Translate

Kamis, 07 November 2013

Sarana Menuju Sukses dalam Suluk



Segala puji bagi Alloh Dzat yang mencukupi segalanya. Sholawat salam atas Rosul Al Musthofa, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti jejak langkahnya. Di bawah ini adalah hal-hal pokok yang mesti harus diperhatikan oleh para penempuh suluk (akhirat) : 

1. Yakin dan seluruh tingkatannya : ilmul yaqin, haqqul yaqin, dan ainul yaqin sehingga tidak menempatkan dunia sebagai prioritas keinginan dan puncak ilmu pengetahuan yang dimiliki. 

2. Niat yang jujur dan bersih hingga dalam urusan yang berhukum mubah. 

3. Muroqobah Alloh (merasa diawasi) dalam segala gerak kehidupan yang termasuk bagian maqom ihsan agar dalam semua amal yang dikerjakan atas nama Alloh mencapai tingkat sebagai seorang yang cinta (raghiban), orang yang ikhlas (mukhlison), dan orang yang jujur (shodiqon). 

4. Menjernihkan hati karena hati (sariroh) menjadi tempat pandang Alloh, sementara gerak tubuh (alaniyyah) sebagai sasaran pandang makhluq sehingga tidak ada tindakan yang dibuat-buat (tashonnu') ataupun riya'. Termasuk doa Rasululloh Shollallohu 'Alaihi Wasallam adalah :

 أللّهمَّ اجْعَلْ سَرِيرَتِي خَيْرًا مِنْ عَلاَنِيَّتِيْ وَاجْعَلْ عَلاَ نِيَّتِيْ صَا لِحَةً 

Ya Alloh jadikanlah sariroh (hati) saya lebih baik daripada alaniyyah (gerak tubuh) saya. Dan jadikanlah alaniyyah saya baik. (H.R. Turmudzi) 

5. Meramaikan (mengisi dan memenuhi) seluruh waktu dengan aktivitas ibadah agar berkah waktu bisa terlihat dan konsistensi menghadap Alloh (iqbal) tetap terjaga. Diantara aktivitas itu ialah : 

a. Menetapi (luzum) sholat berjamaah kecuali ada udzur syara' karena dalam aktivitas ini ada banyak faedah dan hikmah yang terpendam. 

b. Menetapi wirid dan dzikir ucapan (qouliyyan) seperti membaca Al-Qur'an atau tindakan (amaliyyan) seperti berinfaq dan bersedekah karena aktivitas terebut memiliki fungsi positif dalam mencerahkan hati dan mengendalikan anggota tubuh (jawarih). Bahkan, telah disebutkan bahwa sedekah menjadikan harta berkah, menjaganya dari bencana, menambah rezeki, menyehatkan badan, dan menjadikan umur berkah. Dalam hikmah dikatakan: Al Waridat (ide-ide dan intuisi) tergantung aurad (wirid-wirid), maka barangsiapa yang tidak memiliki wirid dalam dhohirnya maka tidak ada warid dalam sarair (hati)nya. 

c. Memperbanyak sunnah-sunnah (nawafil) guna menambah cacat yang terdapat dalam sholat-sholat fardhu (faroidh), mencari tambahan dan menyambut nafahat (hembusan rahmat/ bonus besar). Dan yang paling utama adalah qiyamullail yang sangat saru jika seorang penempuh jalan akhirat (salik) tidak melakukan aktivitas qiyamullail ini, sebuah amalan ibadah yang mempunyai peran sangat kuat dalam menghasilkan kejernihan hati. Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wasallam bersabda: Tetapilah qiyamullail oleh kalian karena ia merupakan kebiasaan orang-orang sholih sebelum kalian, dapat mendekatkan kalian kepada Tuhan kalian, dapat melebur kesalahan-kesalahan, dapat mencegah dari dosa dan mengusir penyakit dari tubuh." (H.R. Ahmad Turmudzi Hakim dan Baihaqi) Catatan: Hal tersebut tidak akan tampak dan mantap kecuali terlebih dahulu ada kesinambungan, terus menerus dilakukan (mudawamah) dan menetapi prinsip bermadya, tidak ekstrim (ghuluw).

6. Mengagungkan tanda-tanda Alloh (ta'dzim sya'airillah) sehingga tidak meremehkan kebaikan sekecil apapun. Di antara hal ini adalah melakukan sholat pada awal waktu sebagai bentuk pengakuan akan kemuliaannya.

7. Terus-menerus sibuk mencari ilmu dan hikmah tanpa melihat apapun resikonya. Sebab dengan ilmu Islam bisa hidup dan eksis. Ilmu yang dimaksud tentu saja ilmu yang bersumber dari wahyu dan pengamatan terhadap alam. Jadi, wahyu adalah standar ibadah dan prinsip hidup, sementara alam dengan segala ilmu dan rahasia yang terkandung di dalamnya adalah inspirasi pembangunan dan sumber kehidupan yang sejahtera dan indah. 

8. Bergabung dan menyatu dengan sebuah jamaah, organisasi, dan perkumpulan yang bergerak di bidang dakwah kepada Alloh, perintah kebaikan dan mencegah kemungkaran sebagaimana diperintahkan oleh Alloh:

 وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ 

Dan hendaknya ada sebagian dari kalian sekelompok (umat) yang menyeru kepada kebaikan; menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Mereka-lah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imron: 104) Tentu saja sebuah jamaah yang mesti memiliki ciri-ciri umum sebagai sebuah jamaah dan terbangun dengan melalui proses dan fase dakwah seperti berikut: 

a. Fase perintisan (marhalatuttakwin) dan dakwah dengan lisan karena amar ma'ruf dan nahi mungkar termasuk kategori dakwah ini. 

b. Fase membuat jaringan atau menjalin interaksi (marhalatut tasyabuk wat tafa'ul), dan c. Fase revolusi dan aplikasi ajaran Islam (marhalatut tathbiq) 

9. Memiliki keterikatan (alaqoh) dengan murobbi secara sanad, adab dan dzauq agar pemahaman Islam yang dimiliki berjalan pada jalur yang benar seperti dijalani Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wasallam, para sahabat dan para pengikut mereka dengan baik sampai hari akhir. Mereka ini disebut sebagai ummat wasathiyyah dalam firman Alloh, "dan begitulah Kami menjadikan kalian sebagai ummat wasatho" dan seperti dikatakan:

 لَوْ لاَ الْمُرَ بِّيْ لَمَا عَرَفْتَ رَبِّيْ 

Andai bukan arena murobbi niscaya aku tidak mengenal Tuhanku.

Tidak ada komentar: