"
QS Al Hujurot:10.
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu saudara, maka damaikanlah diantara dua saudara kalian
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu saudara, maka damaikanlah diantara dua saudara kalian
Uraian
Ayat
Dalam
pandangan islam, seluruh umat manusia yang memiliki kesatuan agama dan
keyakinanTauhid adalah
bersaudara. Jadi ketika gedung persaudaraan belum ada atau terbangun maka
setiap inidividu wajib membangun dan melestarikannya. Demikian pesan yang bisa
kita ambil dari ayat di atas. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sendiri
dalam banyak sabdanya seringkali mengingatkan kepada manusia yang telah
menyatakan diri beriman agar mereka senantiasa menciptakan dan mempererat tali
persaudaraan. Dalam satu hadits disebutkan:
"Sesungguhnya
seorang yang beriman itu laksana kepala bagi tubuh setiap mukmin (yang lain ).
Di mana mereka juga turut merasakan sakit jika sudara seiman sakit sebagaimana
tubuh yang lain merasakan sakit ketika kepala terjangkit rasa sakit" HR
Ahmad.
Sebagai wujud komitmen kita kepada Ukhuwwah Islamiyyah maka ketika terjadi kerusakan pada bangunan ukhuwwah tersebut maka kita harus berusaha memperbaikinya dengan segala kuasa dan usaha sebagaimana pesan perintah pada ayat di atas. Dalam ayat sebelumnya Allah juga telah berfirman yang artinya:
"Dan
jika dua golongan kaum beriman saling berperang maka damaikanlah antara
keduanya" QS Al
Hujurot:9.
Artinya
dalam misi menegakkan kembali tiang Ukhuwwah Islamiyyah yang
telah miring atau bahkan roboh, seseorang harus menggunakan segala potensi yang
dia miliki, dia harus rela mengorbankan diri, waktu, tenaga, dan harta. Lebih
dari itu, jika memang tiang Ukhuwwah hanya
bisa ditegakkan dengan kerelaannya meletakkan jabatan maka dia dengan rela hati
harus meletakkan jabatannya. Hal inilah yang dapat kita temukan dan kita contoh
dari seorang Al Husen bin Ali radhiyallah
anhumasaat beliau dengan rela hati memberikan
kekuasaan Iraq (Kufah) sepenuhnya kepada Muawiyah. Meski sebenarnya rakyat
Kufah baru saja mengangkatnya menjadi khalifah pasca terbunuhnya Ali ra pada
tujuh bulan sebelas hari yang lalu. Bahkan kecintaan penduduk Iraq kepada Al
Husen melebihi kecintaan mereka kepada Ali ra ayahnya sama sekali tidak
mempengaruhi niat bulat Beliau dalam menciptakan kedamaian dan persaudaraan di
dalam komunitas umat Islam. Kepada penduduk Kufah yang sangat mencintainya, Al
Husen berkhutbah: "Sesungguhnya
orang yang paling cerdas adalah dia yang bertaqwa dan sebaliknya orang yang paling
bodoh adalah dia yang mudah melakukan dosa, demi terciptanya perdamaian di
antara umat Islam dan agar mereka tidak mati sia-sia maka aku serahkan
sepenuhnya urusan pemerintahan kepada Muawiyah".
Dengan
pelimpahan kekuasaan sepenuhnya kepada Muawiyah berarti terhentilah peperangan
dan sengketa yang selama ini terjadi antara kubu Iraq dan Syam. Dan kini umat
islam kembali kepada satu kepemimpinan setelah selama ini mereka terpecah dalam
dua kepimpinan. Nyatalah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
"Sesungguhnya cucuku ini adalah seorang yang besar (Sayyid), dan dengannya
Allah nanti akan mendamaikan dua kelompok besar umat Islam" HR
Bukhori. Hal ini adalah dalam tataran kehiduapan
secara makro (luas).
Sementara dalam tataran kehidupan mikro (sempit) dalam hubungan antar individu
maka setiap sengketa, perpecahan, dan kerenggangan harus disikapi dengan saling
mengalah dan saling berlapang dada untuk memulai atau mendahului memaafkan,
menyatukan perpecahan dan merekatkan kembali kerenggangan. Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda:
"Sambunglah
orang yang memutusmu, berilah orang yang menghalangimu dan berpalinglah dari
orang yang menganiayamu" HR Ahmad.
Jika Ukhuwwah Telah
Tertata
Jangan
anda seperti seorang wanita yang mencerai beraikan kembali benang-benang yang
telah dipintalya. Demikian Alqur'an mengingatkan dalam surat Annahl:92:
"Dan
janganlah kalian seperti seorang wanita yang menguraikan benangnya yang telah
dia pintal dengan kuat hingga menjadi cerai berai kembali".
Pohon Ukhuwwah yang
telah tertanam hendaknya sebisa mungkin dirawat serta ditumbuh kembangkan
hingga akhirnya memberikan hasilnya yang melimpah ruah. Untuk mewujudkan
keinginan tersebut, Allah azza
wajalla dalam
kitab suciNya memberikan beberapa petunjuk. Sebagaimana firmanNya yang artinya:
"Wahai
orang-orang yang beriman, janganlah satu kaum meremehkan kaum yang lain, sebab
boleh jadi mereka (yang diremehkan) lebih baik dari pada mereka (yang
meremehkan). Dan jangan pula para wanita meremehkan wanita yang lain, karena
mungkin wanita (yang diremehkan) lebih baik dari pada mereka (wanita yang
meremehkan) .Dan janganlah saling mencela serta jangan saling memanggil dengan
panggilan yang buruk" QS Al Hujurot:11.
Dalam
ayat ini ada empat hal penting yang perlu untuk diperhatikan dalam rangka
menjaga stabilitas kehidupan Ukhuwwah;
Pertama,
jangan sampai kita meremehkan atau melecehkan orang lain karena mungkin orang
yang diremehkan dan dilecehkan lebih baik dan lebih mendapat cinta dari Allah
dibanding orang yang meremehkan dan melecehkan. Jadi mencela atau tindakan
pelecehan dalam bentuk apapun adalah haram hukumnya.
Kedua, secara
khusus Allah memberikan peringatan supaya seorang wanita jangan sampai
mencemoohkan atau merendahkan wanita yang lain, sebab mungkin wanita yang
mencemooh tidak lebih baik atau bahkan lebih rendah dari wanita yang dicemooh.
Ingatlah bahwa kemuliaan wanita dalam pandangan Allah tidak terletak pada paras
wajah, cerah dan halusnya kulit, tetapi kemuliaan wanita sangat bergantung
sampai dimana ketaatannya kepada Allah dan ketundukannya kepada sang suami.
Ketiga, hilangkan
budaya saling mencela dan mengolok-olok kendati hanya sebatas gurauan, sebab
tidak jarang permusuhan berawal dari gurauan yang melewati batas kewajaran.
Keempat, nama atau panggilan apa saja yang tidak kita sukai dan rasanya bila nama itu terdengar ditelinga dan ditujukan kepada kita maka sepertinya nama atau julukan tersebut menjadi sebuah cap buruk (stigma) bagi kita, karenanya kita sangat merasa terhina jika dipanggil dengan nama atau julukan tersebut, oleh sebab itu tradisi saling memanggil nama orang lain dengan nama atau julukan yang tidak disukai harus segera kita hentikan. Jangan sampai kita panggil saudara kita dengan nama atau panggilan yang tidak disukainya sebagaimana kita juga tidak suka ada orang lain memanggil kita dengan nama atau julukan yang tidak kita sukai. Sebaliknya kita harus memanggil orang lain dengan nama atau julukan yang paling ia senangi seperti kita juga senang jika ada orang lain memanggil kita dengan nama atau julukan yang kita sukai. Hal ini harus mendapat perhatian dari kita sebab seringkali budaya ini (Tanaabuz Bil Alqab) juga menanamkan benih ketidak harmonisan dalam hubungan persaudaraan.