Translate

Kamis, 20 Juni 2013

ETIKA BERSAHABAT

Sekian banyak ajaran Islam mengatur adab-adab berinteraksi antara manusia. Salah satunya adalah adab-adab dalam shuhbah. Pada prisipnya, shuhbah (berteman, persahabatan) harus memberikan kemanfaatan bagi kedua belah pihak (orang yang menemani dan orang yang ditemui) di satu sisi dan di sisi lain harus memperhatikan kepentingan agama islam. Berikut ini adab-adab shuhbah itu: 1. Memuliakan orang yang lebih tua, menyayangi orang yang lebih muda, dan saling tolong menolong sesama . 2. Menyukai kebaikan bagi temannya sebagaimana ia menyukai kebaikan itu untuk dirinya. 3. Berhubungan secara lemah lembut, toleransi, membantu memenuhi hajatnya dan menjaga diri hal-hal yang mendorong kepada pertentangan dan kebencian . 4. Mendoakan di saat tidak berada di hadapannya . 5. Menerima alasan jika uzur dan mengabulkan permintaan maaf jika salah serta mendamaikan jika terjadi perbedaan. 6. Tidak mengedepankan emosi, prasangka buruk, mengadu domba, kesombongan dan kedengkian dan lain sebagainya . Shuhbah yang tumbuh di atas prinsip – prinsip tersebut insya Allah akan menjadi jalinan hubungan yang abadi. Para pelakunya terlihat saling memuliakan dan saling menyayangi, saling berusaha memberikan pertolongan dan saling berupaya menolak keburukan, saling bermusyawarah, serta merasakan betapa nikmatnya pertemanan itu, yang akhirnya akan terus berlanjut tidak hanya di dunia melainkan sampai kelak di akhirat. Persahabatan yang sedemikian itu tidak akan terwujut manakala patner yang di pilih harus berupaya teman yang buruk ( Qarin as suu` atau shuhbatul asyrar ), karena baik atau tidaknya persahabatan di samping di nilai dari tujuan berteman, komitmen terhadap pringsip berteman, dan ke sungguhan upaya melangsungkannya, juga di nilai dari para pelakunya. Selayaknya di duga menjalin hubungan pada orang yang buruk mesti membawa efek yang buruk pula, apalagi jika itu di lakukan oleh tokoh yang menjadi panutan masyarakat. Dari situ layak pula di pertanyakan apa maksud dari shuhbah tersebut, karena shuhbah terjalin ketika ada misi dan visi yang sama. Sesungguhnya tabiat ( perangai ) itu mencuri tabiat yang lain. Dan setiap orang yang berteman dengan orang yang tabiatnya buruk, maka lenyaplah dia. Jauh - jauh hari Rasulullah saw mengingatkan agar tidak sekali – kali mencoba menjalin shuhbah dengan teman yang buruk. “Takutlah kamu akan teman yang buruk. Karena sebab dia kamu di ketahui”.(HR.Ibnu Asakir dari Sahabat Anas bin Malik) Rasulullah saw juga bersabda : Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk itu laksana orang yang membawa minyak misik dan tukang pandai basi. Orang yang membawa minyak misik adakalanya dia menciprati kamu, adakalnya kamu membeli darinya, dan adakalanya kamu mendapati bau yang wangi darinya. Sedang pandai besi adakalanya ia membakar bajumu dan ada kalanya kamu mendapati bau yang tidak sedap. (HR.Bukhori dari Abu Musa al-Asy’ari) Dari sini, kita amat menyayangkan sikap tokoh islam tentu yang begitu mudahnya menjalin shuhbah dengan orang atau kelompok yang tampak jelas belum pernah kelihatan perjuangan islamnya, (JP. Kesempatan PKB dan PDI-P, 28 Des 1998) sementara terhadap umat isalm sendiri malah ditampilkan wajah furqoh, tabaghud, tadaabur, dan taqothu`. Padahal diyakini sampai kapan pun patner itu tidak akan menjalankan adab-adab shuhbah seperti di atas. Jika melihat latar belakang historis, fenomena itu merupakan daur ulang sejarah masa yang lalu ketika sebagaian umat islam menolak ide NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis), sementara sebagaian malah duduk di dalamnya. Katakanlah jika itu sekedar siasat semestinya memperhitungkan untung dan ruginya bagi kepentingan Islam, sehingga tidak menjadi tempat orang Islam berprasangka yang tidak-tidak, bermudahanah dan cenderung memperkokoh posisi kezindiqan. Toh, ide NASAKOM itu pun tidak tampak memberikan kontribusi untung apa-apa. Kalau boleh dikatakan, selama ini pun tidak memang ada sebagaian umat isalm yang enggan mengambil resiko atas sikap yang tegas, akibat sifat wahan yang katakanlah melingkupi jiwanya, sehingga muncullah sikap mudahanah yang tampak dari kemublawwarahan syakhsiah. Ruh jihadnya tampak lemah. Ini di satu segi. Di segi yang lain terasa ada kedengkian dan kebencian yang terpendam begitu lama pada saudara seagamanya sehingga menjadikannya bertindak menyimpang dari keadilan. Barangkali sulit di antara mereka terajut shuhbah yang mengesankan, manakala sifat ghill itu masih belum dilenyapkan. Pada tahun 1999 ini bangsa Indonesia diduga bakal ditimpa qodlo yang buruk. Untuk mengantisipasinya, semestinya sejak sekarang dijalin konsulidasi antar sesama umat Isalm sehingga ada kesamaan pandangan dan sikap, kalau bisa bahkan membuka front perjuangan bersama. Anehnya saat kondisi dikhawatirkan chaos, sebagai umat Islam malah menjalin shuhbah dengan teman yang buruk. Allah swt telah memberikan suatu bentuk gambaran yang indah sekali: Wanita-wanita yang buruk adalah untuk laki-laki yang buruk, dan laki-laki yang buruk adalah untuk wanita-wanita yang buruk pula, dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula.(QS.An-Nur 26) Ihwal saat ini yang sulit untuk dimengerti, sebaiknya kita kembali mendefinisikan secara pas arti daripada kebenaran, jangan terpaku pada ulah manusia (tokoh), dengan begitu nantinya kita tidak akan mudah diombing-ambingkan. Sahabat Ali bin Abi Thalib berkata : “Alhaq tidak dikenal dari tokoh-tokoh. Tetapi kenalilah alhaq itu niscaya kamu pasti tahu pemilik alhaq itu.”

Tidak ada komentar: