Jikalah derita akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka kenapa
meski dijalani dengan sedih rasa, sedang ketegaran akan lebih indah dikenang
hati,
Kesabaran akan lebih mudah menghantarkan kita pada apa yang menjadi harapan dan melalui
setiap peristiwa yang kita temui.
Bukankah para pendahulu-pendahulu kita untuk mewujudkan apa yang menjadi cita-citanya,
mereka berupaya untuk bersabar dari setiap rintangan.
بالصَبْرِ تَنالُ ما
تُرِيد.
“Dengan kesabaran akan kita perolih setiap
harapan”
Jikalah kesedihan akan menjadi masa lalu pada
akhirnya, lalu mengapa tidak dinikmati saja, sedang ratap tangis tak akan
mengubah segalanya. Bukankah Allah telah menjanjikan di Setiap kesulita
bersamanya kemudahan.
فَإِنَّ
مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا. إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا.
Jikalah luka dan kecewa akan menjadi masa lalu
pada akhirnya, maka mengapa meski dibiarkan meracuni jiwa, sedangkan ketabahan
dan kesabaran adalah lebih utama dan terpuji, Sementara kecewa dan trauma
tercela Agama, dan akan melahirkan demotivasi dalam menjalani hidup dan
berujung pada kegagalan.
Jikalah harta dan perhiasan akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
mengapa meski berpelit diri, sedangkan berdermawan jelas lebih membawa untung. Bukankah sikap terlalu
mencintai harta merupakan biang kekeliruan dan malapetaka yang mengancam, sementara kedermawanan mengundang kawan dan
membawa aman.
فَأَمَّا مَنْ
أَعْطَى وَاتَّقَى. وَصَدَّقَ
بِالْحُسْنَى. فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى. وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى. وَكَذَّبَ
بِالْحُسْنَى. فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى.
“Adapun orang yang
memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya
pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang
mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta
mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya
(jalan) yang sukar.”
Sementara dalam Hadis Nabi, dikatakan;
طَعامُ الجَوادِ
دَواءٌ وَطعامُ البَخِيلِ دَاءٌ
“Makanan orang yang pemurah
adalah obat, sedangkan makanan orang yang kikir adalah penyakit”
Jikalah kepandaian akan menjadi masa lalu pada
akhirnya, maka mengapa meski membusungkan dada kerana sombong, sedangkan rendah
hati lebih mengundang cinta Tuhan.
Dalam hadis dikatakan:
“Celakalah anak Adam, bagaimana mungkin dia
berlaku sombong. Padahal dia hanyalah akan menjadi bangkai yang menyebarkan
aroma tidak sedap bagi orang lain yang lewat di dekatnya. Anak Adam itu
diciptakan dari tanah dan akan kembali ke tanah pula.” (HR. Dailami)
Apa kita masih ingin sombong ??
Jikalah kebahagiaan akan menjadi masa lalu pada
akhirnya, maka mengapa meski dirasa sendiri, sedangkan berbagi akan membuatnya
lebih bermakna. Tidaklah seorang mukmin menghilangkan duka saudaranya kecuali
Allah akan membalas yang sama, karena Allah menginginkan hamba-hamba-Nya untuk
bahagia dan berbagi kebahagiaan.
Jikalah hidup akan menjadi masa lalu pada
akhirnya, maka mengapa meski kita gemar dengan sikap atau perbuatan-perbuatan
yang tak mengenakkan Tuhan. Bukankah hanya Dia yang akan kekal nan abadi.
كُلُّ
مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ. وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإكْرَامِ
Semua
yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai
kebesaran dan kemuliaan. (Ar Rahmaan: 26-27)
كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ
إِلا وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ.
Tiap-tiap
sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya lah segala penentuan, dan hanya
kepada-Nya lah kamu dikembalikan. (Al Qoshosh: 88)
Sadarkah Kita....???