Translate

Jumat, 31 Januari 2014

Al KHOUF WAT TAWAQQUF

Setiap manusia tidak lepas dari memiliki naluri mempertahankan hidup (gorizatul baqo’). Ekspresi dari naluri itu bahwa sejak dulu manusia memiliki sikap Al khouf (takut).Dan adanya sikap ini pada diri manusia dengan berbagai tingkatanya; sedikit atau banyak,sama sekali tidak mempengaruhi tingkat keimanan.Namun begitu,sebagaimana naluri lawan jenis dan naluri ber agama,Islam tidak melenyapkan sikap itu di satu sisi,dan di sisi lain Islam juga tidak membiarkannya.Islam dengan ajaranya mengarahkan ekspresi naluri itu kepada yang benar ,yaitu hendaknya Al khouf tidak menghalangi aktivitas jihad fi sabilillah. Dari berbagai bentuk ketakutan-ketakutan yang ada,sesungguhnya yang paling ditakuti manusia adalah datangnya kematian.Al Qur'an menggambarkan bahwa kematian adalah musibah terbesar yang akan dialami manusia.Dari sinilah meski sadar bahwasanya kematian berada di tangan Allah SWT semata,manusia pada umumnya takut melakukan atau memasuki hal-hal yang menjadi jalaran datangnya musibah tersebut.Manusia tidak sadar,tentunya akan lebih ketakutan lagi.Karena itu,kenyataan menunjukan manusia takut dibunuh,takut disantet,takut diculik, takt diteror,dan lain sebagainya .Ini semua manusiawi,asal tidak berlanjut kepada sifat jubn.(lemah,bahasa jawa:jerih) Kepada kaum muslimin,khususnya kepada mereka yang berniat menjadi da'i,Islam mengarahkan hendaknya jangan takut mati manakala berdakwah di jalan Allah SWT.Karena menurut para ulama ,mati tak lebih adalah terputusnya hubungan ruh dengan badan ,pergantian suasana ,atau perpindahan dari rumah satu ke rumah yang lain.(Lihat; at Tadzkiroh.Imam al Qurthubi.hal 4.Juga Ar-Ruh.Imam Ibnul Qoyyim al JAuziyyah,hal 45).Mati bahkan adalah penghapus dosa bagi setiap orang Islam.(HR.Abu Nu’aim) Dalam berdakwah tidak boleh berharap bertemu musuh,tetapi jika bertemu,tawakkal dan bersabarlah.Berlari saat bertemu musuh (A l firor ninaz zahfi) adalah dosa besar dan termasuk perbuatanya orang-orang munafik. Arahan di atas memang tampak agung,namun amat berat rasanya.Tetapi dibalik itu Alloh SWT menyediakan balasan yang luar biasa bagi da'i yang mati syahid.(1) Kelak ruhnya berada pada burung hijau yang memiliki lampu-lampu bergantungan di arasy yang membawanya pergi dari surga kemana disukai.Nilai-nilai inilah yang mendorong para sahabat menyingkirkan perasaan takutnya manakala genderang jihad di tabuh bertalu-talu dengan penuh ketegaran .Sampai-sampai menjelang jihad yang paling sulit ,peperangan badar sekalipun mereka dahului dengan sikap kantuk massal, Sahabat abu Talhah bercerita; "aku termasuk salah seorang yang di landa rasa kantuk berat ,sampai pedangku lepas dari tanganku berulang-ulang .Tiap kali jatuh aku ambil,jatuh lagi, aku ambil lagi dan seterusnya" Sahabat Abdullah bin mas'ud berkata; (......................................................) “Kantuk dalam peperangan itu dari Allah SWT sedang kantuk dalam shalat itu dari syaitan” Ketidaktakutan pada kematian di atas tentu pas apabila di aktualisasikan pada saat merebak upaya teror dan isu penculikan aktivis pembinaan Islam yang langsung atau tidak langsung berkait dengan strategi Yahudi dan Nasrani memecah belah umat Islam itu.Kondisi yang mengarah pada percaturan siyasah yang cenderung kotor (2) ini menuntut kita semua membangkitkan sifat syajaa'ah (yang adil).Dalam arti sikap khouf jangan di jadikan alasan, misalnya,untuk tidak aktif mengaji,meliburkan pembinaan,dan mengurung diri di dalam rumah.Jika pasifitas ini yang di pilih ,dikhawatirkan proses dakwah membina umat yang teramat penting justru mengalami kemunduran .Sebuah kondisi yang di harap-harapkan oleh musuh-musuh Islam .Padahal jika tidak salah inilah kesempatan yang tepat untuk mulai memasukan materi pendidikan sabar,tawakkal,dan syaja'ah serta dzikir-dzikir, sehingga terbentuk kader untuk kejayaan Islam.Toh kita tidak akan mati ,jika ajal belum waktunya.Allah SWT berfirman: (......................................................................) “Janganlah kamu bersikap lemah ,dan janganlah kamu bersedih hati,padahal kamulah orang-orang yang paling berjaya,jika kamu orang-orang yang beriman” .(QS Ali Imron: 139) ***** Sikap at tawaquf yang kita telurkan sebagai ijtihad jama'ah menyikapi kondisi siyasah yang mengabaikan akhlakul karimah saat ini ,seperti tidak ikut (mendukung) partai berbasis umat Islam dan menghindari adanya tanazzu' kerap kali menimbulkan berbagai pertanyaan ,apalagi ketika partai politik saat ini di sebut – sebut sebagai sarana peruangan Islam di pentas nasional yang efektif ,sementara jamaah dakwah ini prioritasnya hanya tafaqquh fiddin.Pertama,jamaah dakwah ini tidak bergerak dengan menjadikan waaqiatul haal (kondisi yang ada) sebagai dalil, sehingga hukum di buat lentur menurut zaman dan tempat. Kedua,khittoh (garis perjuangan ) jamaah dakwah sekaligus konsep-konsepnya selama ini insya Allah ijtihadnya berdiri di atas landasan Al Quran dan as Sunnah .Sehingga ia adalah hukum syara' yang di situ terdapat maslahah ,yang mengikat setiap anggota jamaah atau individu yang lain berbeda. Mudah-mudahan dua sikap ini (al khouf tidak menjadi alasan menghentikan aktifitas dakwah dan keteguhan dalam at tawaqquf),menjadi modal kita semua menghadapi kondisi fitnah dalam percaturan siasah sekarang ini. Wallohu A’lam

Tidak ada komentar: