Translate

Jumat, 02 September 2016

Permata Iman



“Bisakah ini saya ceritakan kepada orang – orang agar mereka bergembira?” Nabi Shollallohu alaihi wasallam menjawab,  “(Jangan!) sebab dengan begitu mereka akan percaya begitu saja (Ittikaal)(  dan tidak mau beramal)” pertanyaan ini dilontarkan oleh Mu’adz bin Jabal rodhiyallohu anhu sesaat mendengar sabda Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam:

        مَا مِنْ عَبْدٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ إِلاَّ حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّارِ

“Tiada seorang hamba yang bersaksi tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusanNya kecuali Alloh mengharamkan dirinya atas neraka”HR Bukhori Muslim dari Anas ra.

Kendati selama masih hidup Mu’adz tetap menyimpan Hadits ini, akan tetap karena perasaan khawatir berdosa (Ta’atssuman) maka menjelang meninggal Hadits inipun diceritakan. Tentang hadits ini, Abu Dzar al Ghiffari ra juga memiliki cerita: Aku datang kepada Nabi Shollallohu alaihi wasallam saat Beliau masih tidur dengan memakai pakaian putih. Aku pulang dan kembali lagi dan ternyata Beliau masih tidur. Aku pulang dan kembali saat Beliau sudah terbangun. Aku mendekat dan mendengar Beliau Shollallohu alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Tiada hamba yang berkata, “Tiada Tuhan selain Alloh kemudian ia meninggal menetapi itu  kecuali ia pasti masuk surga” Aku (Abu Dzar ra) bertanya: “Meski ia berzina meski ia mencuri?” Nabi Shollallohu alaihi wasallam menjawab, “Meski ia berzina meski ia mencuri”tiga kali pertanyaan diulang oleh Abu Dzar dan tiga kali pula Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam memberikan jawaban yang sama.  Hadits ini menjadi bantahan kuat atas kaum Khowaarij dan Mu’tazilah yang berpendapat menyimpang bahwa para pelaku dosa – dosa besar (Ahlu Kabaa’ir) abadi di neraka. Abu Huroiroh ra juga meriwayatkan sebuah hadits yang artinya, “Setiap Nabi mempunyai do’a yang dikabulkan. Semua Nabi lalu mempercepat do’anya (di dunia) dan sungguh aku menyimpan do’aku sebagai syafaat untuk ummatku pada hari kiamat. Dan syafaat Insya Alloh didapatkan oleh setiap umatku yang meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan Alloh dengan sesuatu apapun”


Keagungan dan keutamaan Kalimat Laa ilaaha illalloh Muhammad Rosululloh, semakin  jelas kelihatan kelak pada hari kiamat saat dilaksanakan Hisab dalam proses timbangan amal seperti dijelaskan dalam Hadits riwayat Abdulloh bin Umar ra yang terkenal dengan Hadits Bithoqoh yang artinya, “Di depan seluruh makhluk, pada hari kiamat seorang dari umatku dipanggil dengan keras dan lalu dibentangkan atasnya 99 lembaran sepanjang pandangan mata. Alloh kemudian berfirman, “Adakah dari seluruhnya ini yang kamu ingkari?” ia menjawab, “Tidak, wahai Tuhanku” Alloh berfirman, “Apakah para malaikatku yang mencatat amal berbuat aniaya kepadamu?” ia menjawab, “Tidak, Tuhanku” Alloh berfirman, “Apakah kamu mempunyai alasan? Adakah kamu memiliki kebaikan?” dengan rasa takut gemetar lelaki itu menjawab, “Tidak” Alloh berfirman, “Ia, sunguh di sisiKu kamu memiliki banyak kebaikan dan hari ini tak ada aniaya atasmu” lalu dikeluarkan untuk lelaki tersebut sebuah kartu (Bithoqoh) yang di sana tertulis, “Saya bersaksi sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusanNya” (melihat ini) orang itu bertanya, “Ya Tuhanku, di manakah Bithoqoh ini (di banding) dengan lembaran – lembaran ini?” Alloh berfirman, “Kamu tidak akan dianiaya” 99 lembaran lalu ditaruh di satu sisi timbangan dan Bithoqoh ditaruh di satu sisi yang lain dan ternyata lembaran – lembaran tersebut menjadi ringan dan (sebaliknya) Bithoqoh itu menjadi berat” mengomentari Hadits Bithoqoh ini Imam Abu Isa at Tirmidzi berkata, “Apapun tidak ada yang berat (jika) bersamaan nama Alloh”

Menyaksikan Tholhah bin Ubaidillah ra sepertinya sedang dirudung duka, Umar ra bertanya, “Ada apakah kiranya?” Tholhah menjawab, ”Sungguh saya mendengar Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam bersabda (yang artinya), “Sesungguhnya aku mengetahui sebuah kalimat yang tidak diucapkan oleh seorang hamba menjelang kematian kecuali dihilangkan kesusahan darinya, warnanya terlihat cerah dan ia pasti melihat sesuatu yang menyenangkan” Tholhah melanjutkan, “Hanya saja saat itu aku tidak sempat bertanya apakah kalimat itu” Umar ra lalu menyahut, “Aku mengetahui bahwa kalimat itu adalah kalimat yang paling utama yang oleh Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam didakwahkan kepada pamannya menjelang sang paman meninggal dunia” “Apakah kalimat itu?” Tanya Tholhah. Umar ra menjawab, “Laa ilaaha illalloh” ini juga terkait erat dengan sabda Nabi Shollallohu alaihi wasallam yang artinya, “Ajarkanlah (bimbinglah) orang – orang mati kalian (orang yang akan meninggal) Laa ilaaha illalloh!” Muttafaq alaih.


Di samping menegaskan keutamaan Kalimat Tauhid, hadits – hadits di atas juga secara tersirat mengajarkan betapa  keimanan yang dibuka dengan Kalimat Tauhid merupakan suatu yang sangat dan paling mahal yang pernah diberikan oleh Alloh kepada para hambaNya. Betapa tidak, dengan keyakinan Laa ilaaha illalloh seseorang berhak keluar dari neraka dan memasuki surga meski dirinya datang ke akhirat dengan membawa segunung dan selaksa dosa – dosa. Mu’adz bin Jabal ra meriwayatkan sabda Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam yang artinya, “Kunci – kunci  surga  adalah bersaksi tiada Tuhan selain Alloh”  Sufyan bin Uyainah mengatakan: “Alloh tidak memberikan kepada seorang hamba sebuah nikmat yang lebih agung daripada Dia memberinya pengertian tentang Laa ilaaha illalloh”  Sungguh dengan keyakinan Tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Nabi Muhammad  Shollallohu alaihi wasallam adalah Utusan Alloh seorang manusia, apapun statusnya, bisa menjadi bernilai lebih tinggi di sisi Alloh daripada seluruh dunia seisinya. Dalam sebuah hadits disebutkan:
          لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ  مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ
“Sungguh hilangnya dunias bagi Alloh lebih ringan daripada terbunuhnya seorang muslim”

Dari riwayat Abu Said al Khudri dan Abu Huroiroh rodhiyallohu anhuma juga disebutkan sabda Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam yang artinya, “Sungguh andai penduduk langit dan penduduk bumi terlibat dalam darah seorang beriman niscaya seluruhnya akan dibenamkan oleh Alloh di neraka”  ini semua semestinya menumbuhkan dan mengokohkan keyakinan manusia beriman betapa kini dirinya selama masih memegang keimanan tersebut sedang berada dalam kemuliaan dan kehormatan serta derajat yang tinggi di sisi Alloh Subhaanahu wata’aala. Dirinya mendapat jaminan selamat dari neraka dan memasuki surga. Dan yang juga membanggakan adalah eksistensinya yang diakui olehNya lebih berharga daripada dunia serta isinya. Dari sini bisa difahami hikmah di balik keberadaan para utusan mulai Nabi Adam alaihissalaam sampai Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam yang seluruhnya berjuang menghidupkan dan menyebar luaskan Kalimat Tauhid Laa ilaah illalloh. Telah banyak nyawa dikorbankan. Sungguh tidak terhitung kesengsaraan dan penderitaan yang harus dijalani dalam rangka mengajak manusia menanam Kalimat Tauhid ini di dalam hati. Para Nabi yang mulia dan para pengikut setia mereka senantiasa bekerjasama bahu membahu berusaha menyebarkan  Tauhid ini ke seluruh belahan dunia.
Setan adalah musuh besar manusia. Permusuhannya tidak akan pernah sirna, ia mengerti betul hal apakah yang paling berharga yang dimiliki oleh manusia yang tidak lain adalah keimanan. Karena itu, seperti halnya musuh berupa manusia yang mesti menginginkan hilangnya sesuatu paling berharga yang dimiliki orang yang dimusuhinya, setan juga demikian. Ia telah mencanangkan pengkafiran sebagai target utama yang mesti dicapai. Wallohu A’lam.

Tidak ada komentar: