Translate

Minggu, 08 Januari 2017

Pemberani, Keponakan Para Pemberani


Zuber bin Awam



Ibunya adalah Shofiyyah binti Abdul Muttolib, sedang ayahnya adalah Awam bin Khuwailid. Ini berarti dari ibu Zuber adalah keponakan Abu Tholib, Abbas dan Hamzah. Sedang dari ayah ia adalah keponakan Khodijah al Kubro dan Naufal. Kisah keislaman Zuber bermula pada suatu hari saat dia berkunjung ke rumah bibinya Khodijah dan menyaksikan Ali bin Abi Tholib sedang sholat.

Karena belum mendengar mengenai Dakwah Nabi Saw, apa yang dilakukan oleh Ali tersebut membuat Zuber terheran – heran dan bergumam: “Apa yang dilakukan oleh Ali ini, apa maksud gerakan – gerakan ruku, sujud dan berdiri ini?”  setelah Ali menyelesaikan sholatnya, Zuber segera bertanya: “Wahai sepupuku, apa yang barusan kamu lakukan?” Ali menjawab: “Barusan aku sholat kepada Tuhan semesta alam” dengan suara mengeras Zuber membantah: “Bukankah kamu dulu sholat kepada tuhan – tuhan kita di Ka’bah?” dengan agak gemetar Ali menjawab: “Apakah berhala – berhala itu kamu sebut Tuhan?”  dengan bingung Zuber menjawab: “Aku tidak menyebutnya demikian, tetapi yang para orang tua dan nenek moyang kami” Ali bertanya: “Lalu apakah kamu mengikuti agama nenek moyangmu?” Zuber menjawab: “Ia, dan kamu wahai Ali, apakah tidak mengikuti agama nenek moyangmu sepertiku?” dengan marah Ali menjawab: “Sesungguhnya nenek moyang kita berada dalam kesesatan yang nyata, mereka menyembah batu – batu bisu yang tak membawa manfaat juga tak bisa membahayakan, bahkan tidak bisa merasa. Kamu juga bisa melempari wajahnya dengan batu dan ia tak akan pernah membuka mulut, atau juga bisa kamu injak dan ia tak akan pernah bergerak”. Melihat Zuber yang ternganga dan melototinya, Ali terus berkata: “Wahai Zuber jika kucing kamu pukul maka ia akan mengeong dan bila anjing kamu pukul maka dia akan menyalak, tetapi jika kamu pukul berhala itu dengan tongkat atau kamu lempar dengan batu maka ia akan dia saja”

Sampai di sini Ali diam, Zuber lalu bertanya dengan lirih: “Jika begitu, lantas siapa Tuhanmu yang tadi kamu sholat kepadanya?” Ali menjawab: “Dia Pencipta langit dan bumi, Tuhan semesta alam”  “Terus di mana Dia bisa ditemukan?” tanya Zuber. Ali menjawab: “Dia bisa ditemukan di segala tempat dan masa di seluruh dunia, Dia ada dalam roh yang menghidupkanmu”  saat itulah Khodijah datang dan menyaksikan wajah – wajah yang terlibat dalam debat sengit. Khodijah bertanya: Ada apa wahai Ali dan Zuber? Zuber menjawab: “Sepupuku ini memberitahukan kepadaku tentang Tuhan Pencipta langit dan bumi, Tuhan semesta alam” Khodijah berkata: “Benar,  wahai keponakanku. Sungguh kami telah beriman dengan Tuhan itu, dan kami telah masuk ke dalam agama islam yang turun kepada Muhammab bin Abdillah al Amiin”  “Muhammad putera pamanku Abdulloh, Muhammad yang jujur dan terpercaya?” tanya Zuber setengah menjerit. Selanjutnya Zuber bertanya: “Lalu apa yang harus saya lakukan untuk masuk ke dalam islam wahai bibiku? Khodijah menjawab: “Ucapkanlah: “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Alloh”!. Zuber lalu mengucapkan syhadat dan ketika Nabi Saw datang di rumah pada sore hari, Khodijah membawa Zuber ke hadapan Beliau, lalu Zuber kembali mengulang mengucap syahadat.

Sesampai di rumah, Shofiyyah melihat aura wajah anaknya berbeda, ia bertanya: Ada apa denganmu wahai anakku? Zuber balik bertanya: “Memangnya apa yang engkau lihat wahai ibuku?”  Shofiyyah menjawab: Aku melihat ada sinar cerah di dadamu dan binar kegembiraan di wajahmu. Zuber berkata: “Memang begitulah Bu, itu adalah cerah islam dan cahaya iman”  mendengar ini Shofiyyah kaget dan bertanya agak keras: Kamu menyebut “Islam” wahai anakku? Zuber menjawab: “Benar wahai ibuku, sungguh saya telah masuk islam di hadapan Muhammad, sungguh Alloh telah mengutusnya dengan agama baru yaitu islam, sebuah agama yang menuntun manusia kepada terang dan kebaikan, mengajak mereka mengenal Alloh Pencipta dunia seisinya dan menunjukkan mereka jalan lurus serta menjauhkan mereka dari jalan sesat dan gelap” Shofiyyah terdiam, hatinya seakan menerima dan akalnya pun tunduk. Beberapa saat keheningan tercipta dan lalu terpecah oleh pertanyaan Zuber: “Apakah Ibu tidak menyukai islam?” Shofiyyah menjawab: Wahai anakku, kamu memiliki paman – paman pemimpin dan orang mulia Quresy, mereka, utamanya Abu Tholib, Abbas dan Hamzah, aku belum mendapat kejelasan bagaimana sikap mereka terhadap islam, sudah pasti mereka akan mempertimbangkan hal ini dan akupun akan mengikuti mereka.

Berita keislaman Zuber terdengar dan menjadi bahan perbincangan penduduk Makkah. Saat orang – orang Quresy sedang memperbincangkan masalah tersebut di sisi Ka’bah, Naufal bin Khuwailid datang dan bertanya: Apa yang sedang kalian bicarakan? Abu Jahal menjawab: Kami sedang membicarakan keislaman keponakanmu Zuber. Terkejut dengan berita ini, Naufal berkata: “Zuber keponakanku masuk islam, selamanya dia tak akan lepas dari hukumanku”. Naufal pun berhasil menangkap Zuber, pada suatu hari dia memanggil Zuber dan ketika Zuber datang maka kemudian dia mengurungnya dan dimulailah drama penganiayaan. Zuber dikurung di dalam kamar sempit dan gelap, di kamar itu kemudian Naufal membakar kayu – kayu dan tikar hingga Zuber tercekik oleh asap. Setelah merasa puas membuat sesak nafas Zuber, Naufal membuka pintu kamar dan asap pun keluar. Akan tetapi berulang kali Naufal mengulang – ulang perlakukan tersebut sambil berkata: Wahai Zuber, kamu akan terus menerima hukuman ini selama islam tidak kamu tinggalkan dan kembali kepada agama nenek moyang. Zuber menjawab: “Aku tak akan pernah kembali kepada agama kalian, agama sesat dan kebodohan” dengan marah Naufal membalas kata – kata Zuber ini: Kalau begitu kamu akan terus mendapat siksaan ini sampai kamu mampus. Tanpa rasa takut Zuber berkata: “Sungguh indah mati di jalan islam dan iman” Naufal berkata: Tetapi aku adalah pamanmu yang juga harus kamu taati seperti ayahmu. Zuber menjawab: “Aku akan taat kepadamu pada sesuatu yang meridhokan Alloh dan RosulNya”


Perdebatan antara Naufal dan Zuber terus berlangsung sampai pada titik akhir kesabaran Zuber, anak muda itu secara mengagetkan dan dengan suara keras berkata di muka pamannya: “Sekarang usiaku sudah tujuh belas tahun, tak ada kekuasaan apapun bagimu atas diriku, jika kamu tidak membebaskanku dari siksaan ini maka aku akan melawanmu seakan kamu bukan pamanku, aku akan membela diri dengan pedang dan kekuatanku, dan jangan anda lupakan bahwa aku juga memiliki paman – paman pemuka Quresy; Abu Tholib, Hamzah dan Abbas” Ancaman Zuber ini berhasil membuat Naufal berubah fikiran, pamannya itu melihat keseriusan melawan dan membalas di wajah sang keponakan hingga akhirnya Naufal memutuskan melepaskan Zuber. 

Tidak ada komentar: