Islam begitu
menghargai hubungan sanak famili ( Rahim
) yang mengikat manusia satu sama lain melalui hubungan nasab atau kerabat.
Penghargaan ini tidak pernah dikenal oleh kemanusian dalam agama, aturan atau
syariat apapun selain Islam. Islam mewasiatkan dan mendorong agar sanak famili
disambung serta memberikan ancaman atas orang yang memutuskannya. Allah
berfirman:
(#qà)¨?$#ur ©!$# Ï%©!$# tbqä9uä!$|¡s? ¾ÏmÎ/ tP%tnöF{$#ur 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. öNä3øn=tæ $Y6Ï%u
Dan takutlah
kalian kepada Allah yang dengan mempergunakan ( namaNya ) kamu saling meminta
satu sama lain dan ( peliharalah ) hubungan shilaturrahim QS an Nisa: 1. Pertama Allah memerintahkan Taqwa dan
selanjutnya menyebutkan Arham ( jamak dari Rahim ) untuk menegaskan akan keagungannya.
Dalam perasaan
muslim yang terbina, keunggulan dan
posisi penting Rahim cukup dibuktikan dengan banyaknya ayat yang memerintahkan
agar ia dijalin dan dibina secara baik selain Iman dan berbuat baik ( Ihsan )
kepada kedua orang tua ( lihat QS al Isra” : 24, 26, dan An Nisa’ : 36 )
serta banyaknya hadits yang mendorong hal tersebut.
Dari Abu Ayyub
al Anshari ra: Seorang bertanya: Wahai Rasulullah, berikan kabar kepada saya
akan amal perbuatan yang bisa memasukkan saya ke dalam surga!” Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “
Kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun,
mendirikan shalat, memberikan zakat dan menyambung sanak famili Muttafaq alaih. Hal tersebut dikuatkan
oleh hadits panjang tentang dialog Abu Sufyan dan Heraclius.
Heraclius
bertanya: Apa yang diperintahkan olehnya ( Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam ) di antara kalian?” Abu Sufyan menjawab: [ Dia mengatakan: “
Sembahlah Allah yang Esa dan jangan menyekutukanNya dengan apapun.
Tinggalkanlah apa yang dikatakan para orang tua kalian “] Abu Sufyan melanjutkan: [ Dia juga
memerintahkan kepada kami agar shalat, kejujuran, menjaga diri ( Afaf ) dan
menyambung sanak famili ] Muttafaq alaih. Jadi menyambung sanak famili berada bersama
menyembah dan mengesakan Allah, mendirikan shalat, memberikan zakat, berpegang
dengan Afaf dan kejujuran pada satu rangkain dalam bilangan identitas pokok
agama yang suci ini.
Sungguh Allah
benar – benar mengagungkan urusan sanak famili ketika Dia menjadikannya sebagai
bagian yang terkait erat dengan namaNya, Ar Rahman tak ubahnya seperti jaringan saraf - saraf.
Dia begitu mengagungkannya sehingga menjadikannya dari penggalan namaNya, Aku Maha Pengasih ( Ar Rahman ) dan Aku Menciptakan Rahim dan mengeluarkannya
dari namaKu, ( karena itu )barang siapa menyambungnya maka Aku pasti
menyambungnya dan barang siapa memutusnya maka Aku-pun pasti memutusnya. ( Dikeluarkan oleh al Bukhari dalam al Adab al
Mufrad ) Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Sesungguhnya
Rahim adalah bagian (cabang) dari Ar Rahman, ia berkata: Ya Tuhanku sesungguhnya saya dizhalimi, Tuhanku
sesungguhnya saya diputuskan… Alloh lalu menjawabnya: “Tidakkah kamu rela Aku
memutus orang yang memutusmu dan Aku menyambung orang yang menyambungmu ?” ( Dikeluarkan oleh al Bukhari dalam al Adab al Mufrad ).
Di sini ada
isyarat bagi muslim yang terbina bahwa orang yang menyambung sanak famili diberikan kenikmatan dalam naungan rahmat dan
sesungguhnya orang yang memutuskannya terhalang dari rahmat itu. Jika demikian
berarti rahim bagi orang yang menyambung adalah berkah dalam rizki dan berkah
dalam umur, menambah dan menjadikan hartanya berkembang serta memanjangkan
umurnya. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Barang siapa
suka dilapangkan rizki dan dipanjangkan umurnya
maka hendaknya ia menyambung sanak familinya “ Muttafaq alaih.
“ Pelajarilah
dari nasab – nasab kalian apa yang bisa kalian gunakan untuk menyambung sanak
famili kalian; sebab menyambung sanak famili adalah kecintaan dalam keluarga,
meningkatkan harta benda dan memanjangkan umur “ HR
Turmudzi.
Rahim juga merupakan penghalang surga bagi orang
yang memutusnya, ia adalah sumber malapetaka dan bencana karena Rahmat tidak akan turun kepada suatu kaum yang di
antara mereka ada orang yang memutuskan sanak famili sebagaimana ditegaskan
dalam hadits:
“ Tidak masuk
surga, orang yang memutuskan sanak famili “ Muttafaq
alaih.
“Sesungguhnya
Rahnmat tidak turun kepada suatu kaum
yang di antara mereka ada orang yang memutuskan sanak famili “ HR Baihaqi.
Shilaturrahim dalam makna lebih luas
Shilaturrahim tidak hanya tumbuh dari
prinsip zakat atau sedekah dalam arti luas berupa memberi harta atau non harta
saja, tetapi shilaturrahim juga bisa berupa kunjungan yang bisa menguatkan unsur – unsur kerabatan
dan lebih luas lagi bisa terwujud dalam saling mengasihi, saling menasehati, saling
memberi pertolongan, mendahulukan orang lain dan sikap obyektif. Ia juga bisa
berupa ucapan yang baik, pertemuan yang menyenangkan, wajah sumringah penuh
senyuman dll dari aneka ragam kebaikan yang bisa melahirkan rasa cinta dalam
hati, dan bahkan oleh Nabi shallallahu al
.
“
Sedekah kepada orang miskin adalah sedekah dan kepada pemilik hubungan sanak
famili adalah sedekah dan shilah ( penyambung ) “ HR
Makna lain Shilaturrahim
Masuk dalam kategori Shilaturrahim dalam
makna spesifik ( Khossoh) adalah ikatan antara
sesama manusia dalam ikatan ilmu seperti dikatakan Imam Syafii ra:
[ Ilmu adalah ikatan seperti ikatan
nasab ] Jika Nabi shallallahu
alaihi wasallam bersabda bahwa :
“al Wala’ ( jasa memerdekakan ) adalah
ikatan seperti ikatan nasab yang tidak bisa dijual atau dihibahkan “ maka tidak
diragukan lagi keberadaan ilmu sebagai hal paling utama yang dimanfaatkan oleh
manusia dari orang lain yang harus betul – betul dijaga haknya untuk disambung
dan diikat lebih kokoh lebih kuat. Ini karena ilmu adalah sumber keberuntungan
dunia dan akhirat. Sufyan bin Uyainah mengatakan:
[
Di dunia ini manusia tidak diberi sesuatu lebih utama melebihi Nubuwwah. Dan
setelah Nubuwwah tidak ada yang lebih utama daripada ilmu dan fiqih ]
ditanyakan: Tentang siapa ini? Sufyan menjawab: [ Semua ahli fiqih ]
Nabi shallallahu alaihi wasallam
bersabda:
Ulama adalah pewaris para nabi.
Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, tetapi mereka
mewariskan ilmu. Maka barang siapa mengambilnya berarti ia mengambil bagiannya
yang sempurna ( Dikeluarkan al Bukhari dalam At Tarikh al
Kabir )
Masuk dalam kategori Shilaturrahim dalam makna universal ( Aammah
) adalah ikatan yang mengikat sesama manusia yang berupa ikatan Iman yang
menuntut haknya agar dijaga dalam rasa
saling mencintai karena Allah di antara mereka seperti dalam firmanNya:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ
إِخْوَة
Sesungguhnya orang – orang beriman itu
saudara QS al Hujurat: .
dan
sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
Perumpamaan orang – orang beriman dalam
memberikan kasih sayang adalah laksana tubuh yang jika ada satu anggota yang
sakit maka seluruh tubuh ikut merasakan dengan tidak bisa tidur dan panas Muttafaq alaih.
Jangan saling memutuskan, jangan saling
berpaling, jangan saling membenci dan
jangan saling iri hati. Jadilah kalian bersaudara seperti Allah
memerintahkan kepada kalian HR Muslim. Tidak sempurna iman
salah seorang kalian sebelum mencintai saudaranya seperti mencintai diri
sendiri Muttafaq alaih.
Orang – orang yang berbelas kasih akan
dikasihi oleh Dzat Maha pengasih. Kasihanilah orang yang ada di bumi niscaya
orang yang ada di langit mengasihi kalian ( HR
Bukhari, Humaidi, Ahmad, Baihaqi, Abu Dawud, Turmudzi Hakim )
Abuya As Sayyid Muhammad bin Alawi al
Maliki dalam bukunya At Thali’ As Said hal 13 mengatakan: Sabda Nabi Yarhamkum , kami meriwayatkan dengan
jazem sebagai jawaban dari perintah dan
rafa’ ( Yarhamukum ) sebagai do’a.
Sementara Sayyid Amin Abidin juga
meriwayatkan dengan Nashab ( Yarhamakum ). Abuya melanjutkan: Ini sangat dha’if,
sedang jumhur mantap bahwa riwayat ( asli ) adalah Jazem.
Kalian
tidak akan beriman ( secara sempurna )
sehingga kalian saling mengasihi para sahabat berkata: Kami semua orang yang
pengasih! Beliau bersabda: “Sungguh bukanlah seperti kasih sayang salah seorang
kalian kepada temannya, tetapi kasih sayang itu adalah kasih sayang kepada umat HR Thabarani.
Karena itulah Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam menganjurkan agar Salam
disebarkan luaskan di antara sesama muslim dengan sabda Beliau:
Demi Dzat yang diriku berada dalam
genggamanNya, kalian tidak masuk surga sehingga kalian saling mencintai. Apakah
kalian aku tunjukkan sesuatu yang apabila kalian lakukan maka kalian akan
saling mencintai? Sebar luaskanlah salam di antara kalian HR Muslim,
agar ia ( salam ) menjadi pembuka hati
untuk mencintai dan saling bertemu dalam kebaikan guna mencari kecintaan dan
keridhaan Allah dengan jiwa yang pemurah, hati yang bersih dan kasih sayang kepada umat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar