Pastikan hari-hari anda lebih bermanfaat dengan kami, dan jadilah bijak setelah mengunjungi blog kami. (Mohammad Zajery el Nuri)
Translate
Minggu, 07 April 2013
PESONA NASEHAT
Kegiatan Taushiah yang diadakan setiap bulan telah mencapai angka 33 kali, semenjak diadakan pertama dengan tema yang berjudul: "Ihtimam Antara Kepentingan Tugas dan Kepentingan Pribadi", pada hari Ahad, tanggal 7 April 1996. Ditilik dari tanggal Taushiah perdana itu, maka Taushiah kali ini, tanggal 4 April 1999 adalah Taushiah perdana tahun ke-4. Jadi tak terasa, 4 tahun sudah kita menerima ide-ide kejama'ahan dari Rois Jama'ah. Mudah-mudahan hal ini menjadikan kita semakin dewasa untuk menginsafi secara mendalam keberadaan Jama'ah Dakwah ini.
Kegiatan Taushiah di atas tak lepas dari dirintisnya sebuah Jama'ah Dakwah pada pertengahan tahun 1994 M dahulu. Pembentukan Jama'ah Dakwah tersebut didasari pentingnya memiliki wadah untuk berfikir, bergerak dan melangkah secara kolektif (bersama) untuk izzul Islam wal muslimin, dengan sentral berupa upaya dakwah ilal khoir amar makruf nahi munkar. Dengan dasar itu maka kita yang bergabung dengan Jama'ah Dakwah ini harus beriltizam terhadap sentral kejama'ahan tersebut sesuai dengan kemampuan masing-masing, minimal ikut sebagai murofiqin atau murofiqot.
Adanya Jama'ah Dakwah sebagai sarana izzul Islam wal muslimin maka memasukinya secara ikhlas insya'alloh adalah ibadah. Karena itu dalam perjalanan selanjutnya secara bertahap haruslah diminimalkan upaya main-main dan santai-santai, sebab bukankah ibadah itu harus dilakukan secara serius dan penuh keyakinan. Salah satu wujud keseriusan itu yakni setiap personal memfungsikan Jamaah Dakwah secara optimal. Katakanlah hal itu sebagai bentuk ungkapan bangga memiliki wadah yang sepenuhnya diarahkan untuk izzul Islam wal muslimin. Bukan berupa bangga semu (ilusi), namun bangga yang hakiki. Bangga hakiki dalam arti setiap personal ikut berperan mengisi Jamaah Dakwah ini usai pernyataan bergabungnya.
Seperti halnya salah satu alumni Madrasah Nabawiyah, sahabat Salman Al Farisi yang begitu bangga dengan Islamnya, sampai beliau menisbatkan Islam menjadi ayahnya.
أَبِى الْإِسْلاَمُ لَآ أَبَ لِى سِوَاهُ # إِذَا افْتَخَرُوْا بِقَيْسٍ أَوْ تَمِيْمِ
Ayahku adalah Islam; tidak ada ayah bagiku selainnya, ketika mereka membangga-banggakan diri sebagai keturunan bani Qais atau keturunan bani Tamim.
Jika kita menoleh ke belakang, pembentukan Jama'ah Dakwah ini bukanlah didasari kekuatan finansial, tetapi asalnya asli berangkat dari kegiatan ta'lim dan pembinaan. Sekian lama kita mengikuti ta'lim dan pembinaan, dan sekian banyaklah pengertian yang kita dapatkan. Alhamdulillah, bahwa berangkat kita ini dari ta'lim yang kedudukan ta'lim itu sendiri amat penting dalam ajaran Islam. Imam Asy Syafi'i berkata dalam gubahan syiirnya:
الْعِلْمُ مَغْرَسُ كُلِّ فَخْرٍ فَافْتَخِرِ # وَاحْذَرْ يَفُوْتَكَ فَخْرُ ذَاكَ الْمَغْرَسِ
وَاعْلَمْ بِأَنَّ الْعِلْمَ لَيْسَ يَـنَـالُـهُ # مَنْ هَمُّهُ فِـى مَطْـعـَمٍ أَوْ مَلْـبـَسِ
فَاجْعَلْ لِنـَفْسِكَ حَـظًّا وَافـِرًا # وَاهْجُرْ لـَهُ طِيْبَ الرُّقَـادِ وَعَـبـَثِ
Artinya:
Ilmu itu tempat menanam segala kebanggaan, maka berbangga-banggalah kamu dengan ilmu. Dan hati-hatilah manakala kebanggaan tempat menanam itu luput darimu.
Ketahuilah, sesungguhnya ilmu tidak akan didapatkan oleh orang yang orientasinya makanan dan pakaian.
Maka jadikanlah untuk dirimu bagian yang sempurna dari ilmu. Dan karenanya tinggalkanlah enaknya banyak tidur dan enaknya bermain-main.*
ومَنْ فَاتَهُ التَّعْلِيْمُ وَقْتَ شَبَابِهِ # فَكَبِّرْ عَلَيْهِ أَرْبَعًا لِوَفَاتِهِ
Artinya:
Barangsiapa yang luput dari ta'lim pada masa mudanya, maka bertakbirlah atasnya empat kali untuk menandai kematiannya.*
Melihat ta'lim dan pembinaan adalah latar belakang Jama'ah Dakwah ini maka maklumlah ta'lim menduduki posisi yang fital. Oleh karena itu anggota Jama'ah Dakwah harus berupaya menambah wawasan ilmunya, sehingga aktifitas dakwah terarah. Tempo ta'lim pun mesti lebih dipadatkan, sehingga tidak cukup sekali ta'lim dalam sebulan (contoh: per taushiah).
Pada sisi yang lain, ilmu-ilmu yang ada harus diapresiasikan ke luar. Karena itulah harus digalakkan upaya pembinaan-pembinaan. Dengan itulah insya'alloh Jamaah Dakwah ini akan terus berkembang dan berkembang. Namun timbul pertanyaan sebelumnya, adakah selama ini kita telah menyerap ide-ide dari ta'lim dan pembinaan itu secara penuh?! Umpamanya, dalam naskah panduan Taushiah apakah kita sudah bisa memahaminya?!
Alhamdulillah, selama ini ada pada kita Rois Jama'ah yang sekaligus murobbi dan muallim. Pernahkan kita membayangkan bila suatu saat ia kembali fi dzimmatillah, apakah Jamaah Dakwah ini harus mati?!
Kita semuanya berharap, komitmen kita berjamaah adalah pada sistem (tansiq), bukan figuritas, walaupun keberadaan figur amat penting. Karena komitmen pada sistem itulah hendaknya masing-masing bertanggung-jawab terhadap tugas-tugasnya dan melaksanakan fungsinya dengan baik. Termasuk iltizaamaat- iltizaamaat. Dengan sistem itu Jama'ah Dakwah akan terlihat prospeknya di masa mendatang beserta idealismenya.
Dalam masa yang baru beranjak 4 tahun, rasanya masa-masa ini barulah masa ta'sis (perintisan), dari harapan Jama'ah Dakwah ini mampu eksis sampai pada waktu yang ditentukan oleh Alloh swt. Bukan hanya terbatas 5 - 10 tahun ke depan. Dalam masa ta'sis ini maklum bila harus dibarengi dengan mujahadah yang ekstra. Pada masa inilah Jamaah Dakwah membangun pondasi bangunannya. Kuatkah pondasi itu atau rapuh!. Mudah-mudahan mujahadah ini menjadi amal jariyah bagi generasi setelah kita kelak. Amiin.
والله سبحانه وتعالى أعلم
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar