Translate

Rabu, 16 September 2015

SITI HAJAR DAN KEMULIAAN DALAN BEKERJA

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ

الحمد لله الذي جعل الأَضَاحِيَّ مِنْ أَجْلِ القُرْباَنِ، وَضَاعَفَ لِعَامِلِهاَ الحَسَناَتِ، وَكَانَتْ سَبَباً لِدُخُوْلِ أَهْلِهاَ الجَناَّتِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ فَازُوْا بِالجَنَّةِ. أَماَّّ بَعْدُ :فَياَ أَيُّهَا المُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu..Jamaah Salat `Id yang Dirahmati Allah

Dalam ayat Al-Quran, terdapat firman Allah berisi tentang keteladanan pada diri Ibrahim dan keluarganya. Allah SWT berfirman :
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia." (Qs. Al-Mumtahanah [60] : 4). Salah seorang anggota keluarga Nabi Ibrahim yang patut kita jadikan sebagai teladan sepanjang masa adalah Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim.

Siti hajar merupakan sosok istri solihah. Setiap pria yang shalih tentu ingin mendapat pasangan istri shalihah layaknya Siti Hajar ini. Selain itu, Siti Hajar juga terkenal sebagai insan yang banyak bertawakal kepada Allah namun diringi dengan usaha dan kerja keras untuk menjemput karunia Allah SWT.

Sebagai bukti ketangguhan dan kegigihan seorang Hajar, ia rela berjalan bahkan berlari antara bukit Shofa dan Marwa untuk menemukan air. Air itu hendak ia gunakan untuk minum bagi dirinya dan anak semata wayangnya yang masih bayi yang menangis kehausan. Bayi itu bernama Ismail yang di kemudian hari diangkat oleh Allah sebagai Nabi.

Usaha dan sikap tawakkal Hajar tidak sia-sia. Allah mengganjar dengan mengeluarkan air Zamzam yang sampai detik ini bisa dinikmati oleh kaum muslimin. Sikap tidak mudah menyerah dengan keadaan, ulet dalam menjemput karunia Allah, dan tawakal kepada Allah inilah yang menempatkan Siti Hajar sebagai sosok yang layak dipanggungkan dalam kehidupan kita. Beliau layak kita jadikan sebagai rujukan dalam kegesitan untuk menjemput rezeki.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu..Jamaah Salat `Id yang Dirahmati Allah

Islam memberikan motivasi kepada setiap umatnya untuk bekerja dan menjauhi sikap bermalas-malasan. Seorang muslim wajib bekerja guna menafkahi dirinya sendiri, menafkahi orang tuanya, istri dan anak-anaknya. Prinsip yang harus kita pegang adalah tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Untuk menjadi 'tangan di atas' dengan memberi dan berbagi maka terlebih dahulu kita harus memiliki etos kerja yang prima.
Allah SWT berfirman :
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُور

“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan." (Qs. Al-Mulk [67] : 15)

Islam sangat menghargai orang yang giat bekerja, gigih mencari nafkah dengan jalan yang halal. Karenanya ada lima keutamaan dari kegiatan bekerja yang dilakoni seseorang.

Pertama, orang yang bekerja akan dipandang oleh Allah, Rasul dan Kaum Mukmin. Pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang akan menjadi pengakuan atau persaksian bagi kebaikannya, Allah berfirman :
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ
“Dan Katakanlah: ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu.” (Qs. At-Taubah [9] : 105). Setiap amal perbuatan pasti diketahui oleh Allah SWT, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Termasuk ketika kita bekerja dengan jalan yang halal, maka pekerjaan tersebut akan menjadi saksi di hadapan Allah, Rasul, dan orang-orang yang beriman.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu..Jamaah Salat `Id yang Dirahmati Allah

Kedua, orang yang bekerja akan memperoleh kehidupan yang baik dan pahala. Kehidupan yang baik dan pahala yang besar adalah dua hal yang akan diraih bagi setiap orang yang mau bekerja dengan sungguh-sungguh dengan niat ibadah karena Allah SWT. Dengan giat bekerja kita bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti pembayaran SPP, pembayaran listrik, air, makan, minum, seragam sekolah, buku-buku sekolah. Semuanya ini merupakan bentuk janji Allah sebagai ganjaran berupa kehidupan yang baik, kehidupan yang layak.

Selain itu, ganjaran pahala disediakan oleh Allah bagi orang yang bekerja. Kedua hal ini, yaitu kehidupan yang baik dan pahala, disebutkan dalam Al-Qur`an  :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُون

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (Qs. An-Nahl [16] : 97)

Dikisahkan suatu waktu Rasul bertemu Sa`ad bin Mu`adz al-Anshari. Ketika itu Nabi Muhammad melihat tangan Sa`ad yang kulitnya gosong kehitam-hitaman dan melepuh seperti terpanggang matahari. Rasul pun bertanya kepada Saad, "Mengapa tanganmu?"

"Wahai Rasulullah," jawab Sa`ad, "tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan cangkul itu untuk mencari nafkah yang halal bagi keluarga yang menjadi tanggunganku." Mendengar keterangan tersebut, Nabi mengambil tangan Sa`ad bin Mu`adz Al-Anshari dan menciumnya seraya bersabda, "Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka."

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu..Jamaah Salat `Id yang Dirahmati Allah

Ketiga, Orang yang bekerja dipandang sebagai seorang Mujahid (seorang pejuang) di jalan Allah. Gelar mujahid merupakan gelar besar untuk orang-orang besar yang mengorbankan harta dan jiwanya demi kemuliaan Islam, membela Allah dan Rasul-Nya. Orang-orang digelari Mujahid adalah orang-orang pilihan. Mereka rela menggadaikan nyawanya dalam kancah medan perjuangan.

Seperti itulah keadaan orang yang mau bekerja, yang mau membanting tulang memeras keringat demi sesuap nasi, demi menafkahi orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya. Orang yang bekerja bisa mendapatkan kedudukan sebagai Mujahid. Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّ الله يُحِبُّ العَبْدَ المُحْتَرِفَ، وَمَنْ كَدَّ عَلَى عِيَالِهِ كَانَ كَالمُجَاهِدِ فِي سَبِيْلِ اللهِ
“Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil. Siapa yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wa Jalla." (HR. Ahmad)

Disebutkan dalam sebuah riwayat tentang sikap Rasulullah SAW dalam memberikan penghargaan kepada sosok pemuda kekar yang tengah memecah kayu bakar dengan kapaknya. Sementara ada sebagian sahabat yang melihat pemuda itu mengatakan, Sangat disayangkan tubuh yang kuat itu hanya dibuat mencari kayu bakar. Seandainya ia gunakan untuk berjihad tentu lebih baik.
Rasul SAW menjawab ucapan sebagian sahabatnya itu dengan bersabda:

إِنْ كاَنَ يَسْعَى عَلَى وَلَدِهِ صِغاَراً فَهُوَ فِي سَبِيْلِ اللهِ، وَإِنْ كاَنَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى أَبَوَيْنِ شَيْخَيْنِ كَبِيْرَيْنِ فَفِي سَبِيْلِ اللهِ وَإِنْ كاَنَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى نَفْسِهِ لَيَعِفَّهاَ فَفِيْ سَبِيْلِ اللهِ، وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى أَهْلِهِ فَفِي سَبِيْلِ اللهِ
“Jika seseorang bekerja untuk anaknya yang masih kecil, maka dia berada di jalan Allah SWT. Jika seseorang keluar untuk bekerja bagi kedua orang tuanya yang telah lanjut usia, maka dia berada di jalan Allah. Jika seseorang bekerja untuk dirinya agar tidak meminta-minta, maka dia berada di jalan Allah. Jika dia bekerja untuk keluarganya, maka dia berada di jalan Allah.” (HR. Thabrani)

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu..Jamaah Salat `Id yang Dirahmati Allah

Keempat, orang yang bekerja akan mendapatkan ampunan dari Allah.  Setiap orang ingin mendapatkan ampunan atas dosa-dosa perbuatannya. Memperoleh ampunan Allah merupakan dambaan kita sebagai manusia yang berlumur dosa dan kemaksiatan. Bekerja apalagi hingga merasa kelelahan, letih, capek, akan membuatnya meraih ampunan Allah. Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ أَمْسَى كآلًّا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ أَمْسَى مَغْفُوْرًا لَهُ
“Siapa yang menjadi payah (letih) pada sore hari karena kerja tangannya, maka dosanya terampuni.” (Qs. Thabrani)

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu..Jamaah Salat `Id yang Dirahmati Allah

Kelima, orang yang bekerja akan dicintai oleh Allah. Dengan bekerja seseorang akan bisa mendapatkan cinta Allah. Dia akan melabuhkan cintaNya kepada siapa saja yang mau bekerja dengan baik, seperti sabda Rasulullah SAW :
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ أَنْ يَرَى عَبْدَهُ تَعِبًا فِي طَلَبِ الحَلاَلِ
“Sesungguhnya Allah SWT senang melihat hambaNya lelah dalam mencari yang halal.” (HR. Dailami)

Inilah salah satu pelajaran yang bisa kita petik dari keluarga Nabi Ibrahim, khususnya dari istri beliau, Siti Hajar. Siti Hajar mengajarkan kepada kita untuk bangkit dari kursi kemalasan menuju keuletan agar bisa meraih kejayaan. Kita tidak akan bisa merubah nasib diri kita dan umat ini dari keterpurukan kecuali jika kita mau bekerja sungguh-sungguh dengan niat ibadah kepada Allah dan tawakal kepadaNya.

Negara harus hadir dengan menyediakan lapangan kerja yang seluas-luasnya bagi rakyatnya. Para pengurus negara tidak boleh tutup mata dengan fakta adanya ribuan orang yang membutuhkan pekerjaan untuk menafkahi keluarganya. Mereka butuh makan, minum dan tempat tinggal yang layak. Sungguh sangat mengenaskan, di tengah banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dialami ribuan buruh di Tanah Air, pemerintah justru mendatangkan ribuan pekerja dari Tiongkok. Semoga Allah memberi hidayah dan bimbingan kepada para pemimpin kita.

Demikian Khutbah Idul Adha 1436 H yang singkat pada pagi hari ini. Semoga kita bisa mengambil pelajaran sekaligus menjadi ilmu yang kita amalkan. Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Memasukkan sesuap nasi hasil dari tangan kita bekerja lebih baik dari meminta-meinta dan memelas iba kepada orang lain. Kita muliakan diri kita dan kehormatan dengan tidak menjadi pribadi yang pemalas. Wallahu A`lam Bis Showaab

Oleh : Hb. Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil

Tidak ada komentar: