Translate

Jumat, 09 September 2016

Akibat Iri Hati



"Apakah mereka iri kepada orang-orang karena mendapatkan  anugeraNya"QS An Nisa':54.

Entah karena apa Badui itu begitu disukai oleh Khalifah al Mu'tashim sehingga ia bisa bebas keluar masuk istana dan bahkan ruang keluarga Khalifah tanpa izin. Hal demikian ternyata membuat seorang menteri iri hati. Dalam hati, menteri beranggapan bahwa jika hal demikian dibiarkan bisa jadi Khalifah akan semakin dekat dengan Badui itu dan menjadikan ada jarak antara dirinya dan Khalifah.
Menteri yang sudah dikuasai iri hati inipun membuat rencana. Ia lalu mengundang Badui untuk makan di rumahnya. Undangan itu bersambut dan usai makan, menteri yang memang sengaja memperbanyak bawang dalam campuran masakan berkata: "Hati-hati, jangan mendekat kepada Amirul Mukminin (Khalifah) karena Beliau akan mencium bau bawang dari mulut. Perlu kamu tahu bahwa Beliau tidak suka dengan bau bawang!"

Selanjutnya menteri datang dan berbicara kepada Khalifah: "Wahai paduka, sungguh Badui itu telah menyebarkan isu bahwa Amirul Mukminin mulutnya bau (Abkhar) sehingga ia sangat terganggu karenanya".

Beberapa lama kemudian, ucapan menteri ini terbukti kepada Khalifah. Badui itu datang dan menghadap Khalifah sambil menutup mulut dengan lengan bajunya karena khawatir Khalifah terganggu bau mulutnya. Menyaksikan aksi yang tidak seperti biasanya, dalam hati Khalifah berkata; "Ucapan menteri kepadaku tentang Badui ini ternyata benar".

Khalifah kemudian menulis surat kepada salah seorang gubernurnya yang berisi; "Jika surat ini sampai kepadamu maka penggal kepala orang yang membawanya!" usai surat itu ditulis dan dikemas, Khalifah pun memanggil si Badui; "Antarkanlah surat ini kepada gubernurku dan jangan kembali kepadaku kecuali dengan membawa jawabannya!" Badui itu dengan senang hati menerima dan mengantarkan surat. Baru saja ia keluar dari pintu Istana, menteri mencegatnya dan bertanya; "Hendak ke manakah anda?" Badui menjawab: "Saya akan mengantarkan surat Khalifah kepada salah seorang gubernurnya" jawaban ini membersitkan di hati menteri; "Badui ini pasti akan mendapatkan harta benda banyak sekali jika menjalankan tugas ini" akhirnya menteri menawarkan: "Wahai Badui, bagaimana menurutmu jika ada orang yang bersedia memberimu uang dua ribu Dinar dan menggantikanmu menanggung kepayahan dan resiko perjalanan?" Badui menjawab: "Anda orang besar, anda orang yang bijak. Jika anda memiliki usul maka silahkan!" menterti berkata: "Berikanlah surat itu kepadaku!" Badui pun memberikan surat itu kepada menteri sekaligus juga menerima dua ribu dinar darinya. Menteri lalu bergegas melakukan perjalanan mengantarkan surat Khalifah. Selesai membaca surat Khalifah, gubernur segera memerintahkan agar kepala menteri itu dipenggal.

Beberapa hari kemudian Khalifah ingat akan Badui itu dan juga menanyakan ke mana mentertinya. Akhirnya ia mendapatkan kabar bahwa Badui ada di rumahnya sementara si menteri memang beberapa hari ini tidak menampakkan diri. Kabar ini membuat Khalifah heran dan memerintahkan supaya Badui itu dipanggil ke istana. Di hadapan Khalifah, Badui pun menceritakan semua peristiwanya bersama menteri. Kisah itupun ditutup dengan pengangkatan si Badui sebagai menteri.

Imam al Ashmui bercerita;
Aku bertemu dengan seorang Badui yang sudah berusia 120 tahun. Aku bertanya; "Betapa panjang usia anda. Kiranya apa resepnya?" Badui itu menjawab: "Aku meninggalkan iri hati sehingga aku masih hidup sampai hari ini"

 (al Mustathraf min kulli fann mustazhraf hal 305-306)

Tidak ada komentar: