Translate

Kamis, 29 Desember 2016

Titipan Syair dari Pendeta Himyar



Abdurrohman bin Auf


Setelah menyatakan diri beriman memang tak ada tekanan fisik maupun psikologis berarti yang diterima oleh Abdurrohman, karena memang dia bukan berasal dari Quresy. Hanya saja kini orang – orang Quresy tidak lagi meneruskan kerjasama dagang dengannya. Nama Askalan bin Awakin, pendeta Nashroni yang tinggal di Himyar daerah Yaman mungkin tak pernah bisa hilang dari ingatan Abdurrohman, sebab dari Askalan lah dia mengerti tentang kenabian Nabi Muhammad Saw.

Perkenalan itu bermula ketika Abdurrohman dalam beberapa misi dagangnya di Yaman seringkali singgah dan menginap di tempat Askalan. Kepada tamunya, pendeta itu selalu bertanya tentang Makkah, Ka’bah dan Zam – zam. Kakek yang sudah lanjut usia itu juga bertanya: “Apakah seseorang yang berbeda agama dengan kalian telah muncul?” dan Abdurrohman selalu menjawab belum. Sampai pada tahun ketika Nabi Muhammad Saw telah diutus dan kebetulan Abdurohman sedang berada di tempat Askalan. Sayang ketika itu Askalan sudah sangat renta, tubunya lemah dan pendengarannya pun juga demikian. Mengetahui Abdurrohman datang, anak dan cucu Askalan akhirnya memapah Askalan untuk keluar menemui Abdurohman. Askalan meminta: “Tolong sebutkan garis keturunanmu!” Abdurrohman menjawab: “Aku bernama Abdurrohman bin Auf bin Abdul Harita bin Zahroh” Askalan menyahut: “Cukup wahai orang Bani Zahroh, sudikah kamu mendengar dariku berita gembira yang lebih baik bagimu daripada perniagaanmu?” Askalan melanjutkan: “Telah diutus seorang Nabi pilihanNya dari kaummu, Dia menurunkan kitab kepadanya, menjadikan untuknya pahala, Nabi itu melarang dari berhala dan mengajak kepada islam, menyuruhmu berbuat baik dan melarang dari yang jelek” Abduurohman bertanya: “Darimana Nabi itu?” Askalan menjawab: “Dia tidak dari Azdi dan sepadannya serta tidak pula dari Sarof dan misalnya, Nabi itu dari Bani Hasyim” Askalan lalu berpesan: “Selesaikanlah segera urusanmu di sini dan cepatlah pulang, datanglah kepada Nabi itu dan jadilah kamu sebagai pembelanya” sebelum mengakhiri pesan, Askalan juga membacakan beberapa bait syair yang dengan mudah dihafal oleh Abdurrohman untuk segera disampaikan kepada Rosululloh Saw.


Sesampai di Makkah, Abdurrohman menemui Abu Bakar dan menceritakan perihal yang ditemuinya di Yaman. Abu Bakar lalu mengatakan: “Ini Muhammad, sungguh Alloh telah mengutusnya. Cepatlah datang kepadanya!” Abdurrohman lalu menuju rumah Khodijah untuk bertemu dengan Rosululloh Saw. Melihatnya datang, Nabi Saw tertawa dan bersabda: “Aku melihat muka berseri, semoga ada kebaikan setelah ini” Nabi Saw lalu bertanya: “Memangnya ada apa?” Abdurrohman menjawab: “Saya membawa titipan” Nabi Saw betanya: “Apakah ada yang mengirim surat untukku?” Abdurrohman lalu menceritakan kabar dan pesan yang dibawanya dari Askalan dan setelah itu diapun mengucapkan  Syahadat. Nabi Saw kemudian bersabda: “Teman dari Himyar (Askalan bin Awakin) adalah manusia yang beriman dan membenarkan aku”

Abu Yazid Al Busthami dan Seekor Anjing

 http://elzajery.blogspot.co.id/



Dikisahkan; Seorang Pemimpin aliran tasawwuf yang bernama Abu Yazid Al Busthami, seperti biasa Abu Yazid suka berjalan sendiri di malam hari. Lalu ia melihat seekor anjing berjalan ke arahnya, anjing tersebut jalan tidak menghiraukan sang sufi tersebut, namun ketika sudah lewat hampir dekat, Abu Yazid Al-Busthomi mengangkat gamisnya kuatir terkena najis anjing tersebut. 

Spontan anjing itu berhenti dan memandangnya. Entah bagaimana Abu Yazid seperti mendengar anjing itu berkata padanya,

"Tubuhku kering tidak akan menyebabkan najis padamu, kalo pun engkau merasa terkena najis, engkau tinggal basuh 7X (tujuh kali)  dengan air & tanah, maka najis di tubuhmu itu akan hilang. Namun jika engkau mengangkat gamismu karena menganggap dirimu yang berbaju badan manusia lebih mulia, dan menganggap diriku yang berbadan anjing ini najis dan hina, maka najis yang menempel di hatimu itu tidak akan bersih walau kau basuh dengan air tujuh samudra".

Abu Yazid tersentak dan minta ma'af, lalu sebagai permohonan ma'afnya dia mengajak anjing itu untuk bershahabat & jalan bersama. dengan suasana hati yang masih sedih dan kecewa si anjing itu menolaknya. 

"Engkau tidak pantas berjalan denganku, mereka yang memuliakanmu akan mencemoohmu dan melempari aku dengan batu. Aku tidak tau mengapa mereka menganggapku begitu hina, padahal aku berserah diri pada sang pencipta wujud ini, lihatlah aku juga tidak menyimpan dan membawa sebuah tulang pun, sedangkan engkau masih menyimpan sekarung gandum", lalu anjing itu pun berjalan meninggalkan abu yazid. 

Abu Yazid masih terdiam, " Yaa Allah, untuk berjalan dengan seekor anjing ciptaan-MU saja aku tak pantas, bagaimana aku merasa pantas berjalan dengan-MU, ampuni aku dan sucikan hatiku dari najis ".

Senin, 26 Desember 2016

Kabar Baik dari Sang Rahib



Tholhah bin Ubaidillah


Dia datang di pasar Bashroh, dan tanpa di sangka ada pengumuman dari Rahib di gereja: “Siapakah di antara kalian ini yang berasal dari tanah Haram?” Tholhah pun segera datang ke gereja menghadap sang Rahib. Kepadanya Rahib bertanya: “Apakah Ahmad telah menampak?” karena bingung, Tholhah balik bertanya: Memangnya siapa Ahmad yang anda maksud? Rahib menjawab: “Putera Abdillah bin Abdul Muttholib, bulan ini adalah bulan kemunculannya, dia akhir para nabi yang keluar dari tanah Haram dan berhijroh ke daerah penuh kurma, bebatuan hitam dan tanah yang subur, maka jangan sampai kamu kedahuluan (untuk beriman kepadanya)”

Kata – kata Rahib ini begitu menyentuh hati Tholhah hingga secepatnya dia kembali lagi ke Makkah. Dia lalu segera bertanya: “Apakah ada kejadian?” orang – orang berkata: Ia, Muhammad bin Abdillah al Amiin mengaku sebagai seorang Nabi dan kini putera Abi Quhafah (Abu Bakar) telah percaya dan mengikutinya. Mendengar hal ini Tholhah lekas datang kepada Abu Bakar dan menyatakan diri: “Kamu mengikuti lelaki ini (Rosululloh Saw)?” Abu Bakar menjawab: Ia, karenanya cepatlah kamu datang kepadanya dan ikutilah dia, sebab sungguh dia mengajak kepada kebenaran! Tholhah lalu memberitahukan kepada Abu Bakar perihal kabar yang diterimanya dari Rahib di Bashro. Keduanya kemudian datang kepada Rosululloh Saw dan di hadapan Beliau Tholhah menyatakan diri beriman serta juga mengabarkan soal kabar dari Rahib di Bashro. Hal ini tentu saja sangat menggembirakan hati Rosululloh Saw.


Mendengar Abu Bakar dan Tholhah mengikuti agama Nabi Muhammad Saw, Naufal bin Khuwailid sangat marah, dia berfikir keras bagaimana membuat Abu Bakar dan Tholhah jera dan meninggalkan agama Muhammad serta kembali kepada agama nenek moyang. Akhirnya orang yang disebut singa Quresy ini menangkap kedua orang itu serta mengikatnya dalam satu ikatan. Setelah kabar tentang hal ini sampai kepada Nabi Saw maka Beliau Saw berdo’a: “Ya Alloh, cukupkanlah kami dari keburukan putera Adawiyyah (Naufal)!” dan karena kejadian itulah Abu Bakar dan Tholhah disebut al Qoriinain