Translate

Minggu, 07 April 2013

MASYARAKAT IDAMAN

Terbentuknya masyarakat adil dan makmur menjadi dambaan semua orang. Tetapi kapankah masyarakat adil dan makmur itu terbentuk? Dunia globalisasi pada saat ini malah menghadapi persoalan kemiskinan yang sangat serius sekali. Di indonesia mulai dari orde baru sampai dengan sebelum krisis moneter (delapan bulan lalu) diperkirakan masih terdapat 23 juta penduduk berada dibawah garis kemiskinan. Berikutnya setelah ditimpa krisis, jumlah itu melonjak drastis menjadi 118 juta.1 Pada zaman mula pertumbuhan Islam, para sahabat dibelenggu persoalan kemiskinan. Kebanyakan mereka mustadl'afun sementara golongan kafir menguasai konglomerasi Makkah dan berikutnya. Saat itu, dua sahabat datang kepada Rasululloh mengadukan problem ketidakstabilan keamanan (qath'us sabil) dan kefakiran (al 'ailah). Beliau lalu mengatakan, bahwa problem ketidakstabilan keamanan dalam waktu dekat akan teratasi sehingga kafilah dagang dari Madinah ke Makkah tidak memerlukan satpam. Tentang problem kerfakiran atau katakanlah dibawah garis kemiskinan, beliau menyebut akan datang suatu masa dimana orang keliling membawa sedekahnya tetapi tidak menjumpai orang yang ma menerimanya.2 Prediksi Rasululloh memang benar menjadi sebuah kenyataan. Tujuh tahun setelah hijrah, problem kemiskinan teratasi dengan ramainya kegiatan ekonomi, meningkatnya taraf kehidupan sahabat, dan munculnya banyak konglomerat muslim. Para sahabat yang dulunya rela menjadi buruh mengambil air. Berubah menjadi mapan ekonomi, sehingga diantara mereka memiliki 22 rumah yang tersebar di berbagai daerah dan memiliki uang yang berjumlah 100 ribu dirham. Kemapanan itu terus berlangsung sehingga mencapainya puncaknya pada masa kholifah Rasyidah kelima, Umar bin Abdul Azis.3 Pada masanya, tidak di dapati penduduk di bawah garis kemiskinan. Penduduk Afrika misalnya tidak mau menerima sedekah. "Khalifah telah membuat kami kaya," kata mereka. Sedekah itu lalu dipakai untuk memerdekakan budak.4 Sekarang ini, dunia telah bersolek dengan segala perhiasannya bersamaan dengan telah keluarnya segala potensi dn sumber daya alam (khaza'inul arldl ). Berbekal otaknya manusia telah membuat seluruh isi bumi bermanfaat. Adakah yang sekarang tidak bisa dimanfaatkan? Dengan kenyataan ini, kita bertafakkur betapa bumi ini tidak diciptakan dengan sia-sia bagi kelangsungan hidup manusia.5 Di sisi lain, muncul kemasygulan, mengapa di saat bumi dengan segala potensi dan sumber daya alamnya telah keluar, wujudnya masyarakat adil dan makmur belum juga menjadi kenyataan? Terbentuknya masyarakat adil dan makmur pada masa sahabat tidak lepas dari dua hal. Pertama, sisitem yang dipraktekkan. Kedua, pelaksana (pemerintah). Pada waktu itu sistem yang dipakai adalah syariat Islam, sedangkan pelaksanaannya terdiri dari orang-orang yang sholeh yang beriman dan bertaqwa. Sementara pada saat ini, sistem yang dipakai bukanlah syari'at Islam. Begitu pula pelaksananya bukan terdiri dari orang-orang yang sholeh. Ciri khas daripada mayarakat adil dan makmur waktu itu ialah kepedulian dan kesetiakawanan antara bagian masyarakat satu dengan lainnya terjalin sangat bagus. Jiwa dan raga telah membaur menjadi satu dalam sebuah kehidupan kejama'ahan. Bagaimana mereka itu mendahulukan kepentingan saudaranya sekalipun dirinya berada dalam kebutuhan. Bagaimana pula mereka rela menjadi buruh demi bisa bersedekah. Bagaimana mereka menyatakan tidak berhak atas harta kelebihannya? Dan lain sebagainya. Aksi sosial berupa kepedulian dan kesetiakawanan itu hebatnya tidak berjalan insidental, misalnya karena terjadi musibah, tetapi berjalan bak sebuah rutinitas. Terbentuknya masyarakat adil dan makmur dengan kepedulian dan kesetiakawanan sebagai ciri khasnya ini merupakan kebenaran hadits Qudsi berikut ini : قال الله عزوجل:" انَاالله وانا الرحمن إن الله يُعَمِّرُ بالقوم الدِّيا رَ ويُثْمِرُلهمُ الآمْوال ما نَظَرَ بعْضُهُمْ الى بَعْضِ" قيل : وكَيْفَ ذلِك يا رسول الله؟ بِصِلَتِهِمْ أَرحمَهُم "Alloh Azza wa Jalla berfirman : 'Aku Alloh dan Aku Ar rahman. Sesungguhnya Alloh memakmurkan perkampungan-perkampungan negeri suatu kaum dan melipatgandakan kekayaan terhadap mereka selama sebagian mereka peduli kepada sebagian mereka yang lain." Ditanyakan : "bagaimana demikian itu wahai Rasululloh? " Beliau menjawab : "Dengan hubungan mereka kepada rahimnya."6 Dengan demikian, kita bisa yakin akan terbentuk masyarakat adil dan makmur untuk kesekian kalinya manakala dunia beralih kepada sistem Islam dan dikelola oleh orang-orang yang sholeh, dengan kembalinya sistem Khilafah Islamiyah, entah sebelum Imam Mahdi turun atau sesudahnya. Peralihan itu pada saatnya akan berjalan begitu meyakinkan lebih-lebih potensi dan sumber daya alam telah tergarap sempurna. Kita berharap mempunyai andil dalam proses peralihan itu. Nah, mulailah kita menajdikan wadah kejama'ahan ini visualisasi daripada model masyarakat sahabat yang adil dan makmur. Wallohu A'lam 1. HU. Republika, 13/3 2. HR. Al-Bukhari. Lihat Shahihnya, Sindy, jilid I hlm. 246 3. Para sejarawan muslim sepakat, beliau adalah khalifah yang rasyidah dan adilah. Beliau disebut-sebut sebagai mujaddid abad pertama hijriah. Sekalipun jabatannya sebagai khalifah tidak lebih dari 2,5 tahun (30 bulan), beliau telah meninggalkan jasa yang keharumannya luar biasa menembus kawan dan lawan. 4. Lihat Syari'atul Islam, hlm. 176 5. Maha Benar Alloh yang telah berfirman menyebutkan perkataan generasi Ulul Albaab : رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلاً "Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini semua ini sia-sia" (QS. Ali Imran :191) 6. Rahim disitu maksudnya Rahim Aammah. HR. Thabarani. Derajat haditsnya hasan. Lihat adab Islam fi Nidham Usrah, hlm.79

Tidak ada komentar: