Translate

Senin, 04 November 2013

MENCARI IKATAN UNIVERSAL

Dewasa ini kita mendapati ikatan-ikatan kecil dan lokal yang dianggap akan membahagiakan manusia dalam kehidupannya.Ikatan-ikatan lokal ini,selama ini telah mendekatkan manusia menjadi satu dalam pola pikir dan perilaku.Ikatan itu ada kalanya di dasarkan pada pemahamannya secara sepotong-potong terhadap agama,seperti fanatisme madzhab dan kecenderungan ujub dengan usbahnya.Adakalanya ikatan itu didasarkan pada ikatan kebangsaan (tanah air),ikatan kesukuan,ikatan kemanusiaan,ikatan kesukaan (hobi) dan lainnya.Mengapa orang begitu maniak (ghuluw) terhadap music dan olahraga,sehingga fanatic dan membela figurnya secara mati-matian?.pada tanggal 19-30 Juni diselenggarakan PON di Jawa Timur.agaknya kegiatan ini akan turut membangkitkan ikatan-ikatan lokal itu dengan semboyan yang senantiasa didengungkan; “PON perekat persatuan bangsa”. Di dalam ajaran Islam,atas dasar sunnatulloh kecenderungan manusia mengikat diri,kita diarahkan memperkokoh ikatan yang asasi dan abadi,bukan ikatan lokal dan kecil,yaitu ikatan ketakwaan yang universal.Atas dasar ikatan takwa,pemikiran kita diharapkan sama,senasib,seperjuangan,walaupun secara lahiriah kita berbeda dalam tingkat kekayaan,keterampilan,rupa dan jabatan.Alloh berfirman: “Teman-teman akrab,pada hari itu,sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa”.(QS.Az-Zukhruf:67) Melalui jamaah ini,kita berharap besar meniti ikatan ketakwaan itu.Konsekuensi-konsekuensi kejamaah selama ini insyaAlloh adalah upaya-upaya dalam rangka memupuk ikatan ketakwaan itu.Ikatan ketakwaan memang tidak harus diformalkan,namun formalitas yang kita tempuh selama ini merupakan sebuah alat pengingat,alat pengarah dan alat pembimbing.Untuk meniti ikatan ketakwaan,supaya dipahami oleh seluruh anggota,jamaah ini menempuhnya dengan: I. Menampakkan cinta yang didasari karena Alloh swt (Al hubbub fillah) sehingga kita disini semoga menjadi orang-orang yang cinta karena Alloh swt.Konsekuensi cinta kepada Alloh swt,kita juga harus benci karena Alloh (al bughdlu fillah) dengan menampilkan ketidaksukaaan kepada orang lain manakala tampak padanya hal-hal yang melanggar syara’.Al Hubbu fillah dan Al bughdlu fillah merupakan cabang dari 70 lebih cabang keimanan. II. Meniti sanad dalam berilmu dan beramal,berdasarkan hadis maqthu’nya Abdulloh bin Mubarok: “Sanad itu termauk agama,maka lihatlah dari siapa kamu mengambil agamamu.”(Lihat sunan At tirmidzi juz 5 kitab Syamail hal 396) Dalam hal ini kita menetapkan Guru besar jamaah,Abuya As Sayyid Muhammad Alawi al Maliki Al Hasani.Kita memilih beliau sebagai guru besar jamaah ini,karena alasan: 2.1.Beliau adalah ahlu baitin Nabi saw,sedang cinta kepada mereka merupakan tuntutan asasi keimanan,terlepas dari beberap oknum ahli bait yang melanggar syara’,itu tak mengurangi penghormatan kita kepadanya dengan tetap kritis.Di dalam Hikmah dikatakan: “Tidak ada teguran itu melainkan dari cinta.Dan teguran itu tidaklah menafikan penghormatan.” (Hikmah) 2.2.Keluasan ilmunya dan ilmunya yang terbuka serta bersumber dari dalil-dalil yang jelas. 2.3.Sisi tazkiyah (tasawuf) dan tarbiyahnya yang sangat tinggi,juga sifat berdermanya yang agung,dan berbagai alasan lainnya. III. Memadukan sisi khouf dan roja’.Kita mengakui kapasitas kita sebagai orang yang dzolimun li nafsih,maka kita berharap besar syafaat dari para Nabi,syuhada’ dan orang-orang sholeh sebagai perantara syafa’at dari Alloh swt.Disamping itu,kita juga berharap kelak menjadi orang yang berat timbangan amalnya,bukan menjadi orang yang ringan timbangannya,juga bukan menjadi orang yang sebanding dosa dengan kebaikannya (Ashabul A’rof),lebih-lebih menjadi orang yang dikeluarkan dari neraka paling belakangan,disebabkan hanya memiliki sebutir biji kecil tauhid.Maka,tidak hanya cukup berharap,kita harus sanggup melatih diri dengan: 3.1. Melaksanakan dua in.In ajriya illa alalloh dan in uridu illal ishlah. 3.2. Membela agama sampai mati syahid sekalipun. 3.3. Berperilaku dengan perilakunya orang-orang sholeh yang senantiasa didasari kejernihan hati,dengan membuang jauh penyakit-penyakit hati. 3.4. Saling menasehati jika ada pelanggaran,secara khusus antara jamaah sesuai dengan mekanismenya,dan secara umum kepada kaum muslimin,karena pangkal agama adalah memberi nasehat. IV. Amal fardi dan jama’I sebagai konsekuensi janji kejamaahan seperti dijelaskan pada taushiyah kemarin (edisi 45) harus senantiasa diperhatikan.Alloh berfirman: “Maka barang siapa melanggar janjinya niscaya akibat melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri”.(QS.Al Fath:10) Dengan titian-titian yang kita tempuh diatas serta kesiapan kita berada dalam bimbingan dan arahan yang terus menerus,ikatan kita menuju ikatan ketakwaan insyaAlloh akan memperkokoh pertemanan kita didunia dan di akhirat dengan secara gemilang merebut ridlo Alloh swt dan ridlo Rosululloh saw. Wallahu a'lam bisshawab.

Tidak ada komentar: