Translate

Kamis, 14 November 2013

TAJNID

Keberhasilan Nabi Muhamad SAW tidak bisa lepas dari sisi kesuksesan beliau di dalam membentuk generasi penerus yang shalih yang ahli mengemban tugas dakwah, di samping tiga sisi kesuksesan beliau yang lain, yaitu sisi keagungan kepribadian, sisi kepemilikan program yang luhur, serta sisi kemampuan melaksanakan program yang luhur itu. Kesuksesan membentuk generasi penerus tersebut ditunjang oleh sistem kaderisasi yang istimewa yang dikenal dengan nama tajnid. Sistem tajnid adalah pola pembentukan anak buah, dimana anak buah (anggota) bisa menjadi pendamping setia (pengikut dan pembela), pelaksana taujih (arahan) dan penyebar taujih kepada orang lain. Dengan bekal bashirah, hikmah, kemampuan menggali potensi, kemampuan menyelesaikan konflik, kemampuan menundukkan dan kemampuan berhujjah. Nabi Muhammad mampu menciptakan ikatan ruh yang kuat pada setiap anak buah sehingga tumbuh kebersamaan gerak di dalam dua hal di bawah ini : 1) Semangat memberikan (wasilah) hidayah kepada orang lain. 2) Mencintai jihad dan mujahadah di jalan dakwah. Nabi SAW bersabda : “Ruh-ruh itu adalah pasukan yang dikumpulkan. Apa saja dari ruh-ruh itu yang saling cocok, maka akan mengikat, dan apa saja dari ruh itu yang salig tidak cocok, maka akan menjauh.” (HR. Bukhari, Sindy, II/229) *** Ada tiga modal yang menjadi kunci kesuksesan pembentukan generasi penerus melalui sistem tajnid ini: 1) Perhatian yang besar terhadap takwin individu, tidak cukup hanya takwin secara jama’i. Ini karena individu yang telah matang, ia bagai bibit yang akan bisa menumbuhkan hasil yang bagus. Ia berpengaruh di dalam keluarganya, juga di lingkungannya, ibarat bangunan, kekuatanya ada pada pondasi dan bahannya, bukan pada bentuk luarnya. 2) Pandai mengambil kesempatan mendidik dan kesesuaian dimana taujih, mau’idhah, dan tau’iyah lebih bisa masuk ke hati, dengan disertai kesiapan mental yang besar di dalam. Ibarat siraman air, ia bisa cepat masuk pada tanah yang gembur, bukan tanah cadas. Dalam hal ini ada contoh, seorang setiap kali terlihat meminta sedekah di masjid sedang ia mampu bekerja, Nabi Muammad SAW lalu tanya harta apa yang ada dirumahnya, ia menajwab tikar dan gelas. Beliau lalu menyuruh melelang kedua harta itu. Dari nilai lelang, ia dapatkan 2 dirham lebih. Dengan 1 dirham, beliau menyuruhnya membelikan makan keluarganya, sedangkan sisanya untuk membeli kapak guna mencari kayu. Setelah lima belas hari, ia datang kepada Nabi. Ternyata dari hasil mencari kayu ia bisa menyisihkan 10 dirham selain dirham yang dipakai untuk makan keluarganya. Pada kesempatan itu, beliau memberi pelajaran yang bermanfaat yang sangat tepat waktunya, dengan sabda beliau: “Ini lebih baik bagimu daripada kamu datang pada hari kiamat sedangkan dimukamu ada noda hitam.” (HR. Ibnu Majah, bab Ba’i Al-Muzayadah, II/19). Arahan agar beriltizam kepada rutinitas amal-amal wajib dan setiap amal yang penting yang membangun sekalipun sedikit. Ibarat pasir dapat membentuk gunung dan tetesan air dapat membentuk lautan. Sistem tajnid ini yang menjadi keunggulan Nabi Muhammad SAW sebagai tokoh dunia diatas tokoh-tokoh dunia yang ada. Wafatnya beliau tidak berarti matinya program dakwah yang beliau dakwahkan, malah setelah wafat, program besar beliau (dakwah) menjadi sebuah program yang berkembang luas secara cepat. Sistem tajnid ini kemudian diwarisi oleh sahabat, dibuktikan bahwa masing-masing sahabat dikerubuti oleh banyak manusia yang siap menyertainya. Oleh karena sangat perlunya pola kaderisasi untuk kesuksesan aktifitas dakwah, maka upaya tajnid merupakan hal mendesak yang mesti harus dilaksanakan oleh masing-masing dari Jama’ah Dakwah kita.

1 komentar:

Dzuragan Naf'an mengatakan...

tulisannya masih butuh di edit ulang agar lebih runut penjelasannya