Translate

Jumat, 16 September 2016

Akibat Merampas Hak Orang Lain




[dan orang-orang zhalim akan mengetahui tempat seperti apakah yang kelak mereka tempati] QS As Syu'ara':227.  "

Lelaki miskin itu menghidupi isteri dan anak-anak dari hasil pekerjaannya sebagai seorang nelayan. Suatu hari ia mendapatkan hasil tangkapan seekor ikan besar. Dengan hati gembira ia menuju pasar untuk menjual ikat tersebut. Dalam hatinya terbersit bahwa nanti ikannya ini akan terjual dengan harga mahal yang berarti ia bisa memberikan nafkah kepada isteri dan anak-anaknya lebih banyak dari hari biasanya.

Malang...sebelum sampai di pasar, di tengah jalan ia bertemu dengan seorang yang menghentikan langkah semangatnya. Melihat nelayan lemah tersebut membawa ikan segar yang besar, orang itu memintanya. Tentu saja permintaan ini ditolak. Ia tetap memaksa, tetapi tetap saja permintaannya tidak digubris. Akhirnya ia memukul kepala si nelayan dengan kayu sehingga pingsan. Ia segera mengambil ikan dan membawanya pulang dengan gratis.
Setelah beberapa lama si nelayan tersadar dan mengingat kejadian barusan. Ia lalu berdo'a; "Ya Tuhanku! Engkau telah Menjadikanku orang yang lemah. Sementara Engkau Menjadikannya (perampas ikan) orang yang kuat dan jahat. Maka segeralah ambil hakku darinya.Ia telah menzhalimiku dan aku tidak sabar menunggu sampai di akhirat!"

Sementara itu, setelah sampai di rumah, perampas ikan itu segera menyuruh isterinya agar memasak ikan tersebut. Tak lama kemudian, masakan telah terhidang di meja makan. Ajaib, ketika tangan si perampas terjulur hendak menyantap ikan, tiba-tiba ikan membuka mulut dan menggigit jari-jari tangannya. Gigitan itu terasa sangat sakit sehingga sempat membuatnya tidak sadar. Melihat jari-jarinya terluka, ia segera ke dokter. Melihat luka yang begitu parah dan berbahaya itu, dokter mengatakan: "Obat luka ini adalah dengan memotong jari-jari. Jika tidak maka luka akan terus merambat ke telapak tangan".

Amputasipun dilakukan, tetapi luka tetap merambat ke telapak tangan dengan rasa sakit yang semakin bertambah dan tak terperihkan di tambah rasa khawatir nyawa akan melayang. Dokter pun memutuskan untuk mengamputasi telapak tangannya. Dan ternyata setelah telapak tangannya diamputasi, luka beralih ke lengan. Lelaki itu semakin tercekam kesedihan dan kebingungan. Akhirnya ia mengingat masih memiliki Tuhan sebagai tempat memohon pertolongan.

Doa-doa permohonan pun tiada henti mengalir sehingga akhirnya suatu saat ia tertidur di bawah naungan sebuah pohon rindang. Dalam tidur itulah ada seorang mendatangi dan berkata kepadanya; "Wahai orang miskin, sampai berapa lagi anggota badanmu yang akan diamputasi. Datanglah kepada orang yang kamu zhalimi dan mintalah kerelaannya!" Sampai di sini ia terbangun dan mencoba mengingat kembali mimpinya. Akhirnya ia sadar bahwa derita yang menimpanya adalah akibat kezhaliman yang dilakukannya kepada si nelayan lemah. Ia lalu mencari informasi di mana tempat tinggal si nelayan. Setelah berada di hadapan si nelayan, ia segera menjatuhkan diri di kaki si nelayan. Ia memelas dan memohon agar dimaafkan. Tidak hanya itu, ia juga menyerahkan sebagian hartanya kepada si nelayan. Akhirnya si nelayanpun memberikan maaf. Saat itulah seketika nyeri di lukanya berhenti hingga malam harinya ia bisa tidur dengan nyenyak. Dan Allah pun mengembalikan tangannya seperti sedia kala.

Kemudian Allah memberikan wahyu kepada Nabi Musa alaihissalam: "Wahai Musa, andai saja lelaki itu tidak meminta maaf kepada orang yang dizhaliminya niscaya Aku terus akan menyiksanya seumur hidupnya"

 (al Mustathraf min kulli fann mustazhraf hal 160-161)

Tidak ada komentar: