وَرَفَعْنَا
بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا
وَرَحْمَةُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
“Dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka
atas sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat
mempergunakan sebahagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan.”
Bicara emansipasi menurut
kamus besar bahasa Indonesia; emansipasi ialah pembebasan dari
perbudakan, persamaan hak dari berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan juga
istilah yang digunakan untuk menjelaskan sejumlah usaha untuk mendapatkan hak politik maupun
persamaan derajad.
Jadi tetap dalam penbagasan kita, Emansipasi
wanita dapat diartikan proses pelepasan diri para wanita dari kedudukan
sosial yang rendah atau dari pengekangan hukum yang membatasi mereka untuk
berkembang dan maju.
Pada era globalisasi seperti saat ini istilah
emansipasi sudah tidak asing lagi, bahkan istilah ini digunakan untuk
mensejajarkan kedudukan antara pria dan wanita. Gerakan emansipasi wanita bermula
dari seorang pejuang wanita yang bernama RA. Kartini. Maka bicara emansipasi
wanita, sudah tentu kita tak lepas membicarakan
sosok Kartini, seorang wanita dari kalangan ningrat yang memiliki pemikiran
maju di masa-nya yang kemudian diangkat namanya menjadi penggerak emansipasi
wanita Indonesia,
Hal tersebut bermula ketika beliau,
RA. Kartini memperjuangkan hak-hak wanita di wilayahnya. Gerakan emansipasi
wanita yang dilakukan saat itu untuk menghapuskan stigma kasar pada diri
kaum wanita. Sejarah mencatat stigma tersebut iyalah “Kasur, sumur, dan dapur”
yang dimana hal tersebut melekat pada diri wanita saat itu. Dan pada akhirnya
gagasan RA. Kartini itu berhasil dan
berbuah dengan merubah pandangan masyarakat terhadap keberadaan wanita.
Jadi bila disimpulkan dari beberapa buku,
artikel-artikel yang pernah saya baca, arti Emansipasi dan apa yang dimaksudkan
oleh RA. Kartini adalah agar wanita mendapatkan hak untuk mendapatkan
pendidikan seluas-luasnya, setinggi-tingginya. Agar wanita juga di akui keberadaannya
dan diberi kesempatan yang sama untuk mengaplikasikan kecerdasan, keilmuan yang
dimilikinya dan Agar wanita tidak merasa rendah dan direndahkan derajatnya di
mata pria. Sebagai mana yang diceritakan oleh Abuya As Sayyid Muhammad Alawy
Al Malikky dalam kitab-nya Nidhom Al Usrah dalam bab INSTITUSI KELUARGA DI ZAMAN
PRA-ISLAM :
Dalam kitab tersebut Abuya menceritakan “Pada dahulukala
di sebagian bangsa Eropa, kaum wanita tidak mempunyai hak milik pribadi. Sebaliknya,
mereka dijadikan sebagai pelayan kaum lelaki sampai-sampai mereka tidak berhak
memiliki pakaian mereka sendiri maupun harta yang mereka peroleh dari hasil
keringat sendiri.
Di kalangan
bangsa Arab, kaum wanita sangat terhina, sampai-sampai ada sebagian dari mereka
yang mengubur hidup-hidup anak perempuan, sebagaimana disebutkan dalam firman
Alloh :
Apabila salah
seorang dari mereka diberi kabar tentang (kelahiran) anak perempuan, merah
padamlah wajahnya sambil menahan marah.Ia bersembunyi dari kaumnya, karena
buruknya berita yang diterimanya. Apakah ia akan memeliharanya dengan
menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (dalam keadaan
hidup)? Ketahuilah, sungguh jahat apa yang mereka tetapkan itu. (QS
An-nahl:58-59).
Bahkan
sebagian bangsa Eropa ada yang menganggap bahwa wanita bukanlah makhlu sejenis
dengan kaum lelaki, mereka adalah kaun yang lebuh rendah.
Sudah jelas dalam hal ini tidak ada sedikitpun
dari sang penggagas emansipasi wanita, yaitu RA Kartini; menyatakan bahwa
wanita menginginkan kesamaan hak keseluruhan dari pria, karena pada hakikatnya
pria dan wanita memliki kelebihan dan kekurangannya masing- masing, dengan
kekurangan dan kelebihannya itulah, jadilah mereka mahluk yang sempurna. Sebagai
mana yang telah difirmankan oleh Sang Pencipta manusia itu sendiri:
(أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَةَ رَبِّكَ نَحْنُ
قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا
بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا
وَرَحْمَةُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ)
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat
Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan
dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain
beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang
lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.
Jelas dalam Ayat di atas Alloh
membeda-bedakan pemberiannya antara satu dengan yang lainnya, supaya saling
mensempurnakan kekurangan masing-masing. Jikalau semua wanita berpikir untuk
berkarir sebagai mana kaum lelaki, lalu siapa yang akan mengurusi rumah, atau
sebaliknya.
Lantas di Abad 21 sekarang ini, emansipasi
dijadikan kedok kebebasan para wanita saja, bahkan akhir-akhir ini
emansipasi dijadikan kedok untuk memperdagangkan diri dalam balutan kontes
putri dan ratu sejagat dengan tameng menguji kecerdasan kontestannya. Dan ada
juga yang menjual kecantikan untuk memperoleh ‘nilai’ lebih dalam hal
pendidikan, pekerjaan bahkan status sosial, tentu ini suatu bentuk pelacuran
terselubung yang malah menghancurkan derajat wanita dimata pria.
Apa hubungannya kecerdasan yang dinilai dalam
balutan baju seksi dan wajah mempesona?? lantas di mana letak kebanggaan
seorang wanita?? Jadi apa arti emansipasi bila akhirnya hanya menjadi
olok-olokan??
‘Jika Kartini sebagai
pelopor emansipasi wanita sekarang masih hidup, dia pasti akan menyerang
pengertian emansipasi yang semakin keluar dari apa yang diharapkan. Kartini
akan menyerang kontes ratu-ratuan yang mengumbar aurat, Kartini akan menyerang
keinginan perempuan yang mau keluar dari
asal ciptaannya. Sebab menurut Kartini, perempuan dan laki-laki itu memiliki
keunggulan dan juga kelemahannya masing-masing yang unik, sebab itu mereka
memerlukan satu dengan yang lainnya, saling melengkapi‘.
Jadi akan menjadi sangat miris bila pengertian emansipasi
wanita ini lantas dianggap sebagai “pemberontakan wanita dari kodrat
kewanitaannya”. Dimana wanita melupakan kewanitaannya dan lebih menunjukkan
keperkasaannya secara fisik, yang notabene bukan lahannya namun memaksakan agar
diakui.
Dan perlu diketahui oleh para wanita; jangan
sampai lupa bahwa selain cerdas di luar sana juga harus cerdas didalam
rumahnya, kerana keberadaannya adalah pemimpin rumah disaat suaminya keluar
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut hemat saya; emansipasi
tidak harus dipahami dengan mensejajarkan dalam hal pencapaian karir, tapi
lebih luas lagi sebagai pendukung kesuksesan pasangan. Sebagai mana
dikatakan “ dibalik kesuksesan seorang suami, ada istri yang cerdas”
Bahkan setiap aktifitas
rumah yang dikerjakan oleh seorang istri, Alloh tidak akan membuat hal tersebut
menjadi sia-sia dan tak berguna, tapi hal tersebut akan mendapat balasan
positif dari Allah, tidaklah seorang wanita membuat tepung untuk suami dan
anak-anaknya, kecuali Allah akan menetapkan setiap biji yang menjadi tepung
sebagai kebaikan yang dapat menghapus keburukan dan sekaligus mengangkat
derajatnya.
Wallahu
A’lam bis Shawab