Translate

Kamis, 30 Januari 2014

JENJANG PERJUANGAN

Bismillahirrahmanirrahim Dalam berdoa memang afdholnya memakai Alfaadz Nabawiyah, namun mengingat tingkat hajat yang kompleks, maka diperbolehkan memakai lafadz doa apa pun sesuai dengan hajatnya. Alloh Ta’ala Berfirman : اُدْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ “Berdoalah kalian kepadaKu, niscaya Aku akan kabulkan untuk kalian (QS. Al-Ghofir : 60) Sahabat Ala’ bin Al Hadramy minta kepada Alloh Ta’ala bisa menguasai negeri Bahrain, minta diberi air dan berwudhlu tatkalan tiada air, minta bisa berjalan di atas lautan, dan minta tidak ditampakkan mayatnya, dengan membaca doa yang bukan Alfaadz Nabawiyah, ternyata permintaannya dikabulkan. Doanya berbunyi : “Wahai Dzat Yang Maha Ilmu, Wahai Dzat Yang Maha Santun, Wahai Dzat Yang Maha Luhur, Wahai Dzat Yang Maha Agung” Secara tersirat, doa jami’ yang bernuansa Asma’ul Husna ini juga meggambarkan secara global bagaimana jenjang (tahapan) perjuangan Islam yang mesti dilalui Jama’ah Dakwah dalam kaitannya dengan Izzul Islam wal Muslimin. Jenjang Pertama Dari lafadz “Ya Alimu” tersirat bahwa fundamen pertama adalah ilmu. Oleh karena itu anggota jama’ah dakwah dituntut memenuhi fundamen pertama ini. Dengan demikian upaya memacu ilmu melalui tatsqif bagaimanapun mesti dilakukan secara konsisten demi menyambut peran berikutnya. Jenjang Kedua Bersama memacu ilmu, ada kewajiban mengamalkannya. Peran sebagai bentuk mengamalkan ilmu adalah berdakwah merupakan peran khusus orang yang berilmu. Sementara dalam amanah mengamalkan ilmu mesti berjumpa tantangan dan hambatan yang menuntut dihadapi secara tabah dan sabar. Disiniah Jama’ah Dakwah harus memiliki sifat hilm (santun) sepert ditunjukkan oleh lafadz Halimu. Lantaran sifat hilm, Rasululloh memberikan pujian kepada sahabat Al-Asyaj Abdil Qais bin ‘Aid dalam sabdanya : “Sesungguhnya dalam dirimu ada dua perangai yang dicintai Alloh, yaitu Hilm dan sabar.” (HR. Muslim) Salah satu manifestasi dari sifat hilm adalah terbuka dalam mengamalkan ilmu, sementara saat ini tumbuh arah eksklusifisme ilmu yang berbahaya. Akan berbahayanya sikap eksklusifisme ini, khalifah Umar bin Abdul Aziz berkata : “Sesungguhnya ilmu tidak bersifat merusak kecuali ilmu yang dirahasiakan” (Riyadus Sholihin) Jenjang Ketiga Seperti ditunjukkan oleh lafadz Ya Aliyyu, maka sesuai dengan kedudukan Islam yang luhur. Jama’ah dakwah mesti mempunyai program-pogram Dakwah yang luhur pula. Program luhur artinya program yang bagus dan rapi yang ditunjang dengan keseriusan dan optimisme. Pada dasarnya dibalik menjalankan setiap ajaran Islam pasti ada keluhuran, sekalipun ajaran terlihat remeh, karena Islam itu luhur dan tidak ada yang lebih luhur daripadanya. Oleh karena itu Khalifah Umar bin Khottob ketika melihat Abu Ubaidah terkesan meremehkan Islam, beliau berkata : “Wahai Abu Ubaidah ! Sesungguhnya kamu dulu termasuk orang yang paling terbelakang dan terhina, lalu Alloh memuliakanmu dengan Islam. Oleh karena itu manakala kamu mencari kemuliaan dengan selain islam maka Alloh akan kembali merendahkan kamu.” Jenjang Keempat Bila ketiga jenjang diatas telah tercapai secara optimal, maka Insyaalloh secara otomatis akan tercapai cita-cita keagungan (keberhasilan) Dakwah Islam, sebagaimana ditunjukkan lafadz “Ya Adzim” , berkat fadlullah setelah ada kerja keras akhdzul asbaab di atas. Oleh karena bagusnya makna doa sahabat Al Alaa’ Al Hadramy tersebut maka adalah layak bagi setiap Anggota Jama’ah Dakwah untuk mengiltizaminya, sekaligus mengamalkan makna tersiratnya. Wa Allohu A’lamu Bis Showab

Tidak ada komentar: