَادَتَهُم وَ اجْمَعْ كَلِمَتَهُم علىَ الحَقِّ يارَبَّ العالَمِين، وَاجْعَلْ هَذا البَلَدَ آمِناً مُطْمَئِنّاً، وَسَائِرَ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عاَمَّة يارَحْمنُ يارَحِيم.

أللَّهُمّ آمَنَّا فى أوْطَانِنَا وَ أصْلِحْ أئِمَتَنا وَ وُلاةَ أُمُوْرِنا، و اجْعَلْ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خَافَكَ و اتَّقَاكَ و اتَّبَعَ رِضَاكَ، يا أرحَم الرَّاحمين .

أللَّهُمَّ انْصُرْنا على مَنْ عَادَانا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنا فِي دِيْنِنا وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّـنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ .

اَللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَآءَ وَالْوَبَآءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْغَلَآءَ وَالْمُنْكَرَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَآئِدَ وَالْمِحَنَ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَابَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بَلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً اِنَّكَ عَلَى كُلِّى شَيْئٍ قَدِيْرٌ.

رَبَّنَا آتِنَا فيِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فيِ الأخِرَةِ حسَنةً وَ قِنَا عَذابَ النار .

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

 عباد الله !! ان الله يَأمُرُ بالعَدْلِ وَالإحْسَان، وَإيْتَاءِ ذِي اْلقُرْبَي وَيَنْهَي عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالـمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُون، فاذْكُرُوا اللهَ علي نِعَمِهِ وَ اشْكرُوهُ علي آلائِه،  وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَر.