Translate

Jumat, 10 Oktober 2014

JIKALAH



Jikalah derita akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka kenapa meski dijalani dengan sedih rasa, sedang ketegaran akan lebih indah dikenang hati, Kesabaran akan lebih mudah menghantarkan kita pada apa yang menjadi harapan dan melalui setiap peristiwa yang kita temui. Bukankah para pendahulu-pendahulu kita untuk mewujudkan apa yang menjadi cita-citanya, mereka berupaya untuk bersabar dari setiap rintangan.
بالصَبْرِ تَنالُ ما تُرِيد.
“Dengan kesabaran akan kita perolih setiap harapan”

Jikalah kesedihan akan menjadi masa lalu pada akhirnya, lalu mengapa tidak dinikmati saja, sedang ratap tangis tak akan mengubah segalanya. Bukankah Allah telah menjanjikan di Setiap kesulita bersamanya kemudahan.
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا. إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا.
Jikalah luka dan kecewa akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka mengapa meski dibiarkan meracuni jiwa, sedangkan ketabahan dan kesabaran adalah lebih utama dan terpuji, Sementara kecewa dan trauma tercela Agama, dan akan melahirkan demotivasi dalam menjalani hidup dan berujung pada kegagalan.

Jikalah harta dan perhiasan akan menjadi masa lalu pada akhirnya, mengapa meski berpelit diri, sedangkan berdermawan jelas lebih membawa untung. Bukankah sikap terlalu mencintai harta merupakan biang kekeliruan dan malapetaka yang mengancam, sementara kedermawanan mengundang kawan dan membawa aman.

فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى. وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى. فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى. وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى. وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى. فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى.
“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.”
Sementara dalam Hadis Nabi, dikatakan;
طَعامُ الجَوادِ دَواءٌ وَطعامُ البَخِيلِ دَاءٌ
 “Makanan orang yang pemurah adalah obat, sedangkan makanan orang yang kikir adalah penyakit”

Jikalah kepandaian akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka mengapa meski membusungkan dada kerana sombong, sedangkan rendah hati lebih mengundang cinta Tuhan.
Dalam hadis dikatakan:

“Celakalah anak Adam, bagaimana mungkin dia berlaku sombong. Padahal dia hanyalah akan menjadi bangkai yang menyebarkan aroma tidak sedap bagi orang lain yang lewat di dekatnya. Anak Adam itu diciptakan dari tanah dan akan kembali ke tanah pula.” (HR. Dailami)

Apa kita masih ingin sombong ??

Jikalah kebahagiaan akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka mengapa meski dirasa sendiri, sedangkan berbagi akan membuatnya lebih bermakna. Tidaklah seorang mukmin menghilangkan duka saudaranya kecuali Allah akan membalas yang sama, karena Allah menginginkan hamba-hamba-Nya untuk bahagia dan berbagi kebahagiaan.

Jikalah hidup akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka mengapa meski kita gemar dengan sikap atau perbuatan-perbuatan yang tak mengenakkan Tuhan. Bukankah hanya Dia yang akan kekal nan abadi.
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ. وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإكْرَامِ
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (Ar Rahmaan: 26-27)
كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلا وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ.
Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan. (Al Qoshosh: 88)

Sadarkah Kita....???