Translate

Minggu, 16 Juni 2013

MARI SEJENAK SUJUD PADA-NYA

وَمَا خَلَقْتُ الجِنَّ وَ اْلإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali supaya beribadah kepada-Ku” Sekilas ayat ini menerangkan bahwa Allah tidak menciptakan jin dan manusia supaya Allah disembah, inilah terjemahan dalam bahasa indonesia, Dalam ayat ini tak sedikit kaum muslimin yang salah faham, mereka menyangka “bahwa Allah menciptakan mereka (Jin dan manusia) supaya disembahnya”. Padahal tidak demikian maksudnya, karena tidaklah memberi manfaat ketaatan seseorang dan juga tidak memberi madhorot kedurhakaan seseorang terhadap-Nya. سُبْحانَ مَنْ لا تنفعه الطاعة ولا تضُرُّه المَعْصِيَة . Akan tetapi maksud yang mungkin mendekati kebenaran adalah; “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali, hendaknya semaksimal mungkin mereka beribadah kepada-Ku”. Karena berbagai tabiat jelek yang dimiliki manusia, yang cenderung menjerumuskannya pada penurutan hawa nafsu dan menjauhkan dari Allah. maka Allah memerintahkan semaksimal mungkin mereka mendekatkan pada-Nya, agar mereka senantiasa terjaga. Dan Ulama tafsir berbeda pendapat mengenai lafadl (Li ya’buduni). 1. Lafadl (Li ya’buduni) berma’na (Li yasykuruni) dan Lam-nya lafadl Liya’buduni bermakna ghoyah yang artinya : Allah memerintahkan kepada hamba-Nya supaya semaksimal mungkin mereka beribadah pada-Nya (Bersyukur), dan supaya manfaat ibadah tersebut kembali pada mereka sendiri. ((قال الله عزّ وجلّ : يا ابنَ آدمَ ! تَفَرَّغ لعِبادتى اَمْلأ صدرَك غِنىً, و أسُدَّ فقْرَك, إلا تفعَلْ مَلَأتُ صدرَك شُغْلا, ولمْ أسُدِّ فقْرَك)) Allah barfirman: “Hai Ibna Adam ! Luangkanlah waktumu sejenak untuk beribadah kepada-Ku, maka akan Aku penuhi jiwamu dengan sifat kaya (kepuasan) dan Aku sumbat sifat fakir dari jiwamu. Namun apa bila kamu enggan melakukan, maka sebalinya Aku akan penuhi dadamu dengan kesibukan, dan aku biarkan sifat kekurangan (rakus) memenuhi dirimu . Dari penjelasan di atas dapat kita pahami, jika kita sejenak meluangkan waktu kita untuk memenuhi Hak Allah atas kita, beribadah pada-Nya sebagai ungkapan rasa syukur atas limpahan karunia, nikmat. Maka Allah akan membalas atas kesetiaan kita, Allah akan membertambahkan dari apa yang telah kita dapat. وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S Ibrahim, 14 : 7) 2. Lafadl (Li ya’buduni) berma’na (Li ya’rifuni) dan Lam-nya lafadl Liya’buduni bermakna shoiruroh yang bearti : Allah memerintahkan kepada hamba-Nya supaya mereka (Jin dan Manusia) lebih mengenal penciptanya. Sebagai mana yang telah diriwayatkan dalam sunan At Tirmidzi. (... تَعَـرَّفْ إلى اللهِ فى الرَّخاءِ يَعْرِفْكَ فى الشِّدَةِ ...) رواه الترمذي “Perhatikanlah hak-hak Allah di saat kelapanganmu, maka Allah akan memperhatikan hak-hak kamu dikala kesempitanmu”. Jadi pada dasarnya seluruh kewajiban agama (taklif) yang diembankan pada umat manusia, sebenarnya mengacu pada kemaslahatan umat manusai itu sendiri, di dunia maupun di akhirat. Sebab, Allah sama sekali tidak memerlukan ibadah hamba-hamba-Nya. Bagi Allah ketaatan seluruh hamba-Nya tidak akan memberi-Nya manfaat sedikit pun. Demikian pula, kemaksiatan orang-orang yang durjana tidak mengurangi-Nya barang sedikit pun. Dan kemaslahatan akhirat bisa dicapai hanya dengan terpenuhinya kemaslahatan duniawi. Manusia yang menginginkan kesuksesan dan kebahagiaan hidup dunia akhirat, adalah mereka yang mampu menemukan sense of security dalam hidupnya, mereka yang memiliki rasa ketenangan hati, ketentraman batin, keteduhan jiwa. Dan al-Quran menyadarkan kita, bahwa Kata kunci untuk meraih itu semua, tidak lain dan tidak bukan, adalah, dengan senantiasa meningkatkan Intensitas kedekatan kita kepada Allah, dengan kata lain dengan seringnya hati kita bermunajat kepada Allah, dengan lazimnya lisan kita basah karena mengingat Allah, Dzat yang menggenggam alam semesta ini. Allah nyatakan dalam statement-Nya : ( أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ) “Ingatlah, dengan mengingat Allah, maka hati kita akan menjadi tenang, jiwa kita akan terasa damai “.( Ar-Ra’d : 29 ) Iya, dengan mengingat Allah hati kita akan tenang, dengan selalu memperhatikan hak-hak Allah, maka Allah akan memperhatikan hak-hak kita, Allah akan memperhatikan kewajiban-Nya, karena Allah Dzat yang banyak bersyukur, tau terimakasih, tau balas budi. kalau kita menjauh dari Allah, Allah akan Jauh dalam hidup kita, tapi kalau kita mencoba mendekati Allah, maka Allah akan lebih dekat dalam hidup kita, tidak ada kerugian yang lebih besar melebihi kerugian jika kita jauh dari Allah. Dan dzikir inilah sarana utama untuk mendekatkan diri kita kepada-NYa, hanya kepada Allah kita serahkan. Dan seluruh ulama sepakat ; Ibadah pada Allah adalah bukti paling nyata pengesaan seorang hamba pada Tuhannya. Ibadah dengan segala bentuknya merupakan media paling ampuh agar nilai dan jiwa tauhid selalu terjaga dalam hati seorang mukmin dari kepunahan. Seorang bisa saja berkata bahwa ia telah bertauhid. Namun adakah bukti nyata akan dakwaannya? Ibadah adalah sebagai bentuk ungkapan rasa syukur seorang hamba kepada Tuhannya atas nikmat dan limpahan karunia-Nya.

Tidak ada komentar: