Translate

Kamis, 20 Februari 2014

Ususut Tahaabub Fillah (Dasar-Dasar Saling Mencintai karena Alloh)

Dalam memberikan tarbiyah untuk jiwa seorang muslim, manhaj Islam berlandaskan kepada rasa saling mencintai, saling mengasihi, bersikap lemah,dan saling menyambung satu sama lain. Oleh karena inilah, Islam memberantas sikap saling membenci, iri hati, berpaling, memutuskan hubungan, menjauhi, mendzolimi, menghina, merendahkan, meneliti keburukan, dan sikap berlomba serta saling berbangga dan berburuk sangka seperti sabda Rosululloh Sahllallohu 'Alaihi Wasallam: Dan jadilah kalian para hamba Alloh yang bersaudara. (H.R. Muslim) Bagaimana mungkin slaah satu dari karakter negative tersebut bisa berada dalam hidup seorang muslim yang terbina, sementara ia mengerti bahwa keberadaan tersebut merusak amal, menyia-nyiakan pahala dan melebur kebaikan, kalau bukan karena penyakit dalam hatinya, kekolotan dalam watak, dan pelencengan dalam karakter aslinya. Karena itulah, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wasallam menegaskan bahwa dua orang yang betul-betul saling mencintai tidak akan pernah bisa terpisahkan oleh halangan dan rintangan apapun. Sebab tali cinta karena Alloh sangat kuat dan tidak akan terputus hanya karena permulaan dosa yang dilakukan salah seorang diantara keduanya. Beliau bersabda: Tiada dua orang saling mencintai karena Alloh 'azza wa jallla atau karena Islam lalu mereka akan dipisahkan oleh permulaan dosa yang dilakukan salah seorang diantara keduanya. (H.R. Bukhori dalam Al Adab Al Mufrod) Dari sinilah kemudian bisa dimengerti adanya ancaman keras bagi mereka yang kaku dan keras kepala serta menyimpang dari jalur lurus moralitas Islam dan tertutup dari keramahan serta kemurahan Islam. Di akherat mereka di ancam dengan halangan dari ampunan dan kasih sayang Alloh. Pintu-pintu surga tertutup bagi mereka seperti disebut dalam sabda Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wasallam: Pintu-pintu surga dibuka pada hari senin dan kamis lalu diberikan ampunan kepada seluruh hamba yang tidak menyekutukan apapun dengan Alloh, kecuali seseorangn yang diantaranya dan saudaranya ada kebencian. Lalu di ucapkan 'Tunggulah dua orang ini sampai mereka berdamai. Tunggulah dua orang ini sampai mereka berdamai. Tunggulah dua orang ini sampia mereka berdamai." (H.R. Muslim) Abu Darda' RA berkata, "Maukah ku beri tahukan kepada kalian sesuatu yang lebih baik bagi kalian daripada sedekah dan puasa? (yaitu) mendamaikan antara dua orang yang saling berseteru. Dan sungguh kebencian adalah pencukur (yang menghapus pahala)." (Diriwayatkan Imam Bukhori dalam Al Adab Al Mufrod) Seorang muslim yang terbina tentu akan menahan kemarahan terhadap saudaranya, tidak mendongkol, serta tidak enggan untuk segera memberikan maaf dan menutup mata dari kesalahan saudaranya yang dengan begitu ia termasuk orang-orang yang berbuat ihsan. Ia senantiasa menyambut saudaranya dengan wajah penuh senyum karena hal demikian ini merupakan cerminan hati yang bersih dan jernih. Ia juga selalu memberikan nasehat kepada saudaranya, kepada Alloh, kitab, dan Rosul-Nya, serta umat Islam pada umumnya sebagai realisasi prinsip nasihat dalam agama ini. Demi memuliakan tali persaduaraan dan pertemanan maka seorang muslim yang terbina juga memiliki watak setia kepada saudaranya. Memberikan pertolongan kepadanya dalam kondisi ketika berlaku dholim atau di dholimi. Pada waktu berbuat dholim maka ia mencegah dan saat di dholimi maka ia melakukan pembelaan. Ini semua sebagai bukti dan realisasi ajaran islam yang berupa mencintai saudara seperti mencintai diri sendiri. Muslim yang terbina akan bersikap lemah lembut kepada saudaranya karena kelembutan menjadi hiasan sesuatu dan apabila ditinggalkan oleh kelembutan maka sesuatu itu menjadi tidak terlihat elok. Ia juga bersikap pemurah kepada saudaranya yang akhirnya kemurahan dan kelembutan tersebut akan menumbuhkan cinta untuknya dalam hati manusia yang hal ini menjadi tanda keridhoan, ampunan, dan kasih sayang Alloh. Ia juga menjaga saudaranya dalam kondisi sedang tidak bersamanya dalam arti tidak menggunjingnya karena mengerti bahwa mengunjungi hukumnya haram dan juga karena enggan memakan daging saudaranya serta menjaga diri agar tidak dijerumuskan lisan ke neraka. Muslim yang terbina akan selalu menjauhkan diri dari terlibat dalam perdebatan tiada guna dengan saudaranya. Ia tidak mudah tersayat hati atau merasa berat dengan gurauan saudaranya yang pada suatu saat mungkin menyakitkan. Ia juga tidak melanggar janji kepada saudaranya. Hal ini karena perdebatan sama sekali tidak akan membuahkan kebaikan. Gurauan yang menyakitkan akan memunculkan keengganan, perasaan benci, dan menjatuhkan kewibawaan. Sedang melanggar janji menyebabkan hati kecewa dan hilang rasa cinta. Muslim yang terbina selalu mendahulukan saudaranya karena sifat pemurah, dermawan, dan pemberian menjadikan pemiliknya terlihat indah dan mulia sehingga dekat dan dicintai oleh manusia. Jika bertemu maka ia mengucapkan salam. Memenuhi undangannya. Berdoa untuknya (tasymit) jika bersin. Membesuknya bila sakit. Menghadiri dan mengantar jenazah. Mendoakannya dari jauh, karena hal ini semakin mengokohkan bukti kecintaan kepadanya serta meneguhkan tali persaudaraan. Doa sepeti inilah yang semakin cepat dikabulkan karena penuh keihlasan dan kesungguhan. Semua hal tersebut adalah percikan arahan-arahan Islam terkait dorongan terhadap budi pekerti mulia dalam rangka menyebar luaskan cinta, persaduaraan, kasih sayang dan saling memberikan perhatian. Sungguh Rosululloh Sholalllohu 'Alaihi Wasallam senantiasa mengembangkan ruh kebersamaan dan mengobarkan perasaan peduli kepada orang lain. Dalam setiap kesempatan beliau selalu mengarahkan mereka kepada rasa persaudaraan secara total sehingga tidak tersisa dalam diri seorang muslim sifat egois dan hanya memikirkan diri sendiri yang hal ini menjadikan mata tertutup dan hati terkunci dan jiwa menjadi keruh. Inilah dasar-dasar saling mencintai karena Alloh seperti diinginkan Islam.

Tidak ada komentar: