Translate

Jumat, 03 Mei 2013

ANTARA PUJIAN DAN CELAAN

“Dipuji ora mekrok - dicelo ora melerok” Aby KH. Ikya’ Ulumiddi Hidup di dunia tidak lepas dari pujian dan celaan, kerena keduanya adalah barometer baik dan tidaknya seseorang. Manusia akan dikatakan baik dan bijak, jika mereka merespon baik terhadap celaan, sebagai kritik yang membangun. Namun sebaliknya mereka akan dikatakan egois, jika hanya merespon pujian saja dengan mengindahkan, tanpa memberi perhatian terhadap celaan atau kritikan, lalu kita tidak boleh serta-merta menyalahkan pencela atau pengkritik. Adanya kritikan seharusnya kita menyadari bahwa adanya kekurangan pada diri kita, dengan begitu kita bisa menambal dan membenahi kekurangan tersebebut. Di negeri ini memuji dan mencela adalah budaya yang sulit terelakkan, mereka lebih suka mengurusi kekurangan orang lain dari pada kekurangannya sendiri, mereka lebih mengetahui kelebihannya sendiri, dari pada kekurangannya. • بل الإنسـانُ على نفسـهِ بصيرةٌ . “Orang itu tau kelebihannya sendiri (dari pada kekurangannya)” Dalam hikmah dikatakan: • يَرَى الأحَدُ القِذَى فى عَيْنِ أخِيْهِ # ولايَرَى الجَدْعَ فى عينِهِ “Seseorang dapat melihat debu dimata saudaranya, akan tetapi bukit di depan mata sendiri tak kelihatan”. Maka betapa bijak apa yang dikatakan Abina pada Murid-murid Beliau; “Dipuji ora mekrok (tidak bangga diri)- dicelo ora melerok (tidak marah)” Sekiranya setiap orang itu menyadari bahwa lidah itu mempunyai amal (Perbuatan yang akan dipertanggung jawabkan), maka mereka akan sedikit sekali berbicara, kecuali hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya, orang lain atau alam lingkungannya. مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir. ( Qaaf : 18) Terkait dengan pujian dan celaan - Imam Al Ghazay dalam kitab Ikhya’nya - membagi manusia menjadi empat bagian: 1. Manusia yang merasa gembira dengan pujian dan berterimakasih kepada pemujinya, dan marah terhadap celaan serta membenci pencelanya. 2. Manusia yang tidak merasa senag (Marah) di dalam batin terhadap pencelanya, tapi menahan mulutnya, dan bagian-bagian tubuhnya untuk melahirkan. 3. Manusia yang merespon baik terhadap pujian dan celaan. Ini adalah awal derajat untuk menuju kesempurnaan. 4. Manusia yang tidak suka dipuji, namun sebaliknya Dia malah lebih suka dicela. Ini adalah perbuatan ibadah yang sesungguhnya.

Tidak ada komentar: