Ali
bin Abu Tholib ra
Krisis hebat (Azimmah Syadiidah) melanda
ekonomi Makkah. Derita semakin terasa menyiksa keluarga - keluarga berpenghasilan
rendah dengan banyak anggota keluarga. Salah satu keluarga miskin dengan banyak
anggota keluarga adalah keluarga Abu Thalib. Keadaan ini mengundang simpati Nabi
shallallahu alaihi wasallam hingga Beliau lalu datang kepada Abbas yang
merupakan orang terkaya Bani Hasyim. Kepadanya, Beliau bersabda: “Wahai Abbas,
saudaramu Abu Thalib adalah orang miskin yang memliki banyak anggota keluarga, sementara
engkau sendiri mengerti akan keadaan sulit ini, karena itu marilah kita
ringankan bebannya”. Tawaran dan ajakan ini disambut baik oleh Abbas. Mereka
berdua lalu berangkat ke rumah Abu Thalib dan mengutarakan maksud kedatangan
mereka: “Kami ingin meringankan beban anda, karena itu biarkanlah sebagian
anggota keluarga anda tinggal bersama kami sampai kondisi ekonomi kembali pulih”
Menyambut maksud mulia mereka, Abu Thalib berkata: Terserah kalian berdua,
hanya saja biarkanlah Uqel tetap tinggal bersamaku ”
Sebuah keberuntungan besar pun
menghampiri putera Abu Thalib yang bernama Ali karena ia terpilih untuk tinggal
bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam, sementara Abbas memilih untuk
mengajak Ja’far untuk tinggal di rumahnya. Ali pun tetap tinggal dengan saudara
sepepuhnya itu sampai akhirnya malaikat Jibril datang membawa wahyu tentang
kenabian sang sepupuh. Ali – pun meraih anugerah besar dengan menjadi salah
seorang yang mula - mula masuk islam. Sedang Ja’far juga terus hidup bersama
Abbas sehingga Ja’far masuk islam dan bisa berlepas diri dari tanggungan Abbas.
Kisah keislaman Ali bermula pada suatu
hari dirinya memergoki Nabi shallallahu alaihi wasallam dan Khadijah
sedang melakukan shalat secara sembunyi - sembunyi. Melihat sesuatu yang asing,
Ali bertanya: “Apakah ini wahai Muhammad? “ Nabi shallallahu alaihi wasallam
menjelaskan: “Agama Allah yang Dia pilih untuk diriNya serta mengutus para
utusanNya dengan membawa agama ini, karena itu aku mengajakmu kepada Allah Maha
Esa tiada sekutu bagiNya dan beribadah kepadaNya serta mengingkari Laata dan
Uzzaa” Ali menjawab: “Ini adalah sesuatu
yang sebelum hari ini tak pernah saya mendengarnya, karena itu saya tak bisa
memutuskan sebelum meminta pendapat Abu Thalib “ Karena tidak ingin kabar agama
ini tersebar sebelum saatnya maka Nabi shallallahu alaihi wasallam berpesan:
“Wahai Ali, jika kamu tidak menerima agama ini maka simpanlah hal ini!”
Malam harinya Ali berfikir tentang
ajakan keponakan ayahnya hingga akhirnya Allah membuka hatinya untuk menerima
ajakan itu. Pada pagi hari, Ali bergegas datang kepada Nabi shallallahu
alaihi wasallam dan bertanya: “Wahai Muhammad, apa yang engkau tawarkan
kepada saya? “ Nabi shallallahu
alaihi wasallam menjawab: “Kamu bersaksi sesungguhnya tiada Tuhan selain
Allah Maha Esa tiada sekutu bagiNya, kamu ingkari Laata dan Uzza” Ali – pun menuruti
perintah ini dan menyatakan diri masuk islam, tetapi untuk sementara waktu keislaman
ini berusaha ia sembunyikan dari ayahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar