Translate

Jumat, 01 April 2022

Puncak Prestasi Seorang Hamba Ampunan dosa






 

الحمدُ لله الَّذِي شرَّحَ صُدُوْرَ المُؤْمِنِيْنَ لِطَاعَتِه، وهَدَاهُمْ اِلَى تَحْكِيْمِ كِتَابِه والعَمْلِ بِه، نَحْمَدُهُ ونَسْتَعِيْنُه ونَسْتَغْفِرُه، ونَعُوْذ ُبِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا ومِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِى اللهُ فلا مُضِلَّ لَه، ومَن يُضْلِلْ فلا هادِىَ لَه، أشْهَدُ أنْ لآ إلهَ إلاّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه، وأشْهَدُ أنَّ سيدَنا محمداً عبدُه ورسولُه لانَبِيَّ بَعْدَه.

أللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد. أَمَّا بَعْدُ : فَياَ أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ اتَّقُوا الله مَا اسْتَطَعْتُمْ، اتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.

قاَلَ الله تَعَالَى:

 

 

v     Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Shalat Iedul Fitri, hafidhokumuLLOH.

Hari ini, takbir dan tahmid berkumandang di seluruh penjuru dunia, mengagungkan asma’ Allah, mengagungkan nama Allah SWT. Gema takbir yang disuarakan oleh lebih dari satu setengah milyar umat manusia di muka bumi ini, menyeruak di setiap sudut kehidupan, di Masjid, di Mushola, di lapangan, di kampung-kampung, di gunung-gunung, di tepi pesisir, di pasar, dan di seluruh pelosok negeri umat Islam.

Pekik suara takbir itu juga kita bangkitkan disini, di bumi tempat kita bersujud dan bersimpuh dihadapan Rabb kita. Iramanya memenuhi ruang antara langit dan bumi, disambut riuh rendah suara malaikat nan khusyu’ dalam penghambaan diri mereka kepada Allah SWT. Getarkan hati mu’min yang tengah berdzikir pada Allah, getarkan qolbu mereka yang hanyut dalam munajat penuh mahabbah, penuh ridha, penuh roja’, penuh pengharapan akan hari perjumpaannya dengan Sang Khaliq, Dzat yang mencipta jagat raya dengan segala isinya.

Kumandang takbir dan tahmid itu sesungguhnya adalah wujud kemenangan, bentuk rasa syukur kaum muslimin kepada Allah SWT atas keberhasilannya meraih fitrah (kesucian diri, bersih dari dosa) melalui mujahadah - perjuangan lahir dan batin - dan pelaksanaan amal ibadah selama bulan suci Ramadhan yang baru saja berlalu. Allah SWT menegaskan :

...وَلِتُكْمِلُوْا العِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلىَ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

“Dan hendaklah kamu menyempurnakan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kamu semoga kamu bersyukur (kepada-Nya).” (QS. al-Baqoroh : 185)

Dalam suasana kemenangan ini, marilah kita menghayati kembali makna ke-fitrah-an kita, baik sebagai hamba Allah maupun sebagai khalifatullah fil ardli: “Idul Fitri yang dimaknai kembali kepada kesucian ruhani” atau “Kembali ke asal kejadian manusia yang suci sebagaimana saat dia dilahirkan” atau “kembali ke agama yang benar” sesungguhnya hal tersebut mengisyaratkan, bahwa setiap orang yang merayakan Idul fitri berarti dia sedang merayakan kesucian ruhaninya, mengurai asal kejadiannya dan menikmati sikap ber’agama yang benar, ber’agama yang diridhai Allah swt.

Di sinilah sesungguhnya letak keagungan dan kebesaran hari raya Idul fitri, Hari di mana para hamba Allah merayakan keberhasilannya mengembalikan kesucian diri dari segala dosa dan khilaf, melalui pelaksanaan amal shaleh dan ibadah puasa Ramadhan, sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW :

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan atas dasar keimanan dan keikhlasan, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhori, Muslim).

Namun patut diingat hadirin sekalian... bahwasanya dosa atau kekhilafan antar sesama umat manusia, ia baru terampuni apabila mereka saling memaafkan, dan karena itulah, mari kita jadikan momentum Idul Fitri yang suci ini untuk saling meminta dan memberi maaf atas segala kesalahan antar sesama, kita buang perasaan dendam, kita sirnakan keangkuhan dan kita ganti dengan pintu maaf dan senyum sapa yang tulus penuh dengan persaudaraan dan kehangatan silaturrahim antar sesama.

Semoga hati yang gembira ini, bukan semata-mata karena bisa sarapan pagi lagi atau idul fithri, akan tetapi juga menjadi salah satu buah dari dosa-dosa kita yang mendapatkan ampunan Allah, setelah melewati kehidupan sebulan penuh di bulan Ramadhan. Amin Ya Rabbal Aalamin. Ampunan Allah ta’ala sangatlah penting karena jika dosa-dosa telah bersih, maka Insya Allah menutup hidup dengan husnul khatimah dan kelak di akhirat kita tidak akan merasakan siksaan neraka sebagaimana do’a yang secara langsung diajarkan oleh Allah kepada manusia:

وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“ Ya Tuhan kami berikanlah kebaikan kepada kami di dunia dan kebaiikan di akhirat serta lindungilah kami dari siksa neraka “ (QS al Baqarah : 201)

v     Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Shalat Iedul Fitri, hafidhokumuLLOH.

Tidak ada kebaikan yang dilakukan oleh manusia beriman; baik berupa ibadah vertikal seperti wudhu, shalat, membaca Alqur’an, berdzikir, bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw, berpuasa, dan berhaji, kecuali salah satu keutamaan yang didapatkan dari ibadah-ibadah tersebut adalah ampunan dosa.

Demikian pula halnya dengan ibadah-ibadah berbuat baik kepada sesama manusia dengan banyak sekali model dan caranya. Semuanya pasti memiliki manfaat di antaranya sebagai pelebur dosa. Ini semua memberikan pelajaran;

Pertama: bahwa sebagai manusia, kita sangat mudah berbuat dosa. Sebagaimana terapat riwayat; setiap berwudhu seorang muslim terapat paanya kotoran dosa yang rontok dari anggota tubuhnya yang dibasuh dan diusap oleh air wudhu. Rasulullah Muhammad Saw bersabda:

“Barang siapa berwudhu dan melakukan yang terbaik dalam wudhunya, niscaya keluar seluruh kotoran kesalahan dari tubuhnya sehingga ada yang keluar dari bawah kuku-kukunya”(HR Muslim no:245)

Kedua: bahwa hal terpenting dan terbesar yang harus dicapai oleh seorang beriman dalam kehidupan dunia yang sementara ini, dan menuju kehidupan akhirat nanti yang abadi adalah terampuninya seluruh dosa-dosa; baik dosa kecil maupun dosa besar sebagaimana diisyaratkan oleh sabda Rasulullah Saw kepada sahabat Ubayy bin Kaab ra yang senantiasa mengisi waktu-waktunya dengan membaca shalawat:

إذاً تُكْفيَ هَمَّك ويُغْفَرُ لك ذَنْبُكَ.

“Jika demikian, maka kamu tercukupi keinginan (duniamu) dan diampunkan bagimu, dosamu (di akhirat)”(HR Turmudzi no:2574)

v     Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Shalat Iedul Fitri, hafidhokumuLLOH.

Di antara sarana lengkap dan canggih untuk membentengi diri dari dosa, melebur dosa-dosa sekaligus meraih ampunan Allah azza wajalla adalah berpuasa; utamanya puasa wajib bulan Ramadhan, ataupun puasa-puasa sunnah senin kamis, puasa enam hari bulan Syawwal dan puasa sunnah yang lain. Pada bulan Ramadhan kita diwajibkan oleh Allah azza wajalla berpuasa yang memiliki manfaat seperti disabdakan oleh Rasulullah Saw:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mencari pahala Allah maka diampunkan baginya dosa-dosanya yang lalu” (HR Muslim no:760)

Selain berpuasa kita juga diajarkan agar melakukan Qiyam Ramadhan atau shalat Tarawih setiap malam yang juga memiliki manfaat melebur dosa-dosa. Rasulullah Saw bersabda:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mencari pahala Allah maka diampunkan baginya dosa-dosanya yang lalu” (HR Muslim no:759)

Dan secara khusus melakukan Qiyam Ramadhan pada malam Lailatul Qadar yang keberadaannya menjadi rahasia Allah azza wajalla. Rasulullah Saw bersabda:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa yang melakukan Qiyam pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mencari pahala Allah maka diampunkan baginya dosa-dosanya yang lalu” (HR Bukhari no:1901)

Selain ada ibadah puasa, Qiyam Ramadhan, dan Qiyam Lailatul Qadar, di bulan Ramadhan juga ada sesuatu yang bernama Nafahat, hembusan-hembusan rahmat Allah ta’ala di mana barang siapa diterpa sedikit hembusan tersebut maka ia tidak akan pernah celaka selamanya. Ia pasti akan selamat dari segala kesulitan dan kesusahan di akhirat. Rasulullah Saw bersabda:

إنَّ لِرَبِّكُمْ في أيَّامِ دَهْرِكُم نَفَحاتٍ فَتَعَرَّضوا لَها  لعلَّه أنْ تُصِيبَكُم نَفَحَةٌ مِنها فلا تَشْقَوْنَ بعدَها أبَداً

“Sesungguhnya bagi Tuhan kalian dalam hari-hari setahun kalian ada nafahaat, hembusan-hembusan rahmat. Maka sambutlah itu! Semoga satu hembusan darinya ada yang menerpa kalian sehingga selamanya kalian tidak akan celaka” (HR Hakim at Tirmidzi/Thabarani dari Muhammad bin Maslamah ra)

Jadi selain dengan begitu banyak keutamaan-keutamaan, kehadiran puasa Ramadhan sebulan penuh memiliki misi utama agar orang-orang yang beriman mendapatkan ampunan Allah swt. Jika seorang mukmin gagal mendapatkan ampunan tersebut maka ia termasuk dalam tiga orang yang dalam satu kesempatan dido’akan oleh Malaikat Jibril dan diamini oleh Rasulullah Saw sebagai orang yang celaka, na’udzu billaah. Tsumma na’udzu billaah.

v     Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Shalat Iedul Fitri, hafidhokumuLLOH.

Ramadhan telah berlalu dengan banyak aktivitas ibadah dan uluran kebaikan kepada sesama, semoga semuanya diterima oleh Allah azza wajalla. Dan sebagai tanda bahwa amal ibadah kita diterima oleh Allah azza wajalla adalah hati kita sehat dan lapang untuk meminta maaf jika bersalah, atau memberikan maaf kepada orang yang bersalah. Allah ta’ala berfirman:

وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“…dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS An Nuur:22)

Maka setelah ini marilah semua saling memohon maaf memaafkan dan saling bershilaturrahim di antara kelurga, sesama tetangga, sanak famili, sesama teman dan sesama kaum muslimin seluruhnya sebagaimana pesan Rasulullah Saw kepada Uqbah bin Amir ra:

صِلْ مَنْ قَطَعَكَ و أعْطِ مَنْ حَرَمَكَ وَاعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَكَ

“Sambunglah orang yang memutusmu, berilah orang yang menghalangimu atau tidak pernah memberimu, dan maafkanlah orang yang menzhalimi dirimu”(HR Ahmad dalam al Musnad no: 16999)

v     Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Shalat Iedul Fitri, hafidhokumuLLOH.

Semoga berlalunya Ramahan kita juga menapatkan pelajaran di dalamnya tentang ketulusan, kesabaran, kedermawanan, totalitas penghambaan kepada Allah ta’ala, mengekang hawa nafsu dan sebagainya, bisa kita bawa dalam menjalani kehidupan di luar bulan Ramadhan, sehingga kita akan mampu mengisi waktu-waktu yang merupakan modal besar dan umur kita, dengan segala macam aktivitas ibadah dan kebaikan-kebaikan kepada sesama. Juga agar kita mampu secara optimal menghindarkan diri dari kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa sebagai sumber masalah kehidupan; baik di dunia ini atau pun kelak di akhirat nanti. Betapa indahnya kehidupan yang penuh dengan amal ibadah dan keshalehan sosial. Betapa indahnya kehidupan yang jauh dari kemaksiatan-kemaksiatan sebagai bekal paling istimewa yang dibawa oleh seorang hamba beriman ketika bertemu dengan Allah azza wajalla. Ummul Mukminin Sayyidah Aisyah ra berkata:

 “Sesungguhnya kalian tidak akan bertemu dengan Allah dengan membawa sesuatu lebih baik daripada sedikit dosa. Barang siapa yang senang bisa mendahului orang yang giat beribadah maka hendaknya menahan dirinya dari dosa-dosa” (alMukthar min Kalamil Akhyaar. Abuya hal 82)

 وَالْعَصْرِ. إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ .

بارَك اللهُ لىِ ولكُم ونفَعَنِيَ اللهُ وإياكم بهُدَي كتابِه, أقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العظيم لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ من كلِّ ذنبٍ فاسْتَغْفِرُوه إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم .

الخطبة الثانية

اللهُ اكْبَرْ اللهُ اكْبَرْ اللهُ اكْبَرْ، اللهُ اكْبَرْ اللهُ اكْبَرْ اللهُ اكْبَرْ، اللهُ اكْبَرْ.   وللهِ اْلحَمْدُ.

الحمد لله الَّذِي صَدَّقَ وَعْدَه، وَ نَصَرَ عَبْدَه، وَ اَعَــزَّ جُنْدَهُ، وَ هَزَمَ اْلاَحْزَابَ وَحْدَه،  اَشْهَدُ اَنْ لآ الهَ الاَّ الله وَحدَه لاشَريكَ لَه، و أشهَدُ اَنَّ سيدَنا محمَّداً عَبْدُه و رَسولُه لا نَبِيَّ بَعْدَه، اللهم صلِّ وسلِّم و بارِكْ علي سيدِنا محمَّد، و عَليَ  آلِه و صَحْبِهِ و مَنْ تَبِعَهُ وَ نَصَرَه وَ وَالاَه. اما بعد :

فيا عبادَ الله، اتَّقُوا  اللهَ مَا اسْتَطَعْــتُمْ، وسَارِعُوا الي مَغْفِرَةِ رَبــــِّكُم، نُقِل عن بعضِ العارفين بالله قولُه : إنَّ الكَيِّسَ - الفطن الذكي - مَن لاتَزِيْدُه النِعَم إلا إنكِساراً وذُلاّ وتواضُعاً ومَحبّةً للمُنعِم ، وكلَّما جدَّد له نعمة أحدَث لها عُبوديةً وخُضُوعاً، فكونوا يا عبادَ الله مِمَّن لا تَزِيدُه النِعَمُ إلا طاعةً لله ، وإقبالاً عليه وتوجُّها إليه ، ولا تكونوا مِمَّن أبْطَرَته النِّعمَة ، واتَّبَعَ هَواه فكان مِن الغاوِين .

وصلُّوا علي رسولِ ربِّ العالمين ، سيدِنا محمدٍ النبي الأمِين.

فقد أمَركُم الله بذلك في كتابهِ المبين ( انّ الله وملائِكَتَهُ  يُصَلُّونَ علي النَّبِي يآ ايُّها  الَّذِينَ امنوا صَلُّوا عَليهِ وسَلِّمُوا تَسْلِيما) .

وارض اللَّهُمَّ عَنِ الخُلُفاءِ الرَّاشِدِين , سَاداتِنا ابي بكرٍ وعمرَ وعثمانَ و علي , وعن بَقِيَةِ صَحابةِ رسولِ الله اجمعين, والتابعِينَ وتابعِي التابعين ومَن تَبِعَهم بإحسانٍ إلى يوم الدين, وعَنّامَعَهُم بعَفْوِيك وكرَمِك وإحسانك يا ارحم الراحمين.

Hadirin sekalian rahimakumulloh,

Dihari yang suci ini, Mari kita tengadahkan kedua belah tangan kita, kita putihkan mata bathin kita, sambil memuji dan membesarkan Nama Allah, untuk kemudian kita berdo’a kehadirat-Nya, dengan sebuah harapan semoga Allah mendengar dan memperkenankan do’a yang kita pantulkan pagi hari ini, mari kita berdo’a dengan khusyu’ dan khudhu’

اللهم اغْفِرْ لِلمؤمنين والمؤمنات , والمسلمين والمسلمات , الاحياء مِنهُم والاموات, اِنك سميعٌ قريبٌ مجيبُ الدّعَوَات, يا قاضِيَ الحاجات، يا غافر الذنوب والخطيئات , يا أرحم الراحمين .

v     Wahai yang maha luas kasih sayang-Nya,

Wahai yang ni’mat-Nya melingkupi segala sesuatu,

Segala puji hanya bagi-Mu, Semua kemuliaan hanya milik-Mu,

Seluruh penghambaan hanya punya-Mu,

Subhaanaka, Maha Suci Engkau ya Allah,

Terima kasih ya Allah atas runtunan ni’mat yang telah Kau hamparkan,

Terima kasih ya Allah... karena telah Kau Izinkan hamba merasakan ni’matnya ramadhan-Mu, karena telah Engkau beri kesempatan kepada hamba untuk memperbaiki diri.

رَبَّنا اغْفِرْلَناَ ذُنُوبَناَ وكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئاَتِناَ وتَوَفَّناَ مَعَ الْأبْـــــرَار

Wahai Tuhan kami,ampunilah dosa-dosa kami, hapuskanlah kejelekan kami dan matikanlah kami bersama dengan orang-orang yang berbuat baik.

رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِمَشَايِخِنَا وَلِمُعَلِّمِنَا وَلِمَنْ أَحْسَنَ إِلَيْنَا وَلأَصْحَابِ الْحُقُوْقِ الْوَاجِبَةِ عَلَيْنَا وَلِجَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ

Wahai Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami, ibu bapak kami, guru-guru kami, segenap orang-orang yang berbuat baik kepada kami, dan orang-orang yang mempunyai hak atas kami,serta segenap orang-orang yang beriman baik laki-laki ataupun perempuan, yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal.

v     Wahai yang rahmat-Nya mengalahkan murka-Nya,

Wahai yang maha mengampuni semua dosa,

Wahai yang pintu taubatnya selalu terbuka,

Ampunilah seluruh dosa dan kesalahan kami,

Ampuni ya Allah... jika dalam hidup ini kami selalu lupa untuk mensyukuri semua pemberian-Mu, Ampuni jika kami tidak pandai menjalankan semua perintah-Mu, Ampuni jika kami senantiasa mengerjakan larangan-Mu.

Ya Allahu Ya Ghoffar… dari sekian banyak dosa yang telah kami lakukan, kami tetap yakin ya Allah, Maha Pengampun-Mu jauuuh lebih besar dari apa yang telah kami perbuat,

Ampunilah sebesar apapun kesalahan kami, Karena jika Engkau tak ampuni semua kesalahan kami, apa artinya sisa umur kami ini jika tanpa ampunan-Mu.

v     Wahai yang kasih sayang-Nya tiada terbilang,,

Wahai yang Maha memperkenan setiap doa,

Wahai yang Maha mengabulkan semua pinta,

Dihari yang suci ini, di hari idul fitri ini,

Diujung doa kami hari ini, tanpa pernah merasa bosan,

ampunilah dosa dan kesalahan kedua orang tua kami, baik mereka yang masih hidup, masih berkumpul ditengah tengah kami, ataupun keduanya yang telah mendahului kami,

Yaa Allah, seringkali kami melukai hati keduanya dengan sikap dan perilaku kami, seringkali kami membuat ibu kami menangis karena kasarnya ucapan kami, jangankan membalas jasa mereka, membuat mereka tersenyum saja kami belum bisa.

Ya Allah, ampuni dan selalu beri kesehata orang tua-orang tua kami yang masih hidup.

Lapangkan kubur orang tua-orang tua dari kami yang telah tiada,

terangi maqomnya, ampuni semua kesalahannya, lipat gandakan seluruh amal kebajikannya,  sayangi keduanya ya Allah, sebagaimana mereka menyayangi kami diwaktu kami belia.

Hanya inilah balas budi kami bagi keduanya.

اللهم لاَ تَجْعَلْ لِفاجِرٍ عِنْدِي يَداً فَيُحِـــبُّـــهُ قَلْبِي.

Ya Allah, jangan Engkau jadikan hambamu ini ada berada dibawah kebaik orang yang lacut (para pendosa)

اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الإِيْمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ

“Ya Allah, cintakanlah kami kepada keimanan , dan hiasilah dalam hati kami dengan keimanan. Bencikanlah kami terhadap kekufuran, kemunafikan dan kemaksiatan. Jadikanlah kami orang-orang yang mendapat petunjuk.”

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا هَادِيْنَ مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضَآلِّيْنَ وَلاَ مُضِلِّيْنَ سِلْمًا لأَوْلِيَائِكَ حَرْبًا لأَعْدَائِكَ

“Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang mendapatkan petunjuk kemudian memberi petunjuk. Janganlah jadikan kami orang-orang yang sesat dan menyesatkan, jadikanlah kami penolong wali-waliMu dan musuh bagi musuh-musuhMu.”

اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ

“Ya Allah, janganlah Engkau biarkan dosa-dosa kami kecuali Engkau ampuni, dan jangan biarkan kesedihan kami kecuali Engkau carikan jalan keluarnya, dan jangan biarkan hajat kami kecuali Engkau tunaikannya, wahai Tuhan semesta alam.”

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ حُسْنَ الْخُاتِمَةِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ سُوْءِ الْخاَتِمَةِ

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu husnul khatimah dan aku berlindung kepadaMu dari su’ul khatimah.”

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِمَا سَأَلَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّمَااسْتَعَاذَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنْتَ الْمُسْتَعَانُ وَعَلَـيْكَ الْبَلاَغُ وَلاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِالله

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu dari kebaikan apa yang diminta oleh Nabi Muhammad saw, dan aku berlindung dari segala keburukan yang Nabi Muhammad saw berlindung kepadaMu darinya.Dan Engkaulah Dzat Yang Maha Menolong, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah swt.”

اللَّهُمَّ سَلِّمْنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ وَعَافِنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ وَاكْفِنَا وَإِيَّاهُمْ شَرَّ مَصَائِبَ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ

“Ya Allah, selamatkanlah kami dan orang-orang muslim, berilah kami dan orang-orang muslim kesehatan serta jagalah kami dan orang-orang muslim dari jeleknya musibah dunia dan agama.”

رَبَّنَا آتِنَا فيِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فيِ الأخِرَةِ حسَنةً وَ قِنَا عَذابَ النار .

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَ سَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ، تقبَّلْ يا كريم جَعَلَناَ اللهُ وايّاكُم مِن العائِدِين والفائِزين كلُّ عامٍ وانتم بخيرٍ

SELAMAT TINGGAL YAA RAMADHAN ,

SELAMAT JALAN WAHAI BULAN YANG PENUH KEDAMAIAN, BULAN YANG PENUH KEBERKAHAN.

SEMOGA ALLAH MEMPERTEMUKAN KITA DI TAHUN MENDATANG.

والسلام  عليكم  ورحمة  الله  وبركاته


Sabtu, 11 Juli 2020

MAKNA SYARIAT, THORIQOT, HAQIQOT

 

الحمدلله الذي شرّح صُدُوْرَ المُؤْمِنِيْنَ لِطَاعَتِه، وهَدَاهُمْ اِلَى تَحْكِيْمِ كِتَابِه والعَمْلِ بِه، نَحْمَدُهُ ونَسْتَعِيْنُه ونَسْتَغْفِرُه, ونَعُوْذ ُبِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا ومِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِى اللهُ فلا مُضِلَّ لَه، ومَن يُضْلِلْ فلا هادِىَ لَه، أشهد أن لا إلهَ إلاّ الله وَحدَهُ لا شَرِيكَ لَه، وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله لانبيَ بعده.

أللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد. أَمَّا بَعْدُ : فَياَ أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ اتَّقُوا الله مَااسْتَطَعْتُمْ,اتَّقُواالله لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.

قاَلَ الله تَعَالَى: قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ.

وقاَلَ تَعَالَى أيضاً: ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الأمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ.

 

v     Hadirin Jama’ah Jum’ah hafidhokumuLLOH,

Pada kesempatan yang penuh makna ini, dari atas mimbar ini saya mengajak hadirin sekalian, marilah kita meningkatkan Iman, amal dengan terus melakukan introsfeksi, sebagai sarana menjaga ketaqwaan kita kepada Allah; menghisab diri sendiri sebelum dihisab dihadapan Alloh , apakah selama ini perbuatan kita sudah sejalan dengan tatanan-tatanan agama atau justru jauh dari ketetapan agama, jauh dari syari’ah agama , dalam hal ini introsfeksi sangatlah peting, karna baik dan tidaknya hati seseorang, terkait dengan sering dan tidaknya mereka melakukan introsfeksi.

Jika manusia menginginkan hidup bahagia di dunia dan akhirat, maka dia harus bertakwa kepada Allah Swt, dengan menjalankan perintah-Nya dan menjahui segala larangan-Nya, karena takwa merupakan modal utama seorang muslim, untuk meraih kebahagiaan dan sekaligus sebagai sarana untuk menjaga diri dari keburukan, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ

“Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah.” (QS. An Nisa: 131)

v     Hadirin Jama’ah Jum’ah hafidhokumuLLOH,

Untuk dapat menjaga agar nilai ketakwaan kepada Allah Swt senantiasa menghiasi diri dan supaya bisa wushul kepada-Nya, bisa sampai kepada-Nya, maka manusia harus mampu menjalankan 3 (tiga) mata rantai yang ketiga-tiganya saling berkait, yaitu; syari’at, thaliqah, haqiqoh.

Syari’at adalah mengambil, melaksanakan atau berpegang teguh pada tali agama Allah, dengan menjalankan perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya, menjalankan segala aturan dan ketentuan agama, baik yang berhubungan langsung dengan  Allah (Ubudiyah), seperti aturan tentang shalat, puasa, haji, atau yang berkaitan dengan kepentingan sesama manusia (mua’amalah), seperti jual beli, atau hal-hal yang berhubungan dengan hukum pernikahan (munakahah).

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الأمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ.

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (yaitu peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (QS. Al Jatsiyah:18)

Sedangkan Thariqat, adalah menjalankan syari’at agama dengan penuh waspada dan kehati-hatian. Diantara sikap sangat waspada dan berhati-hati dalam menjalankan agama adalah berlaku wira’i (menjahui hal yang syubhat), dan menambahi dengan amalan-amalan berat yang berlawanan dengan keinginan hawa nafsu (riyadhoh), seperti mengurangi tidur malam, mengurangi makan dan minum, mengurangi pergaulan dan pembicaraan yang tidak bermanfaat. Sebaliknya juga hendaknya memperbanyak shalat – puasa sunah dan lain sebagainya. Ulama mendifinisikan riyadhoh sebagai berikut:

الرِياضَةُ هِيَ حَمْلُ النَّفْسِ على الأعمالِ الَّتي يَقْتَضِيها الخُلُقُ المَطْلُوبُ كالسَّهَرِ والجوعِ والزُّهْدِ والصِّدْقِ والعُزْلَةِ وتَرْكِ الـمُشْتَهِياتِ وغَيرِها مِمَّا يُقَرِّبُ إلى الله سبحانه وتعالى.

”Ar-Riyadhoh adalah mendorong nafsu untuk melakukan amal-amal yang dituntut oleh akhlak yang luhur. Seperti: bangun pada waktu malam hari, mampu menahan lapar, zuhud, jujur, uzlah (mengasingkan diri dari keramaian), meninggalkan sesuatu yang di-ingini nafsu dan lain dari itu semua, yaitu semua sifat dan perilaku yang dapat mendekatkan diri pada Allah Swt.”

v     Hadirin Jama’ah Jum’ah hafidhokumuLLOH,

Yang perlu dicermati, tidaklah musti melakukan thariqoh itu harus masuk pada kelompok thariqot yang sudah terlembagakan, seperti yang ada di indonesia ini. Menjalani thariqat itu memang adakalanya dengan masuk menjadi anggota kelompok thariqah tertentu, thariqah mu’tabarah yang jumlahnya mencapai 44 thariqah, salah satunya seperti, thariqah Qodiriyyah, Syadziliyyah, Naqsyabandiyyah, Alawiyyah, atau Tijani misalnya. Artinya kelakuan tirakat atau ibadahnya itu mengikuti tata cara yang dilakukan oleh pendiri thariqah tersebut, yang bersambung langsung pada gurunya hingga sampai pada Rasulullah. Mulai dari tata cara berdzikir, bacaan aurad, sampai model qiyamul-lail nya. Jadi masing-masing kelompok thariqah memiliki gaya dan ciri khas yang berbeda.

Namun adakalannya juga, menjalani sebuah thariqat tidak harus dengan menjadi jama’ah thariqat tertentu, tetapi dengan cara melaksanakan syari’at dengan hati-hati dan menambahi amalan-amalan berat yang berlawanan dengan keinginan nafsu, itu sudah dinamakan bertarikat.

Diantara thariqah yang dilakukan ulama-ulama dahulu adalah seperti menjadi pendidik (murabbi), menjadi pemimpin negara yang senantiasa ingin mensejahterakan rakyatnya, menuntut ilmu sebagai warisan Nabi, memperbanyak puasa atau shalat sunnah, qiyamul-lail, bersedekah, qira’atul Qur’an, memperbanyak bacaan shalawat Nabi atau aurat, dan lain sebagainya, itu adalah thariqah juga, jalan menuju Allah juga. Tapi yang perlu diantisipasi adalah meski sudah menjadi jama’ah dari kelompok thariqat tertentu, menjadi pendidik atau telah menjalani ibadah qiyamul-lail secara istiqamah, bertahun-tahun menjalankan puasa sunnah, namun jika ternyata masih juga tidak bisa menghindari perkara syubhat, maka berarti masih belum menjalani thariqat yang sebenarnya.

Oleh karena jalan (thariqat) menuju Allah itu sangat luas, banyak dan berbeda-beda, maka masing-masing ahli tasawuf (Sufi) mempunyai thariqat yang dipilih untuk bisa wushul kepada Allah, sebagai mana imam Al Ghazali memilih thariqah lewat jalur pendidikan, sedangkan Syech Abdul Qodir Al Jilani berkata: “Saya dapat wushul kepada Allah Swt bukan karena shalat di malam hari dan puasa di siang hari, akan tetapi saya bisa wushul pada Allah berkat sifat dermawan, merendah diri dan hati yang bersih.

وَلِكُلِّ واحِدِهم طَرِيْقٌ مِنْ طُرُقْ   .   يَخْتَارُهُ فَيَكونُ مِنْ ذا وَاصِلاَ

“Dan bagi salah satu dari mereka (orang sufi) adalah mempunyai thariqah dari macam-macam thariqah yang dipilihnya, maka ia akan wushul kepada Allah Swt dari thariqah tersebut.”

Itu adalah thoriqah ulama dahulu, jalan mereka mendekatkan diri pada Allah, mereka memilih dan meng-istiqomahkan perbuatan-perbuatan yang bisa mendekatkan pada Allah, amalan yang bisa membuat senang Allah, sikap yang bisa membuat Allah ridha.

v     Hadirin Jama’ah Jum’ah hafidhokumuLLOH,

Sedangkan Hakikat adalah wusul (sampainya) seorang hamba pada derajat ma’rifat kepada Allah Swt (ma’rifatullah) dan menyaksikan nur tajalli. Artinya; Hakikat atau ma’rifat adalah buah dari perjalanan spiritual seorang hamba dalam menjalani syari’at dengan sungguh-sungguh dan kehati-hatian. Hakitat atau ma’rifat bukanlah ilmu atau metode, tapi hasil atau buah dari kesungguhan seseorang menjalankan syari’at dan adab-adabnya.

Ketiga hal di atas (Syari’ah, Thariqah, Haqiqah) adalah satu mata rantai yang saling mengikat, satu kesatuan yang tak terpisahkan, untuk dijadikan tuntunan bagi seorang hamba yang meniti jalan akhirat (salikul akhirah).

Syech Zainuddin bin ’Ali Al Ma’bari Al Malibari dalam kitabnya Hidayyatul-Adzkiya’ menggambarkan:

فَشرِيعةٌ كَسَفِينَةٍ وطَرِيْقَةٌ    .    كالبَحْرِ ثُمَّ حَقِيقَةٌ دُرٌّ غَلاَ

“Syari’at itu ibarat perahu, thariqat bagaikan laut dan hakitat laksana mutiara yang mahal harganya”

Artinya, jika seseorang ingin mendapatkan mutiara yang ada di dasar laut, maka mau tidak mau, suka tidak suka, dia harus naik kapal atau perahu terlebih dahulu, lalu menyelam dan mengambil mutiaranya. Demikin pula halnya, jika seseorang ingin wusul kepada Allah, sampai kepada Allah (Hakikat), maka terlebih dahulu, dia harus menjalani syari’at dan thariqat – menjalankan Syari’at beserta adab-adabnya. Tanpa kedua-nya seseorang tidak akan dapat mencapai derajat hakitat / ma’rifat.

Seorang mu’min meski ia telah sampai pada derajat hakikat dan masuk golongan kekasih Allah (wali Allah), Dia tidak akan bisa lepas dari kewajiban melaksanakan syari’at. Maka tidak dibenarkan jika ada seseorang meninggalkan syari’at dengan dalih dia sudah mencapai tingkat ma’rifat, ahli thariqah tingkat tinggi, janganlah gara-gara masuk thariqah tertentu lalu syari’at terabaikan, syari’at tidak diperhatikan, ini tidak bener. Jangankan seorang wali, seorang Nabi pun masih tetap berkewajiban menjalankan syari’at, bahkan Rasulullah sendiri masih menambahinya dengan amalan-amalan sunnah.

عَن عائِشةَ رضِيَ الله عنها، أنَّ نبِيَّ صلَّى الله عليه وسلَّم كانَ يَقومُ مِنَ اللَيلِ تَتَفَطَّرَ قَدَماهُ ، فقالَتْ عائشة: لِما تَصْنَعُ هذا يا رسولَ اللهِ ؟ وقَدْ غَفَرَ اللهُ لكَ ما تَقَدَّم مِن ذَنْبِكَ وما تَأخَّرَ. قالَ أفَلا أُحِبُّ أنْ أكُونَ عَبْداً شَكوراً  ؟.

“Sesungguhnya Nabi Muhammad saw shalat malam sehingga kedua telapak kakinya bengkak. Sayyidatina ‘Aisyah berkata, “Mengapa engkau melakukan ini wahai Rasulullah..? padahal Allah telah mengampuni dosa-dosa engkau, baik yang telah lewat maupun yang akan datang.” Nabi menjawab “Apakah tidak boleh aku menjadi hamba yang pandai bersyukur..? ”.

v     Hadirin Jama’ah Jum’ah hafidhokumuLLOH,

Demikianlah pengertihan mengenai thariqah dan Haqiqoh yang sedang berkembang, dan sering diperbincangkan di masyarakat kita selama ini. Baik di dunia maya maupun dunia nyata.

Dan semoga Allah memberikan keberkahan buat Bangsa ini, menjaga keutuhan bangsa ini, agar bisa saling menghormati antar golongan, satu sama yang lain, meningkatkan kwalitas ibadahnya, kwalitas hidupnya, serta mampu mengejar ketinggalan-nya, Amin Yaa Robbal’aalamiin.

وَالْعَصْرِ. إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ .

بارَك اللهُ لىِ ولكُم ونفَعَنِيَ اللهُ وإياكم بهُدَي كتابِه, أقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العظيم لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ من كلِّ ذنبٍ فاسْتَغْفِرُوه إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم .

 

الخطبة الثانية

الحمدُ للهِ مالِكِ الـمُلْكِ وَ هُوَ عَلَي كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، و أشهدُ أنْ لا إله إلا لله وَحْدَه لا شَريكَ له، وَ أشهد أنَّ سيدَنا محمداً عبدُه وَ رَسولُه، أفضَلُ بَشِيرٍ وَ خَيْرُ نَذِيْرٍ. اللَّهُمَّ صَلِّ وسلِّم علي عبدِك وَ رسولِك محمّدٍ وَ عَلَي ألِه و صَحْبِه أجمعين، أمابعد.

فياعبادَ الله ، نُقِل عن بعضِ العارفين بالله قولُه : إنَّ الكَيِّسَ – الفَطِنَ الذَكِيَّ – مَن لا تَزِيْدُه النِعَمُ إلاَّ إنكِسَاراً وَ ذُلاًّ وَ تَوَاضُعاً وَ مَحبّةً للمُنعِم ، وَ كُلَّمَا جَدَّد له نِعْمَة أحدَث لها عُبودِيةً وَ خُضوعاً، فكونوا يا عبادَ الله مِمَّن لا تَزيده النِعَمُ إلاَّ طاعةً لله ، وَ إقبالاً عليه وَ تَوَجُّها إليه ، وَ لَا تكونوا مِمَّنْ أبْطَرَته النِّعمَةُ ، وَ اتَّبَعَ هَوَاهُ فَكانَ مِنَ اْلغَاوِيْن .

وَ صَلُّوا علي رَسُولِ رَبِّ العالمين، سيدِنا محمدٍ النبيِّ اْلأمِين فَقَدْ أمَركم الله بذلك في كتابهِ الـمُبِين ( انّ الله وَ مَلآئِكتَهُ  يُصَلّون علي النبي  يا اَيُّهَا  الَّذِين آمنوا  صلُّوا  عليه  وسلِّموا  تسليما) .

اللهم صلِّ وَ سلِّم علي عبدِك وَ رَسُولِكَ وَ حَبيبِكَ محمَّدٍ البَشِير النَّذِير وَ السِّراجِ اْلـمُنير، وَ ارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلُفَاءِ الراشِدِين العَادِلِيْن، سادَاتِنا ابي بكرٍ وَ عمرَ وَ عثمانَ و عَلِي، وَ عَنْ بَقِيَةِ صَحابةِ رسولِ الله اجمعِين، والتابعِينَ وَ تابعِي التَّابعين وَ مَنْ تَبِعَهُم بإحْسَانٍ إلى يومِ الدِّين، وَ عَنَّا مَعَهُم بعَفْوِيكَ وَ كَـرَمِكَ وَ إحسَانِكَ يا ارْحَمَ الرَّاحِمين.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلمُؤمِنِين والمؤمِنات، والمسلِمين والمسلمات، الأحْيَاءِ مِنهم وَ الأَمْوَاتِ، إنَّكَ سَمِيعٌ قريبٌ مجيبُ الدّعَوَات، يا قاضِيَ اْلحاجات، يا غافِرَ الذُّنوبِ وَ الخَطِيئات , يا أرحَم الرَّاحمين .

اللهم أعِزِّ اْلإسْلامَ والمسلِمِين x٣ وَ احْمِ حَوْزَةَ الدِّين، وَ دَمِّرِ اليَهُودَ وَ أعْوَانَهُمْ مِنَ الـمُسْتَعْمِرِيْن، وَ ألِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِ اْلـمُؤْمِنِين وَ وَحِّدْ صُفوفَهم، وَ أصْلِحْ قَادَتَهُم وَ اجْمَعْ كَلِمَتَهُم علىَ الحَقِّ يارَبَّ العالَمِين، وَاجْعَلْ هَذا البَلَد إنْدُونِسِيا آمِناً مُطْمَئِنّاً، وَسَائِرَ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عاَمَّة يارَحْمنُ يارَحِيم.

أللَّهُمّ آمَنَّا فى أوْطَانِنَا وَ أصْلِحْ أئِمَتَنا وَ وُلاةَ أُمُوْرِنا، و اجْعَلْ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خَافَكَ و اتَّقَاكَ و اتَّبَعَ رِضَاكَ، يا أرحَم الرَّاحمين .

أللَّهُمَّ انْصُرْنا على مَنْ عَادَانا وَ لاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنا فِي دِيْنِنا وَ لاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّـنَا وَ لاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَ لاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحمين.

رَبَّنَا آتِنَا فيِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فيِ الأخِرَةِ حسَنةً وَ قِنَا عَذابَ النار .

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَ سَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

 عباد الله !! ان الله يَأمُرُ بالعَدْلِ وَ الإحْسَان، وَ إيْتَاءِ ذِي اْلقُرْبَي وَ يَنْهَي عَنِ اْلفَحْشآءِ وَ الـمُنْكَرِ وَ البَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُون، فاذْكُرُوا اللهَ علي نِعَمِهِ وَ اشْكرُوهُ علي آلائِه،  وَ لَذِكْرُ اللهِ اَكْبَر.