Setiap mukjizat yang diberikan kepada seorang rosul,
pastilah disesuaikan dengan tantangan zaman .Cerita heroisme nabi musa u
dengan tongkatnya , lahir ditengah suasana merebaknya ilmu sihir yang menjadi
primadona . begitu juga nabi isa yang menyembuhkan banyak penyakit. Sebab,
beliau diutus kala banyak tabib menyebar ‘kesakitan’
Adapun nabi Muhammad ,yang menerima mukjizat
terbesar berupa al-Qur’an , beliau diutus untuk seluruh umat manusia, yang
secaranalar dan konsep hidup sudah sempurna, sehingga kitab yang sempurna
pulalah bekal terbaiknya. WA bil khusus
pada zaman beliau masih hidup sastra menjadi instrumen penting nilai dan
peradapan ,sehingga mestinya mereka akan mudah memahami al-Qur’an untuk para
kafir Quraisy celakalah mereka, yang memahami kebesaran al-Qur’an, tapi tak mau
menggunakannya sebagai sarana menjemput hidayah.
Biar saya ulangi
kalimat di atas , celakalah mereka, yang memahami kebesaran al-Qur’an, tapi tak
mau menggunakannya sebagai sarana menjemput hidayah. Kata kafir Quraisy sengaja
ditampilkan dan saya bermaksud mengajak anda menggantinya dengan frese seorang
muslim miris hati ini melihat bagaimana nasib al-Qur’an, secara fisik maupun
secara ajaran, diperlukan oleh orang zaman sekarang, Perlakuan tidak senonoh
itu, celakanya, dimulai dari umat islam sendiri.
Seolah tak sesiapa menyadari, bahwa ini mukjizat terbasar
yang pernah diturunkan kepada rasul. Bahkan nabi r pernah menolak
menuruti permintaan orang-orang kafir Quraisy yang ingin melihat bulan
terbelah, sebab sejatinya al-Qur’an itu sudah lebih dari cukup dibandingkan
semua mukjizat yang lain. Pantaslah jika nabi menjerit lirih, yang diabadikan
dalam al-Qur’an, “Ya Rabbaka, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an itu
sesuatu yang tidak diacuhkan.”
Al-Qur’an merupakan dzikir terindah, yang memberikan
ketenangan bagi sesiapa yang mendengarnya, bahkan yang tak paham sekalipun.
Barang siapa yang membacanya, ia akan ditemani malaikat kiramin bararah untuk
yang tak lancar membaca, alias terbata-bata, akan memborong dua pahala. Pahala
membaca dan pahala perjuangannya. Mau tahu pahalanya? Satu huruf berbanding
sepuluh kebaikan. Silahkan ambil kakulator sendiri untuk satu halaman yang anda
baca.
Di antara yang membuat betah berlama-lama membaca al-Qur’an adalah
susunan bahasa dan bunyinya yang indah dan rapi. Maka celakalah, yang lancar
membaca al-Qur’an, tapi tak mau membacanya. Ia bukan saja terjauhkan dari
pahala bejipun, tapi juga mengingkari nikmat Rabb.
Al-Qur’an merupakan zikir terindah, yang memberi kita
kesempatan untuk tenggelam dalam perenungan-perenungan produktif. Ulama menyebutnya
tadabur. Di sini pula kemukjizatan al-Qur’an bisa dirasakan. Terkadang dalam
satu ayat yang sama, orang yang berbeda
akan menemukannya makna perenungan yang berbeda. Bahkan oleh orang yang sama,
apa yang ia renungi sekarang mungkin berbeda dengan inspirasi yang ia dapat
kemarin. Padahal, ia tak beranjak dari ayat yang sama. Maka celakalah, yang tak
mau merenungi al-Qur’an. Padahal ia memiliki akal sehat sebagai modal merenung.
Al-Qur’an merupakan dzkir terindah, yang memberi jawaban
untuk semua masalah hidup. Sebab, di dalamnya terkandung semua yang mungkin
diarungi manusia hidup. Ia memang disiapkan untuk mengatur hidup dan kehidupan.
Bermula dari keyakinan, lantas peribadatan, kemudian merambah ke ranah
perbaikan pekerti diri, lalu meluas ke wilayah-wilayah publik dan kehidupan
sosial.
Metodenya pun kaya inovasi dan beragam. Ada cerita, ada
nasihat, ada dialog, ada kabar gembira dan peringatan. Semua itu dalam rangka
memudahkan manusia untuk memahaminya, kemudian menjadikan al-Qur’an sebagai
pendomannya. Maka celakalah, yang hidup di muka bumi di atas nikmat Allah, tak
mau menjadikan al-Qur’an sebagai pendoman.
Al-Qur’an, sekali lagi, adalah warisan kenabian terbesar.
Betapa celakanya kalau kita sebagai muslim sampai tak menyadarinya. Benarlah
ketika rosulullah r bersabda bahwa ada kaum yang ditinggikan
derajatnya dengan al-Qur’an, tapi ada pula yang di rendahkan derajatnya karena
al-Qur’an.