“Bisakah ini saya ceritakan kepada orang – orang agar mereka
bergembira?” Nabi Shollallohu alaihi wasallam menjawab, “(Jangan!) sebab dengan begitu mereka akan
percaya begitu saja (Ittikaal)( dan
tidak mau beramal)” pertanyaan ini dilontarkan oleh Mu’adz bin Jabal rodhiyallohu
anhu sesaat mendengar sabda Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam:
مَا مِنْ
عَبْدٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ إِلاَّ حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّارِ
“Tiada seorang
hamba yang bersaksi tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah
hamba dan utusanNya kecuali Alloh mengharamkan dirinya atas neraka”HR Bukhori Muslim dari Anas ra.
Kendati selama
masih hidup Mu’adz tetap menyimpan Hadits ini, akan tetap karena perasaan
khawatir berdosa (Ta’atssuman) maka menjelang meninggal Hadits inipun
diceritakan. Tentang hadits ini, Abu Dzar al Ghiffari ra juga memiliki cerita:
Aku datang kepada Nabi Shollallohu alaihi wasallam saat Beliau masih
tidur dengan memakai pakaian putih. Aku pulang dan kembali lagi dan ternyata
Beliau masih tidur. Aku pulang dan kembali saat Beliau sudah terbangun. Aku
mendekat dan mendengar Beliau Shollallohu alaihi wasallam bersabda yang
artinya, “Tiada hamba yang berkata, “Tiada Tuhan selain Alloh kemudian ia
meninggal menetapi itu kecuali ia pasti
masuk surga” Aku (Abu Dzar ra) bertanya: “Meski ia berzina meski ia
mencuri?” Nabi Shollallohu alaihi wasallam menjawab, “Meski ia
berzina meski ia mencuri”tiga kali pertanyaan diulang oleh Abu Dzar dan
tiga kali pula Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam memberikan jawaban
yang sama. Hadits ini menjadi bantahan
kuat atas kaum Khowaarij dan Mu’tazilah yang berpendapat menyimpang bahwa para
pelaku dosa – dosa besar (Ahlu Kabaa’ir) abadi di neraka. Abu Huroiroh
ra juga meriwayatkan sebuah hadits yang artinya, “Setiap Nabi mempunyai do’a
yang dikabulkan. Semua Nabi lalu mempercepat do’anya (di dunia) dan sungguh aku
menyimpan do’aku sebagai syafaat untuk ummatku pada hari kiamat. Dan syafaat
Insya Alloh didapatkan oleh setiap umatku yang meninggal dalam keadaan tidak
menyekutukan Alloh dengan sesuatu apapun”
Keagungan dan
keutamaan Kalimat Laa ilaaha illalloh Muhammad Rosululloh, semakin jelas kelihatan kelak pada hari kiamat saat
dilaksanakan Hisab dalam proses timbangan amal seperti dijelaskan dalam
Hadits riwayat Abdulloh bin Umar ra yang terkenal dengan Hadits Bithoqoh
yang artinya, “Di depan seluruh makhluk, pada hari kiamat seorang dari umatku
dipanggil dengan keras dan lalu dibentangkan atasnya 99 lembaran sepanjang
pandangan mata. Alloh kemudian berfirman, “Adakah dari seluruhnya ini yang
kamu ingkari?” ia menjawab, “Tidak, wahai Tuhanku” Alloh berfirman, “Apakah
para malaikatku yang mencatat amal berbuat aniaya kepadamu?” ia menjawab,
“Tidak, Tuhanku” Alloh berfirman, “Apakah kamu mempunyai alasan? Adakah kamu
memiliki kebaikan?” dengan rasa takut gemetar lelaki itu menjawab, “Tidak”
Alloh berfirman, “Ia, sunguh di sisiKu kamu memiliki banyak kebaikan dan
hari ini tak ada aniaya atasmu” lalu dikeluarkan untuk lelaki tersebut
sebuah kartu (Bithoqoh) yang di sana tertulis, “Saya bersaksi
sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba
dan utusanNya” (melihat ini) orang itu bertanya, “Ya Tuhanku, di manakah
Bithoqoh ini (di banding) dengan lembaran – lembaran ini?” Alloh berfirman, “Kamu
tidak akan dianiaya” 99 lembaran lalu ditaruh di satu sisi timbangan dan Bithoqoh
ditaruh di satu sisi yang lain dan ternyata lembaran – lembaran tersebut
menjadi ringan dan (sebaliknya) Bithoqoh itu menjadi berat” mengomentari Hadits
Bithoqoh ini Imam Abu Isa at Tirmidzi berkata, “Apapun tidak ada yang berat
(jika) bersamaan nama Alloh”
Menyaksikan Tholhah
bin Ubaidillah ra sepertinya sedang dirudung duka, Umar ra bertanya, “Ada apakah kiranya?”
Tholhah menjawab, ”Sungguh saya mendengar Rosululloh Shollallohu alaihi
wasallam bersabda (yang artinya), “Sesungguhnya aku mengetahui sebuah
kalimat yang tidak diucapkan oleh seorang hamba menjelang kematian kecuali
dihilangkan kesusahan darinya, warnanya terlihat cerah dan ia pasti melihat
sesuatu yang menyenangkan” Tholhah melanjutkan, “Hanya saja saat itu aku
tidak sempat bertanya apakah kalimat itu” Umar ra lalu menyahut, “Aku
mengetahui bahwa kalimat itu adalah kalimat yang paling utama yang oleh
Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam didakwahkan kepada pamannya
menjelang sang paman meninggal dunia” “Apakah kalimat itu?” Tanya Tholhah. Umar
ra menjawab, “Laa ilaaha illalloh” ini juga
terkait erat dengan sabda Nabi Shollallohu alaihi wasallam yang artinya,
“Ajarkanlah (bimbinglah) orang – orang mati kalian (orang yang akan
meninggal) Laa ilaaha illalloh!” Muttafaq alaih.
Di samping
menegaskan keutamaan Kalimat Tauhid, hadits – hadits di atas juga secara
tersirat mengajarkan betapa keimanan
yang dibuka dengan Kalimat Tauhid merupakan suatu yang sangat dan paling
mahal yang pernah diberikan oleh Alloh kepada para hambaNya. Betapa tidak,
dengan keyakinan Laa ilaaha illalloh seseorang berhak keluar dari neraka
dan memasuki surga meski dirinya datang ke akhirat dengan membawa segunung dan
selaksa dosa – dosa. Mu’adz bin Jabal ra meriwayatkan sabda Rosululloh Shollallohu
alaihi wasallam yang artinya, “Kunci – kunci surga
adalah bersaksi tiada Tuhan selain Alloh” Sufyan bin
Uyainah mengatakan: “Alloh tidak memberikan kepada seorang hamba sebuah nikmat
yang lebih agung daripada Dia memberinya pengertian tentang Laa ilaaha
illalloh” Sungguh dengan keyakinan Tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Nabi
Muhammad Shollallohu alaihi wasallam
adalah Utusan Alloh seorang manusia, apapun statusnya, bisa menjadi bernilai
lebih tinggi di sisi Alloh daripada seluruh dunia seisinya. Dalam sebuah hadits
disebutkan:
لَزَوَالُ
الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ
قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ
“Sungguh hilangnya dunias bagi Alloh lebih ringan
daripada terbunuhnya seorang muslim”
Dari riwayat Abu
Said al Khudri dan Abu Huroiroh rodhiyallohu anhuma juga disebutkan
sabda Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam yang artinya, “Sungguh
andai penduduk langit dan penduduk bumi terlibat dalam darah seorang beriman
niscaya seluruhnya akan dibenamkan oleh Alloh di neraka” ini semua semestinya menumbuhkan dan mengokohkan keyakinan manusia beriman
betapa kini dirinya selama masih memegang keimanan tersebut sedang berada dalam
kemuliaan dan kehormatan serta derajat yang tinggi di sisi Alloh Subhaanahu
wata’aala. Dirinya mendapat jaminan selamat dari neraka dan memasuki surga.
Dan yang juga membanggakan adalah eksistensinya yang diakui olehNya lebih
berharga daripada dunia serta isinya. Dari sini bisa difahami hikmah di balik
keberadaan para utusan mulai Nabi Adam alaihissalaam sampai Rosululloh Shollallohu
alaihi wasallam yang seluruhnya berjuang menghidupkan dan menyebar luaskan
Kalimat Tauhid Laa ilaah illalloh. Telah banyak nyawa dikorbankan.
Sungguh tidak terhitung kesengsaraan dan penderitaan yang harus dijalani dalam
rangka mengajak manusia menanam Kalimat Tauhid ini di dalam hati. Para
Nabi yang mulia dan para pengikut setia mereka senantiasa bekerjasama bahu
membahu berusaha menyebarkan Tauhid
ini ke seluruh belahan dunia.
Setan adalah musuh
besar manusia. Permusuhannya tidak akan pernah sirna, ia mengerti betul hal
apakah yang paling berharga yang dimiliki oleh manusia yang tidak lain adalah
keimanan. Karena itu, seperti halnya musuh berupa manusia yang mesti
menginginkan hilangnya sesuatu paling berharga yang dimiliki orang yang
dimusuhinya, setan juga demikian. Ia telah mencanangkan pengkafiran sebagai
target utama yang mesti dicapai. Wallohu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar