(Dasar-Dasar Saling Mencintai
karena Alloh)
Dalam
memberikan tarbiyah untuk jiwa seorang muslim, manhaj Islam berlandaskan
kepada rasa saling mencintai, saling mengasihi, bersikap lemah,dan saling menyambung satu sama lain. Oleh karena
inilah, Islam memberantas sikap saling membenci, iri hati, berpaling,
memutuskan hubungan, menjauhi, mendzolimi, menghina, merendahkan, meneliti
keburukan, dan sikap berlomba serta saling berbangga dan berburuk sangka
seperti sabda Rosululloh Sahllallohu 'Alaihi Wasallam:
Dan jadilah kalian para hamba
Alloh yang bersaudara. (H.R.
Muslim)
Bagaimana
mungkin slaah satu dari karakter negative tersebut bisa berada dalam hidup
seorang muslim yang terbina, sementara ia mengerti bahwa keberadaan tersebut
merusak amal, menyia-nyiakan pahala dan melebur kebaikan, kalau bukan karena
penyakit dalam hatinya, kekolotan dalam watak, dan pelencengan dalam karakter
aslinya. Karena itulah, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wasallam menegaskan
bahwa dua orang yang betul-betul saling mencintai tidak akan pernah bisa
terpisahkan oleh halangan dan rintangan apapun. Sebab tali cinta karena Alloh
sangat kuat dan tidak akan terputus hanya karena permulaan dosa yang dilakukan
salah seorang diantara keduanya. Beliau bersabda:
Tiada dua orang saling mencintai
karena Alloh 'azza wa jallla atau karena Islam lalu mereka akan dipisahkan oleh
permulaan dosa yang dilakukan salah seorang diantara keduanya. (H.R. Bukhori dalam Al Adab Al Mufrod)
Dari
sinilah kemudian bisa dimengerti adanya ancaman keras bagi mereka yang kaku dan
keras kepala serta menyimpang dari jalur lurus moralitas Islam dan tertutup
dari keramahan serta kemurahan Islam. Di akherat mereka di ancam dengan
halangan dari ampunan dan kasih sayang Alloh. Pintu-pintu surga tertutup bagi
mereka seperti disebut dalam sabda Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wasallam:
Pintu-pintu surga dibuka pada hari
senin dan kamis lalu diberikan ampunan kepada seluruh hamba yang tidak
menyekutukan apapun dengan Alloh, kecuali seseorangn yang diantaranya dan
saudaranya ada kebencian. Lalu di ucapkan 'Tunggulah dua orang ini sampai
mereka berdamai. Tunggulah dua orang ini sampai mereka berdamai. Tunggulah dua
orang ini sampia mereka berdamai." (H.R. Muslim)
Abu
Darda' RA berkata, "Maukah ku beri tahukan kepada kalian sesuatu yang
lebih baik bagi kalian daripada sedekah dan puasa? (yaitu) mendamaikan antara dua
orang yang saling berseteru. Dan sungguh kebencian adalah pencukur (yang
menghapus pahala)." (Diriwayatkan
Imam Bukhori dalam Al Adab Al Mufrod)
Seorang
muslim yang terbina tentu akan menahan kemarahan terhadap saudaranya, tidak
mendongkol, serta tidak enggan untuk segera memberikan maaf dan menutup mata
dari kesalahan saudaranya yang dengan begitu ia termasuk orang-orang yang
berbuat ihsan. Ia senantiasa menyambut saudaranya dengan wajah penuh senyum karena hal demikian ini
merupakan cerminan hati yang bersih dan jernih. Ia juga selalu memberikan
nasehat kepada saudaranya, kepada Alloh, kitab, dan Rosul-Nya, serta umat Islam
pada umumnya sebagai realisasi prinsip nasihat dalam agama ini.
Demi
memuliakan tali persaduaraan dan pertemanan maka seorang muslim yang terbina
juga memiliki watak setia kepada saudaranya. Memberikan pertolongan kepadanya
dalam kondisi ketika berlaku dholim atau di dholimi. Pada waktu berbuat dholim
maka ia mencegah dan saat di dholimi maka ia melakukan pembelaan. Ini semua
sebagai bukti dan realisasi ajaran islam yang berupa mencintai saudara seperti
mencintai diri sendiri.
Muslim
yang terbina akan bersikap lemah lembut kepada saudaranya karena kelembutan
menjadi hiasan sesuatu dan apabila ditinggalkan oleh kelembutan maka sesuatu
itu menjadi tidak terlihat elok. Ia juga bersikap pemurah kepada saudaranya
yang akhirnya kemurahan dan kelembutan tersebut akan menumbuhkan cinta untuknya
dalam hati manusia yang hal ini menjadi tanda keridhoan, ampunan, dan kasih
sayang Alloh. Ia juga menjaga saudaranya dalam kondisi sedang tidak bersamanya
dalam arti tidak menggunjingnya karena mengerti bahwa mengunjungi hukumnya
haram dan juga karena enggan memakan daging saudaranya serta menjaga diri agar
tidak dijerumuskan lisan ke neraka.
Muslim
yang terbina akan selalu menjauhkan diri dari terlibat dalam perdebatan tiada
guna dengan saudaranya. Ia tidak mudah tersayat hati atau merasa berat dengan gurauan saudaranya
yang pada suatu saat mungkin menyakitkan. Ia juga tidak melanggar janji kepada
saudaranya. Hal ini karena perdebatan sama sekali tidak akan membuahkan
kebaikan. Gurauan yang menyakitkan akan memunculkan keengganan, perasaan benci,
dan menjatuhkan kewibawaan. Sedang melanggar janji menyebabkan hati kecewa dan
hilang rasa cinta.
Muslim
yang terbina selalu mendahulukan saudaranya karena sifat pemurah, dermawan, dan
pemberian menjadikan pemiliknya terlihat indah dan mulia sehingga dekat dan
dicintai oleh manusia. Jika bertemu maka ia mengucapkan salam. Memenuhi
undangannya. Berdoa untuknya (tasymit) jika bersin. Membesuknya bila
sakit. Menghadiri dan mengantar jenazah. Mendoakannya dari jauh, karena hal ini
semakin mengokohkan bukti kecintaan kepadanya serta meneguhkan tali
persaudaraan. Doa sepeti inilah yang semakin cepat dikabulkan karena penuh keihlasan dan
kesungguhan.
Semua
hal tersebut adalah percikan arahan-arahan Islam terkait dorongan terhadap budi
pekerti mulia dalam rangka menyebar luaskan cinta, persaduaraan, kasih sayang
dan saling memberikan perhatian. Sungguh Rosululloh Sholalllohu 'Alaihi
Wasallam senantiasa mengembangkan ruh kebersamaan dan mengobarkan perasaan
peduli kepada orang lain. Dalam setiap kesempatan beliau selalu mengarahkan
mereka kepada rasa persaudaraan secara total sehingga tidak tersisa dalam diri
seorang muslim sifat egois dan hanya memikirkan diri sendiri yang hal ini menjadikan
mata tertutup dan hati terkunci dan jiwa menjadi keruh.
Inilah
dasar-dasar saling mencintai karena Alloh seperti diinginkan Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar