Dari Abu Dzarr al Ghiffari ra dari Nabi shallallahu
alaihi wasallam bahwa Allah Azza wajalla berfirman: [ Wahai para hambaKu, andai
seluruh orang pertama dan terakhir kalian, manusia dan jin kalian menjadi seperti paling bertaqwanya hati seorang
lelaki di antara kalian maka hal itu tidak menambah sedikitpun kekuasaanKu. Wahai
para hambaKu, andai seluruh orang pertama dan terakhir kalian, manusia dan jin
kalian menjadi seperti paling jeleknya
hati seorang lelaki di antara kalian maka hal itu tidak mengurangi sedikitpun
kekuasaanKu…] ( HR Muslim. Lihat Hadits Arbain nomer 24
)
Atas dasar ini, ibadah yang karenanya
manusia diciptakan merupakan; 1) standar untuk mengetahui kadar syukur
dan kufurnya. Allah berfirman: { Ini
adalah termasuk anugerah Tuhanku agar Dia menguji apakah aku bersyukur ataukah
kufur. Dan barang siapa yang bersyukur maka itu untuk dirinya sendiri dan
barang siapa kufur maka sesungguhnya Allah Maha Kaya Maha Mulia } ( QS
an -Nahl : 40 ), 2) Hubungan ( shilah ) antara dirinya dengan
Tuhannya dalam rangka mendekat kepadaNya sebagai isyarat ketaatan dan sebagai 3) Sarana ( Wasilah
) mendapatkan cintaNya. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “
HambaKu tidak berusaha mendekat kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku
cintai daripada sesuatu yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hambaKu selalu
berusaha mendekat kepadaKu dengan amal – amal sunnah sehingga Aku
Mencintainya…” ( HR Bukhari )
Imam Nawawi berkata: Kecintaan Allah
kepada hambaNya adalah kehendak baikNya untuk hamba tersebut. Karena itu jika
Dia Mencintai hambaNya maka Dia menyibukkannya dengan berdzikir kepadaNya, Dia
menjaganya dari setan dan memfungsikan anggota tubuhnya dengan ketaatan dan
suka akan kebaikan. Hal ini menjadikan hamba tersebut
menjaga pandangannya dari hal – hal haram. Ia tidak melihat sesuatu yang tidak
halal baginya. Pandangannya adalah pandangan berfikir dan mengambil pelajaran.
Ia tidak melihat sesuatu dari ciptaan – ciptaan kecuali menjadikannya sebagai
dalil akan wujud Sang Pencipta. Ali ra berkata: Aku tidak melihat sesuatu
apapun kecuali aku melihat Allah sebelumnya.
Makna mengambil pelajaran ( I’tibar )
adalah membawa fikiran kepada
kesimpulan akan kekuasaan Allah hingga manusia (pemilik fikiran) pun bertasbih,
memuji Allah, bertahlil, mensucikan dan mengagungkan Allah. ( dengan demikian )
menjadi- lah seluruh gerak dan aktivitasnya secara keseluruhan karena Allah. Ia
tidak berjalan kecuali dalam hal yang berfaedah baginya. Tangannya tidak
berbuat sesuatu yang sia - sia.
Sebaliknya, seluruh gerak dan diamnya adalah karena Allah sehingga
seluruh yang dilakukannya menjadi bernilai pahala dan ia tidak menganggap remeh
sedikit kebaikan. Ini karena tekadnya adalah mencari Ridha Allah
yang berarti tidak ada pilihan baginya kecuali harus bersemangat, ikhlash dan
serius ( jujur ) sebab penerimaan Allah ( Qabul ) yang menjadikan hal
kecil menjadi besar, hal sedikit menjadi banyak dan yang belakangan menjadi
terdepan adalah tergantung keseriusan ( kejujuran ) bersama Allah {
Itulah anugerah dari Allah dan cukuplah Allah sebagai Dzat Maha Mengetahui }
(QS an – Nisa’ : 70 ), bukan Ridha manusia, bahkan dalam
suatu saat terpaksa harus menjadikan manusia marah di jalan mencari Ridha
Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
: “ Barang siapa mencari ridha Allah dengan kemarahan manusia maka Allah
pasti mencukupinya dari ketergantungan kepada manusia. Barang siapa yang
mencari ridha manusia dengan kemarahan Allah maka Allah menjadikannya
bergantung kepada manusia “( HR Turmudzi, Qudhai dan Ibnu Asakir dengan
sanad Hasan ).
Dan dirinya tidak tertipu oleh amal yang
telah dilakukan sesuai dengan bisikan do’anya: “ Ya Allah, tidak akan ada orang
yang bisa menolak apa yang Engkau berikan dan tak ada seorang pun yang bisa
memberi apa yang Engkau cegah. Dan usaha kuat ( dalam ibadah) orang yang giat (
beribadah ) tidak bermanfaat baginya darimu “, tetapi ia senantiasa berharap
anugerah dan rahmatNya dan bergembira karena itu. Allah berfirman: { Katakanlah
: Dengan anugerah dan rahmat Allah maka karana itulah hendaknya mereka
bergemnbira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka usahakan } (QS
Yunus : 58).
Ya Allah, sesungguhnya saya
memohon kepadaMu
bisa berbuat kebajikan dan
menghindari kemungkaran serta mencintai orang - orang miskin.
Saya memohon agar Engkau mengampuni dan
mengasihiku.
Dan saya memohon kepadaMu bisa
mencintaiMu, mencintai orang yang mencintaMu
dan mencintai amalan yang
mengantarkan kepada kedekatan denganMu. Amin
والله
يتولى الجميع برعايته
Tidak ada komentar:
Posting Komentar