Translate

Minggu, 16 Juni 2013

Tips membuka Hati dan Meraih Simpati

Alloh Subhaanahu Wata`aalaa berfirman : “. . . dan ingatlah akan nikmat Allaoh kepada kallian ketika kalian dahulu ( masa Jahiliyah ) bermusuh –musuhan, lalu Alloh mempersatukn hati kalian sehingga karena nikmatNya kalian menjadi saling bersaudara . . . “ QS Ali Imron : 103 . Sebagai karakter dari hasil Tarbiyah dan Takwin, seorang muslim hendaknya senantiasa berputar dan menjalani hidup dalam bingkai dan lingkup amal-amal sholeh yang membawanya betul-betul dekat kepada Alloh serta membukakan rasa mencintai di hati manusia. Di antara amal-amal sholeh itu ada beberapa hal yang membuat hati terpesona dan terbuka untuk mencinta serta melindunginya dari rasa dengki, dendam dan kebencian. Hal yang dimaksud adalah seperti berikut : 1. Menyebarkan kebaikan di tengah masyarakat agar setiap pihak yang memiliki kemampuan, ikut serta dan ambil bagian tanpa ada rasa saling bangga –bangga dan ingin mendapat popularitas. Hal ini terkait dengan universalitas sabda Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam: “ Barang siapa menunjukan pada kebaikan maka baginya sepadan pahala orang yang melakuannya “ HR Muslim . “ Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sehingga mencinta saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri “ Muttafaq alaih . 2. Bersikap memudahkan ( Taisiir ) dalam segala urusan. Sebab sikap inilah yang menjadikan seorang hamba mendapat kerido`an Alloh. Alloh berfirman , “ Alloh Menghendaki kemudahan bagi kalian “ . Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam bersabda: “Ajarkanlah (yang kalian ketahui), permudahlah dan jangan mempersulit . jika salah seorang dari kalian marah maka hendaknya ia diam “ ( HR Bukhori dalam al Adabul Mufrod ) . Sesungguhnya mempersulit dan membuat semua urusan menjadi rumit merupakan sikap yang tidak menampak kecuali pada diri orang – orang yang bermoral labil, berkaraker keras dan kikir serta adanya kesalahan atau kekurangan dalam menjalani tarbiyah Suluknya. Ini berbeda dengan seorang muslim yang terbina dengan baik, maka sama sekali ia tidak mengenal membuat urusan repot, enggan dengan kerumitan, dan tidak menjadi penghalang kelancaran urusan dan kebaikan karena mengambil petunjuk dari akhlak Rosululloh Shollallohu alaihi wasallah . sebagaimana diriwayatkan oleh sayyidah Aisyah ra bahwa : “ Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam tidak pernah sekalipun diminta memilih dua perkara kecuali memilih yang paling mudah di antara keduanya : ( tentu saja ) selama itu tidak dosa. Jika dosa maka Beliau adalah manusia yang paling menjauh “ Muttafaq alaihi . 3. Idkhoolus Suruur, berusaha membuat hati orang lain senang . seorang pribadi yang terbina tentu memiliki semangat tinggi menyebar kegembiraan dalam linkungan tempat tinggalnya . menciptakan kedamaian, sikap saling memberikan perhatian dan kasih sayang . sungguh betapa banyak aktivitas yang bisa dilakukan oleh seorang muslim untuk bisa menyenagkan saudaranya. Misalnya ucapan yang baik, senyum memikat, pergaulan yang baik, kabar gembira, kunjugan dan pemberian yang tulus, membagi-bagi makanan, saling memberi hadiah dan mengobati kekecewaan ( Jabrul Khothir ) dll. Karena itulah Islam memberikan janji kegembiraan yang lebih besar pada hari kiamat bagi siapa saja yang memberikan kegembiraan kepada orang lain . Sabda Rosulullah shollallohu alaihi wasallam : “ Barang siapa yang bertemu dengan saudaranya muslim dengan ( membawa ) sesuatu yang disukai oleh alloh semata untuk menyenangkan saudaranya maka kelak pada hari kiamat ia akan mendapat kesenangan dari Alloh “ ( HR Thobaroni dalam As Shoghir dengan Sanad Hasan ) 4. Berbaur dan bersabar jika disakiti. Dalam hikmah dikatakan : “ Manusia itu bermacam – macam “. Hal ini karena modal dan warna manusia tidak selamanya sesuai dengan watak, kecenderungan dan keinginan Da`i.Di sana banyak sekali tipikal manusia yang kontras dengan keiginan dan harapan Da`i . Sungguh manusia cenderung memusuhi sesuatu yang tidak mereka mengerti . karena itulah seorang Da`i harus bersabar disakiti, bersikap luwes dalam bergaul, beradaptasi (Mudaaroh), mengantisipasi keburukan serta tetap mengarahkan objek dakwah kepada kebenaran yang dia perjuangkan. Tak boleh bersikap keras dan kasar sebab dia adalah pemegang peranan ( Shohib Qodhiyyah ), pengawal Risalah ( Ro`id Risalah ) dan Penyampai Dakwah. Tak ada alasan untuk mengisolir diri dan menjauh dari khalayak meski jiwa tertindih kebosanan, perasaan sulit dan kepayahan. Karena itu semua, guna menguatkan hati dan meneguhkan kaki maka petunjuk Nabi Shollallohu alaihi wasallam menyatakan bahwa orang yang tabah berjalan di jalan dakwah lebih baik daripada orang yanng tidak tabah. “ Seorang mukimin yang berbaur dan bersabar disakiti orang lebih baik daripada orang yang tidak berbaur dan tidak sabar disakiti “ ( HR Bukhori dalam al Adabul Mufrod) Abu Darda` ra berkata : “ Sesungguhnya kami selalu tersnyum di hadapan suatu kaum meski sebenarnya hati kami melaknat mereka “ ( Diriwayatkan oleh Iman Bukhori ) Betapa seorang Da`i sangat butuh untuk berdiri dan berteduh di bawah naungan arahan – arahan Nabi Shollallohu alaihi wasallam ( Taujihaat Nabawaiyyah ) di atas dalam rangka membuka hati manusia ( objek dakwah ) serta meraih simpati dan Mahabbah dari mereka sebagai perwujudan do`a yang harus dibarengi dengan usaha nyata: “ . . . dan jadikanlah saya dicintai dalam hati para hambaMu, mulia dalam pandangan mereka, memiliki kedudukan di dunia dan ( jadikan saya ) termasuk al Muqorrobiin”.

Tidak ada komentar: