Abu Bakar ra
Dalam perjalanan mengajak manusia untuk
mengesakan Allah, ajakan Nabi Saw senantiasa terhalang. Tak ada yang mulus dan
begitu saja diterima kecuali ajakan Beliau kepada Abu Bakar. Hal ini ditegaskan
sendiri oleh Nabi Saw: “Tak seorangpun yang aku ajak kepada islam kecuali
dalam dirinya terlebih dahulu dirasuki keraguan kecuali Abu Bakar. Kketika aku
mentawarkan islam kepadanya maka tanpa basa basi dia langsung menerimanya”(Lihat
Bidayah Wan Nihayah: 1/ 108, 3/ 27.
Keislaman Abu Bakar terjadi saat dirinya
bertemu dengan teman akrabnya yang telah beberapa lama tidak dijumpainya. Dalam
perjumpaan itulah Abu Bakar bertanya tentang desas - desus yang didengarnya:
“Wahai Muhammad, benarkah apa yang dikatakan oleh orang - orang Quresy bahwa
engkau telah meninggalkan tuhan - tuhan kami dan mengatakan bahwa kami telah
bertindak bodoh?” Nabi Saw menjelaskan: “Benar, aku adalah Nabi dan Utusan Allah,
Dia telah Mengutusku untuk menyampaikan risalahNya dan mengajakmu kepada Allah.
Demi Allah, sungguh ini adalah kebenaran. Aku mengajakmu kepada Allah Maha Esa
tiada sekutu bagiNya dan jangan menyembah selainNya!” Nabi Saw lalu membacakan
Alqur’an dan Abu Bakar langsung menerima ajakan Beliau Saw tanpa sama sekali
ingkar atau menganggap temannya ini mengajaknya kepada sesuatu yang asing. Dia
segera menyatakan diri masuk islam yang karena itulah dia mendapat julukan Ash
Shiddiiq.
Salah satu sebab, seperti dituturkan
oleh Imam Suhaili, yang melatar belakangi sikap Abu Bakar yang dengan mudah dan
sangat antusias menerima dakwah Nabi Saw adalah mimpi yang dialami oleh Abu
Bakar sebelumnya. Dalam mimpi itu dia melihat rembulan turun di Makkah dan berpecah
- pecah lalu memencar ke seluruh rumah - rumah Makkah. Setiap rumah dihampiri
oleh satu bagian hingga seluruhnya kemudian berkumpul di pangkuannya. Mimpi ini
oleh Abu Bakar kemudian diceritakan kepada seorang ahli kitab Taurat dan Injil yang
kemudian ditafsirkan kepadanya bahwa: “Sesungguhnya Nabi Saw yang dinantikan
telah datang masanya, ikutilah dia maka kamu akan menjadi manusia yang paling
beruntung”
Setelah masuk Islam Abu Bakar segera
menampakkan Islam dan berdakwah menyiarkan islam. Sikap seperti ini secara akal
memang sangat mungkin diambil oleh Abu Bakar, sebab Beliau termasuk seorang
yang memiliki wibawa dan disegani di kalangan Quresy. Abu Bakar terkenal
sebagai seorang yang paling ahli nasab di kalangan Quresy (Ansabu Quresy),
seorang pedagang berhati mulia dan Beliau juga menjadi tempat mengadu bagi
banyak orang yang sedang terhimpit masalah. Usaha menampakkan dan mengajak
kepada Islam yang dilakukan oleh Abu Bakar ternyata cukup banyak menuai hasil hingga ada
beberapa orang yang masuk Islam karena dakwahnya; antara lain Utsman bin Affan,
Zuber bin Awam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqash dan Thalhah bin
Ubaidillah.
Apa yang dilakukan oleh Abu Bakar ini
membuat Beliau tercatat sebagai sahabat yang pertama kali menampakkan dan
mendakwahkan Islam. Hal ini diakui sendiri oleh Ali bin Abi Thalib: “Abu Bakar
mendahuluiku dalam empat hal yang tak mungkin aku mengejarnya; 1) dalam menampakkan
dan menyebarkan (Ifsya’) islam, 2) terlebih dahulu berhijrah, 3)
menemani Nabi Saw di gua, dan 4) saat aku melakukan shalat di lereng -
lereng gunung dan menyembunyikan Islam justru dia secara terang terangan
memproklamirkan diri sebagai seorang muslim
Kendati meraih hasil, dakwah Abu Bakar
bukan nyaris tanpa aral melintang, sebab sesudah mengetahui dirinya dan Thalhah
bin Ubaidillah masuk islam, Naufal bin Khuwailid yang terkenal sebagai singa
Quresy sempat menangkap dan mengikat keduanya dalam satu ikatan yang karena
itulah mereka berdua disebut al Qorinain.
Abu Bakar dan Ibnu
Daghinah
Tekanan kafir Quresy semakin hebat
hingga Nabi Saw menyarankan agar kaum muslimin
berhijrah ke Habasyah untuk beroleh kedamaian dalam beribadah. Abu Bakar
pun ikut ambil bagian dalam berhijrah, akan tetapi ketika sampai di suatu
daerah Yaman bernama Barkul Ghimad dia bertemu dengan Ibnu Daghinah, seorang kepala
suku al Qooroh. “Hendak ke manakah engkau wahai Abu Bakar?” tanya Ibnu
Daghinah. Abu Bakar menjawab: “Kaumku mengusirku, karena itu aku ingin
berkelana di bumi untuk menyembah Tuhanku”
Ibnu Daghinah menyahut: “Orang seperti anda tidak layak keluar atau
diusir, sebab anda selalu memberi yang kekurangan, menyambung tali kerabat,
membantu orang kesusahan, dan menyuguh tamu. Saya akan memberi suaka kepada
anda karenanya marilah kita kembali dan sembahlah Tuhan anda di negeri sendiri”
Sesampai di Makkah, Ibnu Daghinah datang
kepada para tokoh Quresy dan mengatakan: “Sesungguhnya orang seperti Abu Bakar
tidak layak keluar atau diusir. Pantaskah kalian mengusir manusia yang gemar
memberi orang yang kekurangan, menyambung tali kerabat, membantu yang kesusahan
dan menyuguh tamu?” Para tokoh Quresy akhirnya menerima pemberian suaka kepada
Abu Bakar, akan tetapi mereka tetap memberi syarat kepada Ibnu Daghinah:
“Katakan kepada Abu Bakar agar menyembah Tuhannya, shalat atau membaca yang dia
mau di rumah saja, jangan sampai dia menampakkan hal - hal ini, sebab kami
khawatir anak dan isteri kami terhasut olehnya”
Pada mulanya Abu Bakar tidak shalat atau
membaca Alqur’an kecuali di dalam rumah, tetapi kemudian Beliau berubah fikiran
dan lalu membangun sebuah tempat shalat di halaman rumah. Di tempat inilah
Beliau melakukan shalat dan membaca Alqur’an hingga bacaan Beliau mampu menyedot simpati
para wanita dan anak - anak kaum musyrikin untuk datang mendekat supaya bisa mendengar
bacaan Alqur’an. Mereka semakin ternganga keheranan begitu menyaksikan air mata
Abu Bakar mengalir deras ketika bacaan - bacaan Alqur’an keluar dari lisannya.
Keadaan tersebut tak urung membuat para
pemuka Quresy semakin marah dan tidak menerima hingga mereka kemudian memanggil
Ibnu Daghinah. Kepadanya mereka berkata: “Kami memberi suaka kepada Abu Bakar
agar dia menyembah Tuhannya di dalam rumahnya, tetapi sekarang dia telah
melanggar dengan membangun sebuah tempat di halaman rumah serta menampakkan shalat
dan bacaannya. Sungguh kami khawatir dengan anak - anak dan para wanita kami,
karena itu datanglah kepadanya dan katakan agar dia kembali beribadah di dalam
rumah saja. Jika dia membantah maka mintalah supaya dia mengembalikan suakamu,
sebab kami tidak ingin melepas perjanjian denganmu “ Ibnu Daghinah lalu datang
kepada Abu Bakar dan mengatakan: “Anda telah mengerti perjanjian kita, anda
tetap setia dengan janji atau mengembalikan jaminan suaka yang saya berikan,
sebab saya tak ingin orang Arab mengatakan bahwa saya telah membatalkan
perjanjian?” Abu Bakar menjawab: “Sungguh aku mengembalikan kepada anda jaminan
suaka itu dan kini aku merasa cukup dengan jaminan suaka Allah dan RasulNya “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar