الناس اعداء ما جهلوا
Hakikatnya setiap orang memusuhi ketidaktahuannya.
Kita membenci persepsi kita tentang yang kita benci bukan
objeknya.
Ketika seorang Ateis menolak Tuhan, Tuhan yang ditolaknya
tidak lain adalah dari pada apa yang dikenalnya sebatas pengetahuannya(Tuhan
sebatas pikiran dia), tentu Tuhan dalam persepsi dia lain dengan Tuhan dalam
persepsi orang lain, selain itu masih
banyak Tuhan lain yang belum dikenalnya. Jadi sama sekali bukan Tuhan yang
sebenarnya.
Pengetahuan kita tentang sesuatu tidak selalu benar, jika
pun ada benarnya biasanya tercampur dengan kesalahan. Tidak ada yang memiliki
pengetahuan yang lengkap sempurna kecuali Dia dan orang yang diizinkan-Nya.
Ketika seseorang mengkritisi sesuatu konsep, sebenarnya yang
dia kritisi itu dirinya sendiri, yaitu pikiran dan perasaan dia tentang konsep
itu.
Begitu juga ketika seseorang membela sesuatu, yang dia bela
adalah persepsi dia, pikiran dia.
Jihad yang paling besar adalah jihad melawan pikiran,
perasaan dan keinginan diri. Intelektualitas seseorang diukur dari kemampuan
dia mengambil jarak dengan pikirannya, perasaan dan keinginan diri sendiri.
Berpikir adalah proses dialog internal. Dialog adalah proses berfikir
eksternal.
Kelebihan manusia atas makhluk lainnya adalah kesadaran
diri, yaitu kemampuan mengambil jarak dari diri, mengawasi diri, mengendalikan
diri. Hanya manusia saja yang mampu menertawakan diri.
Persoalan terbesar yang sering kita hadapi dalam kerja
'intelektual' adalah kesombongan intelektual, merasa diri sudah tahu, lebih
tahu, lebih hebat, lebih benar, lebih baik. Ini menghalangi seseorang untuk
menerima kebenaran lain yang berbeda dari yang dipersepsikannya. Di kalangan
sufi disebutkan bahwa pengetahuan itu adalah hijab yang menghalangi seseorang
dari pengetahuan lain.
Seorang intelek adalah seorang pencari kebenaran seumur
hidup, dia percaya bahwa apa yang diketahuinya tidak ada apa-apanya dibanding dengan
yang tidak diketahuinya (ghaib). Pengetahuan kita hanya bagaikan setetes air yang
melekat pada jarum yang dicelupkan dalam lautan ilmu ciptaan Allah.
وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
"Tidaklah kalian diberi ilmu kecuali hanya sedikit"
Orang beriman, adalah mereka yang mencintai Kebenaran (asyaddu hubban lillah, al haq), terus menerus mencari (thalaba, uthlubul 'lm, ilal lahdi) pengetahuan tentang kebenaran, menundukkan diri (aslama) di hadapan Kebenaran. Dia beriman kepadd yang ghaib, artinya dia percaya bahwa masih sangat banyak hal yang di luar pengetahuannya.
Orang kafir, adalah mereka yang merasa cukup dengan apa yang
diketahuinya dan menutup diri (cover, kafara) dari pengetahuan selainnya. Dia
belajar hanya untuk mencari pembenaran. Dia berdialog untuk mencari kemenangan.
Dia berlindung di balik gelar dan otoritas keilmuan yang dia sangka dia miliki.
Dia bermain dengan istilah-istilah canggih yang diartikan menurut seleranya
sendiri. Dia gagal membangun konsensus dan menghindari titik temu. Titik tengkar
jadi obsesinya yang dengannya dia pikir dia bisa menonjolkan diri. Dia
menghindari isi, substansi, esensi dan terjebak di penampakan,
permukaan , fenomena.
Mari pertajam hati dan bashirah agar bisa melihat kekurangan
diri. Kekurangan orang lain adalah cermin diri.
Cintailah buat orang lain apa yg anda cintai buat diri
anda, hargailah pendapat oranng lain, sebagai mana pendapatmu ingin dihargai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar