Translate

Minggu, 19 April 2015

Al Qur'an secara Intelektual, Emosional dan Spiritual






Untaian kata indah, barisan kalimat megah, kumpulan mau’idhoh hasanah, taburan bagi pendamba hidayah, dan perindu akan Rahmah, Al quran adalah jawabannya, Al Qur’an adalah tuntunan yang tidak akan pernah lapuk oleh pergantian zaman dan tak pernah lekang bagai manapun majunya suatu pradaban, bagai manapun majunya sebuah perekonomian, atau bagai manapun majunya kebudayaan setempat “Al Qur’an adalah nasehat yang cocok untuk siapa, dimana dan kapan saja ” bawalah nasehat tersebut dalam saku kehidupan kita, itu melebihi mahkota raja yang paling berharga sekalipun. Simpanlah dan jagalah dalam saku kehidupan kita niscaya rahmah senantiasa menyelimuti kita, kemanapun kita pergi kebahagiaan dan keberuntungan akan selalu menyertai, dan Orang yang dalam benaknya tidak ada sedikitpun dari Al Qur'an ibarat rumah yang bobrok.
Al Qur’an adalah kalam Alloh yang Qodim, keluasan makna yang terkandungnya melebihi keluasan mariapada, dan kedalamanya melebihi samudra yang paling dalam sekalipun. Barang siapa yang berpegang padanya dia selamat, dan barang siapa yang menjahuinya dia pasti dalam kesesatan. Siapa saja dari hamba yang berpedoman dan mengamalkan isi Al Qur'an, jika dia beriman maka dia akan beruntung dan Allah akan meninggikan derajatnya, tapi jika dia non muslim maka setidaknya dia melangkah dalam kebenaran, dan keberuntungan di dunia akan tetap menyertai dia. Adalah Rasululloh SAW. untuk membangun kota Madinah pertama-tama adalah dengan mendidik para Shahatnya dengan tiga pola:
1.      Pola pikir: dengan Al Qur’an dan Ayat-ayat kauniyah (alam sekitar)
2.      Pola jiwa : membuat jiwa-jiwa mereka kepada titik Nol.
3.      Pola Pendidikan : berdasarkan dengan Al Qur’an dan As Sunah.
“Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegangan dengannya, yaitu Kitabullah (Al Qur'an) dan sunnah Rasulullah Saw.” (HR. Muslim)
“Sesungguhnya Allah, dengan kitab ini (Al Qur'an) meninggikan derajat kaum-kaum dan menjatuhkan derajat kaum yang lain.” (HR. Muslim)

Al Qur’an dan Manfaatnya:

Al Qur’an dapat memberi manfaat pada diri Manusia yang membaca dan mengamalkannya:
1.      Secara Intelektual :
Memberikan ilmu yang mencerahkan, mencerdaskan siapa saja yang mempelajarinya, dengan Al Qur’an lahirlah teknologi, fisika, ekonomi dll. Terkait masalah produksi secara teoritis masalah produksi telah digambarkan dalam Al-Qur’an. Kisah “ Zulkarnain ” dalam surat Al-kahfi, ayat 94-96 :
قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَى أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا. (94)
قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا (95)
آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ حَتَّى إِذَا سَاوَى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انْفُخُوا حَتَّى إِذَا جَعَلَهُ نَارًا قَالَ آتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا .(96)
“mereka berkata: “Hai Dzulkarnain, Sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj[892] itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, Maka dapatkah Kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara Kami dan mereka?”.
Dzulkarnain berkata: "Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, Maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka,
berilah aku potongan-potongan besi". hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: "Tiuplah (api itu)". hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke atas besi panas itu".”


Sebagai mana juga ilmuwan telah membuktikan bahwa Alquran adalah benar-benar wahyu Allah SWT. yang sarat akan ilmu, dengan terbuktinya ayat berikut:

"Ada laut yang di dalam tanahnya ada api," [QS. Ath-Thur ayat 6]

Pada saat itu para peneliti menemukan bahwa ada sebuah lautan yang didalamnya terdapat api yang berkobar, namun banyaknya air laut tidak mampu memadamkan api, begitu juga panasnya api tersebut tidak mampu membuat air laut mendidih. Inilah sebagian kecil dari tanda-tanda kebesaran-Nya.
 
2.      Secara Emosional  :
Memberikan belaian kasih dan obat hati yang menentramkan, sementara keberadaan Hati kita juga seperti tubuh kita, ia membutuhkan empat sehat lima sempurna, salah satunya adalah dengan membaca Ayat-ayat Al Qur’an. dengan membaca Al Qur’an hati kita akan sehat, karat hati yang di karenakan dosa-dosa kita, kesobongan kita akan hilang.
Dalam Kitab Jala’ Al Afkar Karya Abina KH. Muhammad Ihya’ Ulumiddin; diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. Beliau berkata, Rasululloh SAW. bersabda: “Sesungguhnya hati ini bisa berkarat seperti halnya besi” lalu Beliau ditanya: Bagaimana cara untuk menjernihkannya wahai Rasululloh? Rasululloh WAS. Bersabda: “Membaca Al Qur’an dan ingat akan kematian” (HR. Baihaqi)    
 Ingatlah, dengan mengingat Alloh, membaca kalam-kalam Alloh tenanglah hati kita, dan cucuran rahmat tentunya yang kita nantikan.

mendorong orang mu'min agar tidak terjerumus kejurang ma'siat, berpegang pada ketaqwaan, teratur beribadah kepada Alloh. sebagai mana disebutkan dalam Al Qur'an "Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apa bila disebut nama Alloh gemetarlah hati mereka, dan apa bila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karena-Nya) dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertakwa.

3.      Seacara Spiritual     :
Dengan membacanya seolah mendengar Tuhan berfirman kepada kita, seolah Alloh  memerintah dan melarang kita, atau Alloh menceritakan kisah-kisah terdahulu secara langsung, yang sebelumnya belum kita ketahui.
Dalam sebuah hadis di katakan:
“Apabila seorang ingin berdialog dengan Robbnya maka hendaklah dia membaca Al Qur'an.” (Ad-Dailami dan Al-Baihaqi)
Jadi selain Shalat, Al Qur'an adalah sarana komunikasi kita dengan Alloh, tempat munajat kita kapanpun kita mau.

Keutamaan Al Qur’an.

“Barangsiapa membaca satu huruf dari Al Qur'an maka baginya satu pahala dan satu pahala diganjar sepuluh kali lipat.” (HR. Tirmidzi)
Orang yang pandai membaca Al Qur'an akan bersama malaikat yang mulia lagi berbakti, dan yang membaca tetapi sulit dan terbata-bata maka dia mendapat dua pahala. (HR. Bukhari dan Muslim)

Wallohu A'lam Bis Shawab

Minggu, 12 April 2015

JADILAH IDOLA DIRI SENDIRI





Setiap orang memiliki tokoh idolanya masing-masing, dan pada umumnya tokoh yang kita idolakan ini merupakan orang-orang yang menginspirasi kita atau mungkin memberi setimulasi. Seperti misalnya, seseorang mengidolakan Jokowi maupun Prabowo karena mereka melihat bahwa beliau-beliau merupakan pemimpin yang memperhatikan masyarakatnya, atau karena orang tersebut ingin menjadi pemimpin yang memerhatikan masyarakatnya seperti Jokowi atau-pun Prabowo. Dan akhir-akhir kemari bagai mana kita menyaksikan Rahmat Darmawan (pelatih sepak bola) yang meminta tanda tangan pada Mourinho sang idolanya.

Pada dasarnya setiap orang memiliki potensi untuk menjadi seorang idola. Hal ini dapat terwujud apabila orang tersebut mampu bersosialisasi di masyarakat dengan cara yang baik. Apa bila kita melakukan sosialisasi dengan baik, dengan bersikap baik, berbuat baik, tentu kita akan dapat menyita perhatian mereka. Dalam sebuah syair dikatakan:

·       أحسِـن إلي الناسِ تستعـبِدْ قلـوبَهم # فَطالَمَا إستعـبَدَ الإنسانَ إحسـانُ
Berbuat baiklah anda terhadap orang lain, niscaya anda akan mampu menguasai hatinya. Sungguh telah lama seseorang telah di perbudak (terkuasai) oleh kebaikan”

Atau mungkin potensi yang kita miliki mampu mengambil perhatian mereka, maka ini akan mendatangkan banyak manfaat untuk kita sendiri. Di antaranya yaitu, kita dapat mengendalikan orang-orang di sekitar kita, mengenali karakter mereka dan mengetahui bagaimana keadaan mereka. Dengan begitu kita akan lebih mudah untuk mengontrol lingkungan sekitar kita, sehinga dapat menjadi yang lebih maju. Khususnya untuk kesuksesan kita dan pada umumnya juga masyarakat kita.

دارِهِمْ مادُمْتَ فى دارهم # وَارْضِهِمْ مادُمْتَ فى أرْضِهِمْ   .

“Bersosialisasilah anda dengan mereka (dengan tetap mempertahankan prinsip) selama anda berada dalam komunitas mereka. Senangkanlah mereka selama anda berada dalam negeri mereka”.

Jika kita sudah mengenali mereka dengan baik, memukau perhatian mereka, kita bisa menjadi the agent of change bagi mereka yang keadaannya kurang seberuntung kita. Terserah bagaimana langkah kita selanjutnya untuk melakukan perubahan yang lebih baik, asalkan langkah yang kita tempuh adalah merupakan langkah positif yang menghasilkan sesuatu yang positif juga bagi mereka. Dengan cara seperti ini, setidaknya kita bisa menjadi tokoh idola bagi diri kita sendiri, demi untuk memacu diri kita agar lebih baik atau paling tidak seperti yang kita idolakan, kita bisa memotivasi diri kita sendiri untuk terus melakukan perubahan yang lebih baik bagi kita khususnya, dan di sekitar kita umumnya.
Apalah artinya sikap kita mengidolakan seorang yang super star sekalipun, jika sikap kita enggan meniru sifat baik idola kita, maka selamanya kita tak akan lebih baik dari itu-itu saja. Marikita mulai dari sekarang untuk selalu berbuat baik, agar kita jadi idola mereka, atau setidaknya untuk kebaikan diri kita.

Sabtu, 11 April 2015

Amar Ma'ruf nahi Munkar dalam Bernegara





الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره علي الدين كله ولو كره الكافرون.
أشهد ان لاإله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله.
اللهم صل علي سيدنا محمد و علي آله صحبه اجمعين.
أما بعد: فياأيها المسلمون، أوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فازالمتقون.
قال الله تعالى في القرآن العظيم:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
وقال النبي ص.م :
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ


Jama’ah Sidang Jumat Rahimakumullah…
Pada kesempatan yang penuh makna ini, dari atas mimbar ini saya mengajak hadirin sekalian, marilah kita meningkatkan Iman, amal dengan terus melakukan introsfeksi, menghisab diri sendiri sebelum dihisab dihadapan Alloh , apakah selama ini perbuatan kita sudah sejalan dengan tatanan-tatanan agama atau justru jauh dari ketetapan agama jauh dari syari’ah , dalam hal ini introsfeksi sangatlah peting, karna baik dan tidaknya hati seseorang, terkait sering dan tidaknya mereka melakukan introsfeksi. 
 Jama’ah Sidang Jumat Rahimakumullah…
Akhir-akhir ini kita menyaksikan betapa banyak tindak kekerasan atas nama agama terjadi di negeri ini oleh kelompok-kelompok tertentu yang mengusung simbol-simbol ke-Islaman. Aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tersebut tentu didorong oleh semangat melakukan amar ma’ruf nahi munkar, sebagai bagian dari ajaran Islam. Namun, sayangnya hal itu dilakukan tanpa didasari oleh kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara. 
Aksi-aksi kekerasan tersebut semakin meningkat, ketika otoritas keamanan yang seharusnya memberikan perlindungan kepada setiap warga negara justru kehilangan nyali ketika harus berhadapan dengan massa dari kelompok pelaku aksi kekerasan tersebut. Akibatnya, alih-alih melindungi korban kekerasan, aparat keamanan justru meminta korban kekerasan untuk mengalah dan menghindar. Seolah-olah otoritas keamanan di negeri ini telah ditaklukkan hanya oleh sekelompok orang.
Jama’ah Sidang Jumat yang Berbahagia... Islam memang mengajarkan amar ma’ruf nahi munkar, seperti dinyatakan dalam al-Qur’an sebagai berikut:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
 Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S: Ali Imran: 104)
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (Q.S: Ali Imran: 110)
 Selain kedua ayat di atas, juga terdapat sebuah hadis riwayat Muslim, yang dijadikan dalil tentang ajaran amar ma’ruf nahi munkar, sebagai berikut:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ كِلَاهُمَا عَنْ قَيْسِ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ وَهَذَا حَدِيثُ أَبِي بَكْرٍ قَالَ أَوَّلُ مَنْ بَدَأَ بِالْخُطْبَةِ يَوْمَ الْعِيدِ قَبْلَ الصَّلَاةِ مَرْوَانُ فَقَامَ إِلَيْهِ رَجُلٌ فَقَالَ الصَّلَاةُ قَبْلَ الْخُطْبَةِ فَقَالَ قَدْ تُرِكَ مَا هُنَالِكَ فَقَالَ أَبُو سَعِيدٍ أَمَّا هَذَا فَقَدْ قَضَى مَا عَلَيْهِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ رَجَاءٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ وَعَنْ قَيْسِ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ فِي قِصَّةِ مَرْوَانَ وَحَدِيثِ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِ حَدِيثِ شُعْبَةَ وَسُفْيَانَ
Barang siapa di antara kamu melihat kemungkaran, hendaklah ia merubah dengan tangannya, jika tidak bisa maka dengan lisannya, jika tidak bisa lagi maka dengan hatinya, dan yang terakhir itu adalah selemah-lemahnya iman. (HR. Muslim)
Hadirin Rahimakumullah….
 Perlu kita pahami bersama, bahwa ajaran amar ma’ruf nahi munkar tersebut bukan tanpa metode, dan mekanisme yang sesuai dengan tatanan kehidupan masyarakat. Allah swt pun telah mengajarkan bagaimana kita seharusnya melakukan amar ma’ruf nahi munkar, sebagai berikut:
ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن إن ربك هو أعلم بمن ضل عن سبيله وهو أعلم بالمهتدين
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S: An-Nahl: 125)
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu (urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya). Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q.S: Ali Imran: 159)
Sementara, dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagai bagian warga negara Indonesia, kita pun harus sepenuhnya sadar bahwa bangsa ini bukanlah milik kelompok tertentu, bukan pula hanya milik orang Islam, melainkan bangsa yang dimiliki oleh beragam penduduk, baik dari segi agama maupun suku. Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana konsep amar ma’ruf nahi munkar dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara?
Jama’ah Sidang Jumat Rahimakumullah…
Negara Indonesia adalah negara hukum, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 perubahan ketiga, dalam arti bahwa segala persoalan dan silang sengketa dalam hidup bermasyarakat dan bernegara harus diselesaikan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan oleh pemegang otoritas hukum yang sah. Oleh karena itu, dalam negara hukum tidak ditolerir setiap perbuatan main hakim sendiri dengan dalih amar ma’ruf nahi munkar. Keharusan menyelesaikan perkara oleh otoritas hukum ini juga ditegaskan dalam al-Qur’an sebagai berikut:
فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (Q.S. An-Nisa: 65)
Kalimat dari ayat di atas yang berbunyi “menjadikan kamu hakim” bukan terbatas kepada pribadi Muhammad Rasulullah saw, melainkan kepada orang/pihak yang diberi otoritas oleh publik untuk menyelesaikan segala perkara secara hukum. Kalau tidak, maka sejak Rasulullah saw meninggal tidak ada lagi yang berhak menyelesaikan sengketa di masyarakat. Nah, orang/pihak yang diberi kewenangan menyelesaikan perkara hukum tersebut dalam istilah fikih disebut dengan ‘qadli’, atau kita biasa menyebutnya dengan ‘hakim’ (Mas’udi, 2011: 52-53).
Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah….
Implementasi amar ma’ruf nahi munkar dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan demikian, harus dilakukan melalui mekanisme yang berlaku dengan menghormati otoritas hukum yang berwenang untuk bertindak secara hukum, dan bukannya bertindak sendiri alias main hakim sendiri.
Dalam hal ini, tidak ada kebebasan bagi sembarang orang atau kelompok untuk secara langsung melakukan tindakan kekerasan atas dasar amar ma’ruf nahi munkar, kecuali atas dasar otoritas yang diberikan oleh negara. Otoritas inilah yang dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini dapat dipahami sebagai makna dari “biyadihi/dengan tangan” dalam hadis yang dikutip sebelumnya, tentang anjuran merubah kemungkaran. Selain itu, implementasi amar ma’ruf nahi munkar juga harus didasari dengan penghargaan akan keniscayaan perbedaan dan keragaman yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat bangsa Indonesia yang majemuk. Oleh karenanya, prinsip tasamuh tidak dapat dipisahkan dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Dengan demikian, maka umat muslim Indonesia, sebagai mayoritas di negeri ini, dapat memperkokoh tegaknya negara hukum Indonesia.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

Oleh: Ust. Muhamad Isna Wahyudi