Translate

Sabtu, 11 Mei 2013

MINTA 1% DIBERI 100%



 فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ 

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Q.S Ar Rahman :13) 

Sebagai seorang muslim yang terbina hendaklah kita menyadari, dan meningkatkan mutu ketakwaan kita dan menjadikan Allah sebagai tujuan hidup, semua ini sangat ringan untuk diucap, namun tidak mudah melakukannya. Betapa banyak orang yang fasih mengatakan takwa, namun prilakunya jauh dari kata-kata yang dia ucapkan. Kita akan lebih mudah memahami persoalan ini dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari ketika telah tumbuh jiwa syukur dalam hati kita. Dengan memahami betapa pemurahnya Allah terhadap diri kita, betapa banyaknya anugrah yang telah dicucurkan pada kita, dengan bersyukur beban seberat apapun insya Allah akan terasa ringan dipikulnya. 

Allah telah menciptakan dan memelihara kita dengan limpahan karunia-Nya. Allah yang mendetakkan jantung kita, Allah pula yang menakdirkan kita menjadi manusia seperti ini. Allah telah membentuk dan memformat kita dengan rupa dan keadaan yang sebaik-baiknya. 

Sering kali kita melupakan kemurahan Allah, setiap kita minta kepada-Nya agar dihilangkannya satu beban, betapa Allah justru menghilangkan beberapa beban. Kita minta kesembuhan sakit mata kita, Allah pun menyembuhkannya dan memberi kesehatan pula anggota tubuh kita yang lain, Kita meminta satu permintaan, tapi Allah mengkabulkan permintaan tersebut dengan menyertakan 99 pemberian tanpa kita minta. lalu nikmat mana yang hendak kita ingkari?. 

Kita melakukan satu kebaikan Allah pun membalasnya dengan sepuluh pahala kebaikan, bahkan lebih. Tapi dikala kita melakukan satu keburuk, Allah hanya membalasnya denga satu keburukanpul, atau malah mengampuninya. Lalu nikmat mana yang hendak kita ingkari? 

Allah berfirman dalam sebuah Hadis kudsi; “Yabna Adam, selama engkau masih mau memohon dan berharap pada-Ku, maka Aku akan mengampuni dosa yang ada pada dirimu, Aku tidak peduli (Sebanya apa dosa itu). Yabna Adam andai saja dosamu sebanya awan yang ada di langgit, lalu engkau masih mau meminta ampun terhadap-Ku, maka Aku akan mengampuninya. Yabna Adam andai saja engkau mendatangi-Ku dengan membawa kesalahan sepenuh bumi, lalu engkau menemui Aku tanpa mensekutukan Aku, maka Aku akan berbuat sama terhadapmu dengan sepenuh pengampunan” (dikeluarkan oleh At Tirmidzi, Juz: 5 Hal: 3540) 

Di Hadis yang lain Allah berfirman “Satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat atau lebih, satu kejelekan akan dibalas dengan satu kejelekan atau Aku ampuni, barang siapa yang menemui-Ku dengan membawa kesalahan sepenuh bumi maka Aku akan berbuat sama terhadapnya dengan sepenuh pengampunan” (di keluarkan Imam Ahmad juz: 5 Hal: 155, kedudukan Hadis Hasan). 

Coba renungkan pula dikala kita lapar, Allah yang menyediakan makan. Di kala lelah, Allah memberi kita rasa kantuk, lalu kita tertidur dengannya. Tatkala tidur, kita tak berdaya, dan Allah mengutus Malaikat-Nya agar menjaga dan menentramkan tidur kita, lalu nikmat mana yang hendak kita ingkari?. 

Andai bukan Allah, siapa lagi yang memberi rasa nyenyak ketika tidur? Allah-lah yang telah menjaga segala-galanya. Sungguh, Dia tidak pernah lalai dalam mengurus kita semua. Dia memberi kita kecerdasan, walaupun bisa jadi kita jarang mengingat-Nya. Allah pulalah yang memberi keimanan kepada kita. Di kala sebagian manusia hidup dengan tidak mengenal Islam, tidak mengenal agama. Dia-lah memudahkan punggung kita rukuk, dan Dia tundukkan kening kita untuk melakukan sujud. Sungguh, nikmat mana lagi yang akan kita dustakan? 

Allah memberi kepada kita nikmat yang amat berharga. Dia berkenan menutupi aib-aib kita, sehingga orang lain tidak tahu siapa diri kita yang sebenarnya. Orang lain masih ada yang menunduk dan menghormat kepada kita, padahal kita sendiri sangat tahu siapa sebenarnya diri kita ini. Allah tidak membeberkan catatan-catatan buram itu, malah Dia memberi kesempatan pada kita untuk bertaubat. Dikala orang bergelimpang dengan dosa, kita malah dituntun agar bisa untuk bertaubat. Dari mana semua itu bermula? Tidak ada jawaban lain selain karena kemurahaan Allah saja. Maka alangkah nistanya andai kita sudah dijamu lahir-bathin, tenggelam dalam samudra nikmat yang tak bertepi, lalu kita mengkufuri semua kebaikan itu. Sudah sewajarnya jika kita harus membulatkan tekad meniti hidup semata-mata hanya untuk Allah. Tetes-tetes keringat keluar dari tubuh kita adalah untuk Allah. Allah-lah tujuan kita, Allah pemberi yang tidak pernah putus kemurahan-Nya. Dia ampunkan dosa-dosa melimpah yang selama ini kita perbuat. Cukuplah Allah menjadi sebaik-baik Wakil, sebaik-baik Pelindung dan Penolong. 

Jadi sebenarnya apa-apa yang kita pinta dari Allah hanyalah 1% saja dari 100% pemberian-Nya, dan yang 99% adalah pemberian Allah kepada kita secara Cuma-Cuma, itu adalah kemurahan-Nya, agar manusia sekalian mau bersyukur. Lalu nikman mana yang hendak kita kufuri?. 

“Apabila kamu diberi sesuatu tanpa kamu minta maka pergunakanlah (makanlah) dan sedekahkanlah sebagiannya (sebagai ungkapan rasa syukur)”. (HR. Muslim) 

Wallahu A’lam Bis Showab.

Tidak ada komentar: