Alloh Tabaaroka wa Ta’aalaa berfirman: “ ....dan perbuatlah kebajikan, supaya
kamu mendapat kemenangan. ” QS al Hajj :
77.
Sungguh seorang muslim yang terbina
niscaya selalu bergegas melakukan kebajikan, memiliki semangat luar biasa agar
bisa memberi manfaat kepada orang lain
dalam komunitasnya. Jika melihat
ada kesempatan melakukan hal itu maka ia tidak betah jika tidak segera
menjarahnya karena ia mengerti bahwa berbuat kebajikan bisa mendatangkan
keberuntungan. Sementara pintu – pintu kebaikan itu terbuka di depannya dan
bisa dimasuki kapanpun ia menginginkan seraya berharap turunnya rohmat Alloh yang luas dan memperkaya diri dengan
pahalaNya yang agung dan anugerahNya yang melimpah sebagai upah dari sedekah –
sedekah tersebut. .( lihat Kasyful
Ghummah fi Ishthina’il Ma’ruuf wa
Rohmatul Ummah milik Abuya Sayyid
Muhammad bin Alawi al Maliki al Hasani bab Fadhlus Sa’yi fi Naf’il Ibaad wa
Qodhoi Hawaa’ijihim ) sehingga
berbuat kebajikan itu menjadi kebiasaannya dalam berkhidmah / melayani saudara
– saudaranya. Nabi Shollallohu alaihi wasallam bersabda: ” Alloh senantiasa ada dalam hajat seorang
hamba selama hamba itu ada dalam hajat saudaranya ” HR Thobaroni. ” Segala
perbuatan baik adalah sedekah ” Muttafaq
alaih. ” Jangan pernah menghina
perbuatan baik sedikitpun, meski kamu hanya berjumpa dengan saudaramu dengan
wajah yang ramah ” HR Muslim.
Arahan Nabawi ( Taujih Nabawi ) ini
semakin heboh dalam menyebarkan jiwa saling tolong menolong ( Ruh Ta’awun )
ketika Taujih Nabawi ini menjadikan perjalanan seseorang ( langkah usaha
) dalam memenuhi kebutuhan saudaranya lebih baik dibandingkan dengan I’tikaaf
panjang ( sepuluh tahun ) seperti diriwayatkan Imam ath Thobaroni dalam al Ausath dan seperti dikatakan:
” Yang menjalar lebih utama daripada yang terbatas ”
Taujih Nabawi juga menjadikan rasa bosan ( Tabarrum ) di saat mampu melayani
orang lain sebagai ancaman akan
hilangnya nikmat – nikmat seperti disabdakan Rosululloh Shollallohu alaihi
wasallam: “ Tiada hamba yang diberikan nikmat oleh Alloh lalu
menyempurnakan nikmat itu atasnya kemudian Dia Menjadikan kebutuhan – kebutuhan
orang lain kepadanya lalu ia merasa bosan maka sungguh ia telah memaparkan
nikmat – nikmat itu kepada kesirnaan “ HR Thobaroni.
Sungguh Alloh telah memberikan pujian Itsaar kepada para sahabat Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam
karena kecintaan mereka dalam melayani orang lain ( Ikhwan mereka ). Dia
berfirman: “... dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka
sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan....” QS al Hasyr : 9. Ikrimah bin Abi Jahal, Suhail bin Amar, Harits
bin Hisyam dan beberapa orang dari Bani Mughiroh wafat sebagai syahid dalam
perang Yarmuk. ( Sebelum itu ) diberikan air kepada mereka saat dalam keadaan
tergelatak di atas tanah. Merekapun
saling menolak sehingga mereka mati dan belum sempat mencicipinya Rohimahulmulloh.
Dari sini bisa kita mengerti keutamaan
dan kepentingan berkhidmah seperti dikatakan: ” Ilmu bisa disusul sementara
Khidmah tidak bisa disusul ” lebih utama
dari itu semua adalah apabila Khidmah ada di jalan Alloh. Adiyy bin
Hatim at Tho’i bertanya kepada Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam:
Sedekah apakah yang paling utama? Beliau Shollallohu alaihi wasallam
bersabda: ” Khidmah seorang hamba di jalan Alloh... ” HR Turmudzi. ( Tuhfatul Ahwadzi 5 / 254 ). Penyair berkata:
( Kamu melihat wajahnya berseri –seri
saat kamu mendatanginya, seolah – olah kamu akan memberinya sesuatu yang justru
kamu meminta darinya )
- والله يتولى الجميع برعايته -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar