[dan orang-orang zhalim akan mengetahui
tempat seperti apakah yang kelak mereka tempati] QS As Syu'ara':227. "
Lelaki
miskin itu menghidupi isteri dan anak-anak dari hasil pekerjaannya sebagai
seorang nelayan. Suatu hari ia mendapatkan hasil tangkapan seekor ikan besar. Dengan
hati gembira ia menuju pasar untuk menjual ikat tersebut. Dalam hatinya
terbersit bahwa nanti ikannya ini akan terjual dengan harga mahal yang berarti
ia bisa memberikan nafkah kepada isteri dan anak-anaknya lebih banyak dari hari
biasanya.
Malang...sebelum
sampai di pasar, di tengah jalan ia bertemu dengan seorang yang menghentikan
langkah semangatnya. Melihat nelayan lemah tersebut membawa ikan segar yang
besar, orang itu memintanya. Tentu saja permintaan ini ditolak. Ia tetap
memaksa, tetapi tetap saja permintaannya tidak digubris. Akhirnya ia memukul
kepala si nelayan dengan kayu sehingga pingsan. Ia segera mengambil ikan dan
membawanya pulang dengan gratis.
Setelah
beberapa lama si nelayan tersadar dan mengingat kejadian barusan. Ia lalu
berdo'a; "Ya Tuhanku! Engkau telah Menjadikanku orang yang lemah.
Sementara Engkau Menjadikannya (perampas ikan) orang yang kuat dan jahat. Maka
segeralah ambil hakku darinya.Ia telah menzhalimiku dan aku tidak sabar
menunggu sampai di akhirat!"
Sementara
itu, setelah sampai di rumah, perampas ikan itu segera menyuruh isterinya agar
memasak ikan tersebut. Tak lama kemudian, masakan telah terhidang di meja
makan. Ajaib, ketika tangan si perampas terjulur hendak menyantap ikan,
tiba-tiba ikan membuka mulut dan menggigit jari-jari tangannya. Gigitan itu
terasa sangat sakit sehingga sempat membuatnya tidak sadar. Melihat jari-jarinya
terluka, ia segera ke dokter. Melihat luka yang begitu parah dan berbahaya itu,
dokter mengatakan: "Obat luka ini adalah dengan memotong jari-jari. Jika
tidak maka luka akan terus merambat ke telapak tangan".
Amputasipun
dilakukan, tetapi luka tetap merambat ke telapak tangan dengan rasa sakit yang
semakin bertambah dan tak terperihkan di tambah rasa khawatir nyawa akan
melayang. Dokter pun memutuskan untuk mengamputasi telapak tangannya. Dan
ternyata setelah telapak tangannya diamputasi, luka beralih ke lengan. Lelaki
itu semakin tercekam kesedihan dan kebingungan. Akhirnya ia mengingat masih
memiliki Tuhan sebagai tempat memohon pertolongan.
Doa-doa
permohonan pun tiada henti mengalir sehingga akhirnya suatu saat ia tertidur di
bawah naungan sebuah pohon rindang. Dalam tidur itulah ada seorang mendatangi
dan berkata kepadanya; "Wahai orang miskin, sampai berapa lagi anggota
badanmu yang akan diamputasi. Datanglah kepada orang yang kamu zhalimi dan
mintalah kerelaannya!" Sampai di sini ia terbangun dan mencoba mengingat
kembali mimpinya. Akhirnya ia sadar bahwa derita yang menimpanya adalah akibat
kezhaliman yang dilakukannya kepada si nelayan lemah. Ia lalu mencari informasi
di mana tempat tinggal si nelayan. Setelah berada di hadapan si nelayan, ia
segera menjatuhkan diri di kaki si nelayan. Ia memelas dan memohon agar
dimaafkan. Tidak hanya itu, ia juga menyerahkan sebagian hartanya kepada si
nelayan. Akhirnya si nelayanpun memberikan maaf. Saat itulah seketika nyeri di
lukanya berhenti hingga malam harinya ia bisa tidur dengan nyenyak. Dan Allah
pun mengembalikan tangannya seperti sedia kala.
Kemudian
Allah memberikan wahyu kepada Nabi Musa alaihissalam: "Wahai Musa,
andai saja lelaki itu tidak meminta maaf kepada orang yang dizhaliminya niscaya
Aku terus akan menyiksanya seumur hidupnya"
(al Mustathraf min kulli fann mustazhraf
hal 160-161)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar