Translate

Kamis, 20 Juni 2013

PERHATIAN ISLAM TERHADAP MASALAH KELUARGA ( 2 )

Di ambil dari kitab ADABUL ISLAM FI NIDHOMIL USROH Karya Abuya As Sayyid Muhammad. > Islam telah menjelaskan hukum-hukum keluarga dengan mengacu pada rahasia – rahasia penetapannya secara rinci dan ringkas dalam berbagai ayat dan surah Alqur’an, dan juga banyak hadits Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam tentang warisan, wasiat, nikah dan talak. Kemudian islam menjelaskan sebab – sebab kasih sayang dan cara – cara pergaulan yang baik serta menanamkan cinta kasih diantara manusia dengan menegakkan hak – hak tertentu dalam lingkungan terbatas. Jika batas-batas ini diperhatikan, maka keluarga Islam hidup dengan makmur dan sejahtera. Selain itu, Islam memperingatkan ihwal keruntuhan keluarga, menyerupakan persatuan, dan tidak menyukai hal-hal yang menyebabkan terputusnya ikatan itu, antara lain : 1. Talak atau perceraian, inilah salah satu bahaya besar dalam masyarakat yang banyak menimbulkan bencana dan membuat keluarga berantakan dan juga menghilangkan kasih sayang. Terpisahlah suami-istri, padahal Alloh telah menjalinkan kasih sayang diantara mereka berdua. Anak-anakpun diliputi kebingungan dan kehampaan, karena kehilangan kasih sayang orang-tua hingga bergantilah kebahagiaan dengan kesengsaraan, persatuan dengan perselisihan, dan kasih sayang dengan kebencian. 2. Durhaka kepada kedua orangtua. Alloh melarangnya dan memperingatkan perbuatan ini seraya menyerukan agar berbakti dan berbuat baik kepada mereka berdua dengan ungkapan yang tegas dalam AL qur’an dan berbagai hadits Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam. Hak orang tua di sandingkan dengn hak Alloh sebagaimana disebutkan dalam firman Alloh : Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar engkau hanya menyembahNYA dan hendaklah engkau berbakti kepada kedua orang-tuamu (QS. Al Isro’ : 23). Alloh juga berfirman : … bersyukurlah kepada-KU dan kepada kedua orang-tuamu, hanya kepadaKU sajalah tempat kembalimu (QS Luqman : 14). Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda “ ada 3 macam orang yang tidak dilihat oleh Alloh di hari kiyamat : orang yang durhaka kepada kedua orang-tuanya, orang yang kecanduan minuman keras, dan orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya kepada orang lain.” Dan ada 3 macam orang yang tidak masuk surga : orang yang durhaka kepada kedua orang-tuanya, orang yang membenarkan perbuatan keji yang dilakukan oleh istri atau keluarganya, dan orang perempuan yang meniru laki-laki “ (HR. Imam Annasa’I dengan sanat yang baik). Selain itu, dalam Al Mustadrok, Al hakim meriwayatkan dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda, “ semua dosa ditunda hukumannya oleh Alloh sesuai dengan kehendakNya hingga hari kiyamat, kecuali dosa durhaka kepada kedua orang-tua, karena sesungguhnya Alloh menyegerakan balasannya bagi pelakunya semasa hidupnya sebelum mati.” Tidak diragukan lagi, bahwa durhaka kepada kedua orang-tua adalah dosa besar yang menyebabkan kebinasaan. 3. Pemutusan hubungan kekeluargaan dilarang oleh Islam, pelakunya diperingatkan, dan disebutkan dalam Al qur’an sebagai urusan yang besar yang berbunyi : Apakah patut diharapkan darimu, bila engkau berkuasa, engkau berbuat kerusakan dimuka bumi dan memutuskan hubungan silaturrohim ? (QS Muhammad : 22 ). 4. Perbuatan zina merupakan factor terbesar yang meruntuhkan keluarga.

ETIKA BERSAHABAT

Sekian banyak ajaran Islam mengatur adab-adab berinteraksi antara manusia. Salah satunya adalah adab-adab dalam shuhbah. Pada prisipnya, shuhbah (berteman, persahabatan) harus memberikan kemanfaatan bagi kedua belah pihak (orang yang menemani dan orang yang ditemui) di satu sisi dan di sisi lain harus memperhatikan kepentingan agama islam. Berikut ini adab-adab shuhbah itu: 1. Memuliakan orang yang lebih tua, menyayangi orang yang lebih muda, dan saling tolong menolong sesama . 2. Menyukai kebaikan bagi temannya sebagaimana ia menyukai kebaikan itu untuk dirinya. 3. Berhubungan secara lemah lembut, toleransi, membantu memenuhi hajatnya dan menjaga diri hal-hal yang mendorong kepada pertentangan dan kebencian . 4. Mendoakan di saat tidak berada di hadapannya . 5. Menerima alasan jika uzur dan mengabulkan permintaan maaf jika salah serta mendamaikan jika terjadi perbedaan. 6. Tidak mengedepankan emosi, prasangka buruk, mengadu domba, kesombongan dan kedengkian dan lain sebagainya . Shuhbah yang tumbuh di atas prinsip – prinsip tersebut insya Allah akan menjadi jalinan hubungan yang abadi. Para pelakunya terlihat saling memuliakan dan saling menyayangi, saling berusaha memberikan pertolongan dan saling berupaya menolak keburukan, saling bermusyawarah, serta merasakan betapa nikmatnya pertemanan itu, yang akhirnya akan terus berlanjut tidak hanya di dunia melainkan sampai kelak di akhirat. Persahabatan yang sedemikian itu tidak akan terwujut manakala patner yang di pilih harus berupaya teman yang buruk ( Qarin as suu` atau shuhbatul asyrar ), karena baik atau tidaknya persahabatan di samping di nilai dari tujuan berteman, komitmen terhadap pringsip berteman, dan ke sungguhan upaya melangsungkannya, juga di nilai dari para pelakunya. Selayaknya di duga menjalin hubungan pada orang yang buruk mesti membawa efek yang buruk pula, apalagi jika itu di lakukan oleh tokoh yang menjadi panutan masyarakat. Dari situ layak pula di pertanyakan apa maksud dari shuhbah tersebut, karena shuhbah terjalin ketika ada misi dan visi yang sama. Sesungguhnya tabiat ( perangai ) itu mencuri tabiat yang lain. Dan setiap orang yang berteman dengan orang yang tabiatnya buruk, maka lenyaplah dia. Jauh - jauh hari Rasulullah saw mengingatkan agar tidak sekali – kali mencoba menjalin shuhbah dengan teman yang buruk. “Takutlah kamu akan teman yang buruk. Karena sebab dia kamu di ketahui”.(HR.Ibnu Asakir dari Sahabat Anas bin Malik) Rasulullah saw juga bersabda : Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk itu laksana orang yang membawa minyak misik dan tukang pandai basi. Orang yang membawa minyak misik adakalanya dia menciprati kamu, adakalnya kamu membeli darinya, dan adakalanya kamu mendapati bau yang wangi darinya. Sedang pandai besi adakalanya ia membakar bajumu dan ada kalanya kamu mendapati bau yang tidak sedap. (HR.Bukhori dari Abu Musa al-Asy’ari) Dari sini, kita amat menyayangkan sikap tokoh islam tentu yang begitu mudahnya menjalin shuhbah dengan orang atau kelompok yang tampak jelas belum pernah kelihatan perjuangan islamnya, (JP. Kesempatan PKB dan PDI-P, 28 Des 1998) sementara terhadap umat isalm sendiri malah ditampilkan wajah furqoh, tabaghud, tadaabur, dan taqothu`. Padahal diyakini sampai kapan pun patner itu tidak akan menjalankan adab-adab shuhbah seperti di atas. Jika melihat latar belakang historis, fenomena itu merupakan daur ulang sejarah masa yang lalu ketika sebagaian umat islam menolak ide NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis), sementara sebagaian malah duduk di dalamnya. Katakanlah jika itu sekedar siasat semestinya memperhitungkan untung dan ruginya bagi kepentingan Islam, sehingga tidak menjadi tempat orang Islam berprasangka yang tidak-tidak, bermudahanah dan cenderung memperkokoh posisi kezindiqan. Toh, ide NASAKOM itu pun tidak tampak memberikan kontribusi untung apa-apa. Kalau boleh dikatakan, selama ini pun tidak memang ada sebagaian umat isalm yang enggan mengambil resiko atas sikap yang tegas, akibat sifat wahan yang katakanlah melingkupi jiwanya, sehingga muncullah sikap mudahanah yang tampak dari kemublawwarahan syakhsiah. Ruh jihadnya tampak lemah. Ini di satu segi. Di segi yang lain terasa ada kedengkian dan kebencian yang terpendam begitu lama pada saudara seagamanya sehingga menjadikannya bertindak menyimpang dari keadilan. Barangkali sulit di antara mereka terajut shuhbah yang mengesankan, manakala sifat ghill itu masih belum dilenyapkan. Pada tahun 1999 ini bangsa Indonesia diduga bakal ditimpa qodlo yang buruk. Untuk mengantisipasinya, semestinya sejak sekarang dijalin konsulidasi antar sesama umat Isalm sehingga ada kesamaan pandangan dan sikap, kalau bisa bahkan membuka front perjuangan bersama. Anehnya saat kondisi dikhawatirkan chaos, sebagai umat Islam malah menjalin shuhbah dengan teman yang buruk. Allah swt telah memberikan suatu bentuk gambaran yang indah sekali: Wanita-wanita yang buruk adalah untuk laki-laki yang buruk, dan laki-laki yang buruk adalah untuk wanita-wanita yang buruk pula, dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula.(QS.An-Nur 26) Ihwal saat ini yang sulit untuk dimengerti, sebaiknya kita kembali mendefinisikan secara pas arti daripada kebenaran, jangan terpaku pada ulah manusia (tokoh), dengan begitu nantinya kita tidak akan mudah diombing-ambingkan. Sahabat Ali bin Abi Thalib berkata : “Alhaq tidak dikenal dari tokoh-tokoh. Tetapi kenalilah alhaq itu niscaya kamu pasti tahu pemilik alhaq itu.”

Selasa, 18 Juni 2013

INSTITUSI KELUARGA DI ZAMAN PRA-ISLAM (1)

Di ambil dari kitab ADABUL ISLAM FI NIDHOMIL USROH Karya Abuya As Sayyid Muhammad. > Keluarga dalam masyarakat pra-Islam, berada dalam keadaan porak-poranda, tidak memiliki jalinan silaturrohmi dan tidak pula mempunyai keakraban satu sama lain. Pada waktu itu, keluarga diliputi oleh kedengkian, pertentangan, kebencian dan permusuhan. Di dalamnya kaum wanita tidak dihormati dan tidak pula dimulyakan. Kaum wanita dalam masyarakat Athena (Yunani) dianggap sebagai benda tak berharga, hingga mereka diperjualbelikan di pasar-pasar sebagai budak dan dihinakan. Demikian pula halnya dalam hukum Hindu kuno. Di sebagian bangsa Eropa, kaum wanita tidak mempunyai hak milik pribadi. Sebaliknya, mereka dijadikan sebagai pelayan kaum lelaki sampai-sampai mereka tidak berhak memiliki pakaian mereka sendiri maupun harta yang mereka peroleh dari hasil keringat sendiri. Di kalangan bangsa Arab, kaum wanita sangat terhina, sampai-sampai ada sebagian dari mereka yang mengubur hidup-hidup anak perempuan, sebagaimana disebutkan dalam firman Alloh : Apabila salah seorang dari mereka diberi kabar tentang (kelahiran) anak perempuan, merah padamlah wajahnya sambil menahan marah. Ia bersembunyi dari kaumnya, karena buruknya berita yang diterimanya. Apakah ia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (dalam keadaan hidup)? Ketahuilah, sungguh jahat apa yang mereka tetapkan itu. (QS An-nahl : 58-59) Pada waktu itu, bangsa Arab tidak memberikan warisan kepada kaum wanita dan anak-anak, melainkan memberikannya kepada orang-orang yang berperang menghadapi musuh. Bangsa Arab juga merampas hak warisan secara paksa dari kaum wanita dengan mendatangi suami si perempuan dan kemudian melemparkan baju di atas badannya seraya berkata : “ aku mewarisi hartanya sebagaimana engkau mewarisi hartanya !” Maka, merekapun menjadi lebih berhak daripada perempuan itu. Ada sebagian dari mereka yang memaksa budak-budak perempuan mereka untuk melakukan pelacuran agar mendapatkan uang untuk mereka, juga ada yang mewarisi istri-istri ayah mereka bagaikan mewarisi sejumlah barang. Demukianlah kekacauan lembaga keluarga di zaman pra-Islam. Lalu datanglah Islam memberikan kepada kaum wanita hak-hak mereka secara adil dan menjadikan mereka sebagai tonggak keluarga, memperhatikan dan menjaga mereka, serta juga memelihara kesucian dan menempatkan mereka dalam kedudukan yang sesuai dengan keadaan mereka. Karenanya, Islam mengatur pewarisan kaum wanita dan menjelaskan hak-hak mereka dalam firman Alloh : Anak laki-laki mempunyai bagian dari peninggalan ibu-bapak dan karib-kerabatnya, dan anak perempuanpun mempunyai bagian dari peninggalan ibu-bapak dan karib-kerabatnya, baik sedikit ataupun banyak, menurut bagian yang telah ditetapkan (QS. An-nisa’ : 19) Islam mengharamkan mewarisi kaum wanita secara paksa, seperti disebutkan dalam firman Alloh : Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagimu mewarisi perempuan dengan paksa,… (QS. An-Nisa’ : 19). Islam juga mengharamkan pemaksaan budak perempuan untuk melakukan pelacuran, sebagaimana ditegaskan Alloh dalam firman-Nya : …Dan janganlah engkau memaksa budak-budakmu melakukan pelacuran, sementara mereka sendiri menginginkan kesucian, karena engkau hendak mencari keuntungan duniawi,… (QS. An-Nur : 33). Demikian pula, Islam melarang menikahi istri ayah dengan kalimat yang mengecam dosa ini, sebagaimana disebutkan dalam firman Alloh : Dan janganlah kalian mengawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, kecuali diwaktu yang sudah lampau (sebelum turun ayat ini) . sesungguhnya perbuatan itu sangat keji dan dibenci serta seburuk-buruknya jalan. (QS. An-Nisa’ : 22)

Minggu, 16 Juni 2013

Tips membuka Hati dan Meraih Simpati

Alloh Subhaanahu Wata`aalaa berfirman : “. . . dan ingatlah akan nikmat Allaoh kepada kallian ketika kalian dahulu ( masa Jahiliyah ) bermusuh –musuhan, lalu Alloh mempersatukn hati kalian sehingga karena nikmatNya kalian menjadi saling bersaudara . . . “ QS Ali Imron : 103 . Sebagai karakter dari hasil Tarbiyah dan Takwin, seorang muslim hendaknya senantiasa berputar dan menjalani hidup dalam bingkai dan lingkup amal-amal sholeh yang membawanya betul-betul dekat kepada Alloh serta membukakan rasa mencintai di hati manusia. Di antara amal-amal sholeh itu ada beberapa hal yang membuat hati terpesona dan terbuka untuk mencinta serta melindunginya dari rasa dengki, dendam dan kebencian. Hal yang dimaksud adalah seperti berikut : 1. Menyebarkan kebaikan di tengah masyarakat agar setiap pihak yang memiliki kemampuan, ikut serta dan ambil bagian tanpa ada rasa saling bangga –bangga dan ingin mendapat popularitas. Hal ini terkait dengan universalitas sabda Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam: “ Barang siapa menunjukan pada kebaikan maka baginya sepadan pahala orang yang melakuannya “ HR Muslim . “ Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sehingga mencinta saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri “ Muttafaq alaih . 2. Bersikap memudahkan ( Taisiir ) dalam segala urusan. Sebab sikap inilah yang menjadikan seorang hamba mendapat kerido`an Alloh. Alloh berfirman , “ Alloh Menghendaki kemudahan bagi kalian “ . Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam bersabda: “Ajarkanlah (yang kalian ketahui), permudahlah dan jangan mempersulit . jika salah seorang dari kalian marah maka hendaknya ia diam “ ( HR Bukhori dalam al Adabul Mufrod ) . Sesungguhnya mempersulit dan membuat semua urusan menjadi rumit merupakan sikap yang tidak menampak kecuali pada diri orang – orang yang bermoral labil, berkaraker keras dan kikir serta adanya kesalahan atau kekurangan dalam menjalani tarbiyah Suluknya. Ini berbeda dengan seorang muslim yang terbina dengan baik, maka sama sekali ia tidak mengenal membuat urusan repot, enggan dengan kerumitan, dan tidak menjadi penghalang kelancaran urusan dan kebaikan karena mengambil petunjuk dari akhlak Rosululloh Shollallohu alaihi wasallah . sebagaimana diriwayatkan oleh sayyidah Aisyah ra bahwa : “ Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam tidak pernah sekalipun diminta memilih dua perkara kecuali memilih yang paling mudah di antara keduanya : ( tentu saja ) selama itu tidak dosa. Jika dosa maka Beliau adalah manusia yang paling menjauh “ Muttafaq alaihi . 3. Idkhoolus Suruur, berusaha membuat hati orang lain senang . seorang pribadi yang terbina tentu memiliki semangat tinggi menyebar kegembiraan dalam linkungan tempat tinggalnya . menciptakan kedamaian, sikap saling memberikan perhatian dan kasih sayang . sungguh betapa banyak aktivitas yang bisa dilakukan oleh seorang muslim untuk bisa menyenagkan saudaranya. Misalnya ucapan yang baik, senyum memikat, pergaulan yang baik, kabar gembira, kunjugan dan pemberian yang tulus, membagi-bagi makanan, saling memberi hadiah dan mengobati kekecewaan ( Jabrul Khothir ) dll. Karena itulah Islam memberikan janji kegembiraan yang lebih besar pada hari kiamat bagi siapa saja yang memberikan kegembiraan kepada orang lain . Sabda Rosulullah shollallohu alaihi wasallam : “ Barang siapa yang bertemu dengan saudaranya muslim dengan ( membawa ) sesuatu yang disukai oleh alloh semata untuk menyenangkan saudaranya maka kelak pada hari kiamat ia akan mendapat kesenangan dari Alloh “ ( HR Thobaroni dalam As Shoghir dengan Sanad Hasan ) 4. Berbaur dan bersabar jika disakiti. Dalam hikmah dikatakan : “ Manusia itu bermacam – macam “. Hal ini karena modal dan warna manusia tidak selamanya sesuai dengan watak, kecenderungan dan keinginan Da`i.Di sana banyak sekali tipikal manusia yang kontras dengan keiginan dan harapan Da`i . Sungguh manusia cenderung memusuhi sesuatu yang tidak mereka mengerti . karena itulah seorang Da`i harus bersabar disakiti, bersikap luwes dalam bergaul, beradaptasi (Mudaaroh), mengantisipasi keburukan serta tetap mengarahkan objek dakwah kepada kebenaran yang dia perjuangkan. Tak boleh bersikap keras dan kasar sebab dia adalah pemegang peranan ( Shohib Qodhiyyah ), pengawal Risalah ( Ro`id Risalah ) dan Penyampai Dakwah. Tak ada alasan untuk mengisolir diri dan menjauh dari khalayak meski jiwa tertindih kebosanan, perasaan sulit dan kepayahan. Karena itu semua, guna menguatkan hati dan meneguhkan kaki maka petunjuk Nabi Shollallohu alaihi wasallam menyatakan bahwa orang yang tabah berjalan di jalan dakwah lebih baik daripada orang yanng tidak tabah. “ Seorang mukimin yang berbaur dan bersabar disakiti orang lebih baik daripada orang yang tidak berbaur dan tidak sabar disakiti “ ( HR Bukhori dalam al Adabul Mufrod) Abu Darda` ra berkata : “ Sesungguhnya kami selalu tersnyum di hadapan suatu kaum meski sebenarnya hati kami melaknat mereka “ ( Diriwayatkan oleh Iman Bukhori ) Betapa seorang Da`i sangat butuh untuk berdiri dan berteduh di bawah naungan arahan – arahan Nabi Shollallohu alaihi wasallam ( Taujihaat Nabawaiyyah ) di atas dalam rangka membuka hati manusia ( objek dakwah ) serta meraih simpati dan Mahabbah dari mereka sebagai perwujudan do`a yang harus dibarengi dengan usaha nyata: “ . . . dan jadikanlah saya dicintai dalam hati para hambaMu, mulia dalam pandangan mereka, memiliki kedudukan di dunia dan ( jadikan saya ) termasuk al Muqorrobiin”.

Tuntunan Shalat Malam

1) Adzan Pertama > 2) Munajat dengan Tarhim>  يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ إِرْحَمْـنَا ( 3x ) وَعَافِـنَا وَاعْفُ عَـنَّا وَعَلَى طَاعَتِكَ وَشُكْرِكَ أَعِنَّـا , وَعَلَى اْلإِسْلاَمِ وَاْلإِيْـمَانِ الْكَامِلَيْنِ جَـمْعًا تَوَفَّنَا وَأَنْتَ رَاضٍ عَـنَّا يَاحَيُّ يَاقَيُّـْومُ بِرَحْمَتِكَ الْوَاسِعَةِ بِجَاهِ سَيِّدِنَا مُحَـمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيه وَسَلَّمَ 3) Bacaan Sebelum Sholat Iftitah .الله أَكْبَرُ (10×) .الْحَمْدُ لله (10×) .لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (10×)  .أَسْتَغْفِرُ الله (10×) .أَللَّهُمَّ اغْفِرْلِى وَاهْدِنِى وَارْزُقْنِى (10×) .أللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوْذُ بِكَ مِنْ ضِيْقِ الدُّنْيَا وَضِيْقِ الْقِيَامَةِ (10×) 4) Lalu melaksanakan Sholat Iftitah dua roka’at. 5) Lalu melaksanakan Sholat tahajud 2 – 8 roka’at Bacaan Pada waktu sujud Qiyamul Lail:  أللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِى نُوْرًا وَفِي سَمْعِى نُوْرًا وَفِي بَصَرِى نُوْرًا وَعَنْ يَمِيْنِى نُوْرًا وَمِنْ تَحْتِى نُوْرًا وَاجْعَلْنِى نُوْرًا 6) Lalu kita tutup shalat malam kita dengan Sholat Witir 3 roka’at dengan satu salam. . سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَىRokaat I : Al-Fatihah . قُلْ يَاأَيُّهَاالْكَافِرُوْنَRokaat II Al-Fatihah . قُلْ هُوَ الله أَحَدٌRokaat III Al-Fatihah Do,a setelah Shalat witir.  سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسِ (3×)  سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّنَا وَرَبُّ الْمَلاَئِكَةِ وَالرُّوْحِ (3×)  أللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَأَعُوْذُ بِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْـكَ لاَ أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ مناجات  مَاشَاءَ اللهُ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِالله (11×)  حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ (450×)  يَالَطِيْفُ (129×)

MARI SEJENAK SUJUD PADA-NYA

وَمَا خَلَقْتُ الجِنَّ وَ اْلإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali supaya beribadah kepada-Ku” Sekilas ayat ini menerangkan bahwa Allah tidak menciptakan jin dan manusia supaya Allah disembah, inilah terjemahan dalam bahasa indonesia, Dalam ayat ini tak sedikit kaum muslimin yang salah faham, mereka menyangka “bahwa Allah menciptakan mereka (Jin dan manusia) supaya disembahnya”. Padahal tidak demikian maksudnya, karena tidaklah memberi manfaat ketaatan seseorang dan juga tidak memberi madhorot kedurhakaan seseorang terhadap-Nya. سُبْحانَ مَنْ لا تنفعه الطاعة ولا تضُرُّه المَعْصِيَة . Akan tetapi maksud yang mungkin mendekati kebenaran adalah; “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali, hendaknya semaksimal mungkin mereka beribadah kepada-Ku”. Karena berbagai tabiat jelek yang dimiliki manusia, yang cenderung menjerumuskannya pada penurutan hawa nafsu dan menjauhkan dari Allah. maka Allah memerintahkan semaksimal mungkin mereka mendekatkan pada-Nya, agar mereka senantiasa terjaga. Dan Ulama tafsir berbeda pendapat mengenai lafadl (Li ya’buduni). 1. Lafadl (Li ya’buduni) berma’na (Li yasykuruni) dan Lam-nya lafadl Liya’buduni bermakna ghoyah yang artinya : Allah memerintahkan kepada hamba-Nya supaya semaksimal mungkin mereka beribadah pada-Nya (Bersyukur), dan supaya manfaat ibadah tersebut kembali pada mereka sendiri. ((قال الله عزّ وجلّ : يا ابنَ آدمَ ! تَفَرَّغ لعِبادتى اَمْلأ صدرَك غِنىً, و أسُدَّ فقْرَك, إلا تفعَلْ مَلَأتُ صدرَك شُغْلا, ولمْ أسُدِّ فقْرَك)) Allah barfirman: “Hai Ibna Adam ! Luangkanlah waktumu sejenak untuk beribadah kepada-Ku, maka akan Aku penuhi jiwamu dengan sifat kaya (kepuasan) dan Aku sumbat sifat fakir dari jiwamu. Namun apa bila kamu enggan melakukan, maka sebalinya Aku akan penuhi dadamu dengan kesibukan, dan aku biarkan sifat kekurangan (rakus) memenuhi dirimu . Dari penjelasan di atas dapat kita pahami, jika kita sejenak meluangkan waktu kita untuk memenuhi Hak Allah atas kita, beribadah pada-Nya sebagai ungkapan rasa syukur atas limpahan karunia, nikmat. Maka Allah akan membalas atas kesetiaan kita, Allah akan membertambahkan dari apa yang telah kita dapat. وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S Ibrahim, 14 : 7) 2. Lafadl (Li ya’buduni) berma’na (Li ya’rifuni) dan Lam-nya lafadl Liya’buduni bermakna shoiruroh yang bearti : Allah memerintahkan kepada hamba-Nya supaya mereka (Jin dan Manusia) lebih mengenal penciptanya. Sebagai mana yang telah diriwayatkan dalam sunan At Tirmidzi. (... تَعَـرَّفْ إلى اللهِ فى الرَّخاءِ يَعْرِفْكَ فى الشِّدَةِ ...) رواه الترمذي “Perhatikanlah hak-hak Allah di saat kelapanganmu, maka Allah akan memperhatikan hak-hak kamu dikala kesempitanmu”. Jadi pada dasarnya seluruh kewajiban agama (taklif) yang diembankan pada umat manusia, sebenarnya mengacu pada kemaslahatan umat manusai itu sendiri, di dunia maupun di akhirat. Sebab, Allah sama sekali tidak memerlukan ibadah hamba-hamba-Nya. Bagi Allah ketaatan seluruh hamba-Nya tidak akan memberi-Nya manfaat sedikit pun. Demikian pula, kemaksiatan orang-orang yang durjana tidak mengurangi-Nya barang sedikit pun. Dan kemaslahatan akhirat bisa dicapai hanya dengan terpenuhinya kemaslahatan duniawi. Manusia yang menginginkan kesuksesan dan kebahagiaan hidup dunia akhirat, adalah mereka yang mampu menemukan sense of security dalam hidupnya, mereka yang memiliki rasa ketenangan hati, ketentraman batin, keteduhan jiwa. Dan al-Quran menyadarkan kita, bahwa Kata kunci untuk meraih itu semua, tidak lain dan tidak bukan, adalah, dengan senantiasa meningkatkan Intensitas kedekatan kita kepada Allah, dengan kata lain dengan seringnya hati kita bermunajat kepada Allah, dengan lazimnya lisan kita basah karena mengingat Allah, Dzat yang menggenggam alam semesta ini. Allah nyatakan dalam statement-Nya : ( أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ) “Ingatlah, dengan mengingat Allah, maka hati kita akan menjadi tenang, jiwa kita akan terasa damai “.( Ar-Ra’d : 29 ) Iya, dengan mengingat Allah hati kita akan tenang, dengan selalu memperhatikan hak-hak Allah, maka Allah akan memperhatikan hak-hak kita, Allah akan memperhatikan kewajiban-Nya, karena Allah Dzat yang banyak bersyukur, tau terimakasih, tau balas budi. kalau kita menjauh dari Allah, Allah akan Jauh dalam hidup kita, tapi kalau kita mencoba mendekati Allah, maka Allah akan lebih dekat dalam hidup kita, tidak ada kerugian yang lebih besar melebihi kerugian jika kita jauh dari Allah. Dan dzikir inilah sarana utama untuk mendekatkan diri kita kepada-NYa, hanya kepada Allah kita serahkan. Dan seluruh ulama sepakat ; Ibadah pada Allah adalah bukti paling nyata pengesaan seorang hamba pada Tuhannya. Ibadah dengan segala bentuknya merupakan media paling ampuh agar nilai dan jiwa tauhid selalu terjaga dalam hati seorang mukmin dari kepunahan. Seorang bisa saja berkata bahwa ia telah bertauhid. Namun adakah bukti nyata akan dakwaannya? Ibadah adalah sebagai bentuk ungkapan rasa syukur seorang hamba kepada Tuhannya atas nikmat dan limpahan karunia-Nya.

Kamis, 13 Juni 2013

Do’a penghapus ke-galau-an


 سُبْحَانَ اْلمـُنَفِّسِ عَنْ كُلِّ مَدْيُوْنٍ 

Subhaanal munaffisi ‘an kulli madyuun.
 سُبْحَانَ المـُفَرِّجِ عَنْ كُلِّ مَحْزُوْنٍ 

Subhaanal mufarrij ‘an kulli mahzuun.
 سُبْحَانَ مَنْ جَعَلَ خَزَائِنَهُ بَيْنَ اْلكاَفِ وَ النُّوْنِ 

Subhaana man ja’ala khozainahu bainal kaafi wan nuun.
 سُبْحَانَ مَنْ إذَا أرَادَ شَيْئاً اَنْ يَقُوْلَ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنَ 

Subhaana man idza araada syaian an yaquula lahu kun fayakun.
    يامُـفَرِّجُ فَرِّجْ , يامُـفَرِّجُ فَرِّجْ, يامُـفَرِّجُ فَرِّجْ
 فَرِّجْ عَنَّا هَـمَّـنَا وغَـمَّنَا فَرْجاً عَاجِلاً بِرَحْمَتِكَ يا أرْحَمَ الرَّاحِـمِيْنَ وَ صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ

Yaa mufarriju farrij (3x) farrij ‘annaa hammanaa wa ghommanaa farjan ‘aajilan birahmatika yaa arhamar rahimiin, wa shallahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi ijma’iin.

Rabu, 12 Juni 2013

MENGHINDARI SIKAP DZALIM DALAM MEMILIH PRESIDEN

Seorang muslim,seperti telah dimaklumi,harus mengikatkan diri dengan hukum Allah swt dalam setiap pola sikap dan pola jiwanya,termasuk dalam hal memilih pemimpin. Dalam kontek ini adalah,memilih presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, sesuai kaidah. Ajaran agama islam menetapkan,untuk memilih pemimpin tertinggi, Khalifah atau katakan presiden, bisa di lakukan dengan dua metode : Pertama, Adamul Istikhlaf, yaitu khalifah tidak menentukan siapa pengganti setelahnya. Pengangkatan khalifah (yang baru )diserahkan kepada kaum muslimin. Dalam hal ini di serahkan kepada wali kaum muslimin,yaitu Ahlul Halli Wal Aqdi. Metode ini pernah di peraktekan oleh Rasulullah saw dan juga oleh khlifha Umar bin Khattab ra. Kedua, metode Istikhlaf, yaitu mengangkat khalifah dengan menentukan pengganti khalifah sebelum khalifah terdahulu meninggal. Metode Istikhlaf ini seperti ditempuh oleh khalifah Abu Bakar ash – Siddik, yaitu ketika menjelang wafat beliau menentapkan Umar bin Khattab ra. Sebagai khalifah. Berikutnya khalifah itu mendapatkan pengukuhan dari Ahlul Halli Wal Aqdi. (Syari’atulloh Al Kholidah,Sayyiid Muhammad bin Alawy al Maliki,hal 114) Pengangkatan atau pemilihan khalifah dengan metode Istikhlaf atau adamul Istkhlaf dalam sejarah kenabian dan sejarah khulafaur rasyidin ternyata harus selalu mendapatkan penetapan atau pengukuhan dari Ahlul Halli wal Aqdi. Ahlul Halli wal Aqdi yang dalam istilah lain disebut Ahlus Syuro, Ahlur Ra’yi wat Tadbir, adalah kumpulan beberapa orang yang memiliki kapasitas tertentu dalam hal agama, moral dan ilmu, termasuk ilmu politik. Mereka adalah orang-orang cerdik pandai, memiliki dedikasi yang tinggi, berwawasan luas, jernih dalam berpikir, bertanggung jawab dan objektif. Metode pengangkatan khalifah melalui Ahlul Halli wal Aqdi ini selanjutnya lazim digunakan dalam sistem pemerintahan islam. Saat ini setelah pemilu legislatif selesai, bangsa indonesia akan mengikuti Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Berbeda dengan masa-masa sebelumnya, kali ini, bangsa indonesia memilih Presiden dan Wakil Presiden secara langsung. Meskipun berbeda dengan mekanisme pemilihan pemimpin pada masa pemerintahan khulafa-ar rasyidah yang memilih dan mengukuhkan Presiden melalui Ahlul Halli wal Aqdi, di negeri indonesia, pemilihan presiden dilakukan oleh setiap individu bangsa ini. Setiap orang dengan syarat-syarat tertentu berhak memilih. Dan hal itu tetap sah selama kaum muslimin bersepakat dan tidak bertentangan dengan syarat berdasarkan hadits: Meskipun demikian mekanisme ini tentu rawan dengan sikap-sikap subyektif dan ketidakjernihan. Misalnya,memilih calon presiden semata-mata didasarkan karena wajahnya ganteng, atau memilih calon presiden yang perempuan yang semata-mata atas dasar kesetaraan jenis kelamin (gender). Kerawanan ini terbuka lebar di samping karena dominanya politik uang juga karena mayoritas individu bangsa indonesia awam. Mereka menjatuhkan pilihan atas dasar subyektifitas, bukan pada sesuatu yang obyektif, seperti mencermati visi dan misi, platfrom (program), maupun integritas (kepribadian) calon presiden yang bersih dan berwibawa. Berangkat dari sini, marilah kita kaji firman Allah swt: $pkš‰r'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw (#ÿrä‹Ï‚­Fs? öNä.uä!$t/#uä öNä3tRºuq÷zÎ)ur uä!$uŠÏ9÷rr& ÈbÎ) (#q™6ystGó™$# tøÿà6ø9$# ’n?tã Ç`»yJƒM}$# 4 `tBur Oßg©9uqtGtƒ öNä3ZÏiB y7Í´¯»s9'ré'sù ãNèd šcqßJÎ=»©à9$# ÇËÌÈ “hai orang-orang yang beriman janganlah kamu jadikan saudara-saudaramu sebagai kekasih-kekasihmu atau pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan, dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim”.(Q.S. at-Taubah:23) Ayat ini turun masih berkaitan deklarasi pemulaan surat at-Taubah (baro’ah) yang dilakukan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib ra atas perintah Rasulullah saw pada musim haji tahun 9 hijriah. Sepulang dari perang Tabuk Rasulallah saw. hendak menunaikan haji, namun pada saat yang sama, orang-orang musyrik datang di Baitullah melaksanakan thawaf sambil telanjang. Beliau tidak berkenan melaksanakan haji dalam keadaan seperti itu. Beliau lalu mengutus sahabat Abu Bakar Ash-shiddiq sebagai amir haji. Menyusul kemudian, beliau mengutus juga sahabat Ali bin Abi Thalib ra. untuk mendeklarasikan turunnya permulaan surat at-Taubah. Usai membaca permulaan surat at-Taubah, tiga puluh atau empat puluh ayat, sahabat Ali bin Abi Thalib ra. menyampaikan maklumat (juga atas perintah Rasulullahg saw.) yang berisi empat hal, yaitu: 1. Mulai tahun depan orang musyrik dilarang mendekati Baitullah. 2. Orang yang telanjang dilarang thawaf di Baitullah. 3. Tidak akan masuk surga kecuali setiap jiwa yang beriman, dan 4. Barang siapa (orang-orang kafir) yang memiliki perjanjian dengan Rasulullah saw.(kafir mu’ahad), maka perjanjian itu berakhir hingga batas waktu yang ditentukan dalam perjanjian itu. Adapun siapa (orang kafir) yang tidak memiliki perjanjian, maka kepadanya diberikan tempo hingga empat bulan (untuk memilih masuk islam, atau memilih menjadi kafir dzimmi, atau memilih diperangi, kalau tidak mau masuk islam atau tidak mau menjadi kafir dzimmi). Dan masing-masing pihak hendaklah menyempurnakan janjinya.demikian empat poin maklumat yang disampaikan sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Pernyataan pemutusan hubungan dengan orang-orang kafir ini tanpak amat tegas. Kaum muslimin hendaknya berlepas diri dari orang-orang kafir itu. Nah,pernyataan ini tidak mendapatkan respon yang positif dari sebagian kaum muslimin, khususnya kaum muslimin yang tergolong lemah iman.Orang- orang yang imannya lemah ini di hati mereka masih tertanam kuat fanastisme ras dan kekerabatan. Mereka enggan berperang dan melepas hubungan dengan orang-orang kafir yang notabene musuh mereka, khususnya orang-orang kafir yang ada hubungan kekerabatan dengan mereka. Ayat tersebut di atas meski turun dengan latar belakang kasus tertentu,namun makna dan pengertiannya akan terus berjalan hingga hari kiamat kelak. Ayat tersebut memberikan pengertian tidak bolehnya kita menjadikan pemimpin orang-orang kafir,walau pun orang-orang kafir itu ayah atau saudara kita, karena meski mereka ayah atau saudara kita, tetapi mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan( istahabbul kufra alal iman). Fokus ‘Istahabbul kufro alal iman (mengutamakan kekafiran atas keimanan) ini bersifat umum dan perlu kita berikan perhatian. Pada saat ini banyak tokoh di negeri ini yang berebut diangkat menjadi pemimpin. Partai- partai yang mengusung mereka pun beragam. Mereka hampir semua terdiri dari orang-orang islam, namun di antara mereka tingkat ke islamannya sulit di katakan kaaffah (totalitas). Pola jiwanya yang bisa jadi muslim namun pola pikirannya jauh dari islam. Mereka mengaku muslim namun masih mengadopsi sistem-sistem (isme/paham) selain islam. Bahkan, sebagian besar memandang sistem selain Islam-lah yang harus di junjung tinggi, karena mengarah kepada kemajuan. Islam di anggap sebagai penyebab kemerosotan,kemunduran, dan keterbelakangan. Mereka, karena itu, mencampur islam dengan sistem-sistem atau paradigma lain. Mereka tidak merasa yakin cukup dengan sistem islam secara terpadu. Mereka muslim, tapi kapitalis. Mereka muslim, tapi liberal. Mereka muslim, tapi sosialis. Mereka muslim, tapi sekuler. Mereka muslim, tapi mengutamakan demokrasi liberal. Merekalah yang dalam winarah Rasulullah S.A.W. disebut penyeru-penyeru ke neraka jahannam.(Aqidatul Muslim.Kholid Abdurrohman,hal 78) orang-orang seperti ini tidakkah masuk dalam pengertian ayat mengutamakan kekafiran atas keimanan?? Jika demikian, maka mereka seharusnya tidak dipilih sebagai pemimpin, betapapun mereka pun orang islam. Kita memiliki hak dan kewajiban untuk tidak mencintai mereka, menjalin hubungan dengan mereka, sebaliknya kita harus berlepas diri dari mereka. Ayat di atas menyeru kita berlepas diri dari ayah atau saudara kita yang masih mengutamakan kekafiran atas keimanan. Sementara di antara tokoh-tokoh yang mencalonkan menjadi pemimpin di negeri ini bukan ayah atau saudara kita sekandung,bukan pula orang yang dekat dengan kita,bukan juga orang yang kita kenal,tantunya seruan berlepas diri dari mereka lebih kuat. Kalau tokoh-tokoh islam yang masih berpandangan mengutamakan kekafiran atas keimanan itu tetap saja kita pilih, jangan-jangan kita termasuk orang-orang yang dzalim, sebagaimana disebutkan dalam akhir ayat. Kita mendzalimi diri kita sendiri sekaligus mendzolimi kaum muslimin seluruhnya. Kita tidak meletakkan sesuatu pada tempatnya. Kita mencintai orang yang semestinya kita benci. Kita memilih orang yang semestinya tidak boleh di pilih. Sementara kita tahu apa sanksi bagi orang yang berlaku dzalim. Perbuatan dzalim merupakan perbuatan yang sanksinya disegerakan oleh Allah swt. Di dunia, disamping perbuatan durhaka kepada orang tua. Sanksi buruk suatu kedzaliman skalanya tidak akan menimpa diri kita sendiri, namun menjangkau pula seluruh kaum mislimin. Firman Allah swt : #qà)¨?$#ur ZpuZ÷FÏù žw ¨ûtù‹ÅÁè? tûïÏ%©!$# (#qßJn=sß öNä3YÏB Zp¢¹!%s{ ( (#þqßJn=÷æ$#ur žcr& ©!$# ߉ƒÏ‰x© É>$s)Ïèø9$# ÇËÎÈ Dan peliharalah dirimu dari sanksi yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dzalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaNya. (Q.S.al-Anfaal:25) Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah saw.bersabda: Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kedzaliman atas diri-Ku, dan Aku juga menjadikan kedzaliman itu haram dilakukan diantara kalian, maka janganlah kalian saling berbuat dzalim.(H.R.Muslim) Dari sini, kita harus teliti sebelum membeli, teliti dan berhati-hati dalam menjatuhkan pilihan siapa pemimpin kita ke depan. Kita seharusnya tidak memilih laksana memilih kucing dalam karung. Yakni memilih tanpa mengetahui visi misi dan platfrom pemimpin itu. Jangan-jangan visi dan misinya mengutamakan kekafiran atas keimanan. Sekali lagi, dalam memilih pemimpin hendaknya kita cermat, teliti, dan berhati-hati. Jangan sampai salah pilih, yang menjadikan kita dicatat sebagai orang yang dzalim atas diri kita sendiri sekaligus atas kaum muslimin. Jangan terpengaruh penampilan lahiriah. Jangan ikut-ikutan (norok buntek). Jangan dikungkung oleh penjara fanatisme apakah fanatisme ras, suku,jenis kelamin,atau golongan. Jangan tergiur keuntungan (uang) sesaat. Kita di tuntut terikat dengan hukum Allah swt dalam setiap pola pikir dan pola jiwa kita. Akibat kecerobohan kita dalam memilih, tidak mustahil, sebagai ganjarannya, kita kemudian diberikan pemimpin yang justru menyengsarakan kita. Pemimpin yang di kelilingi oleh pengawal-pengawal (bithonah) yang buruk. Pemimpin yang mementingkan dirinya sendiri, peminpin yang mengabaikan islam mengutamakan kekafiran, walaupun dia mengaku muslim. Wallahu Subhanahu wata`ala a`lam.

TAQWA

Teruntuk Kekasih Surga-ku. Istri yang belum sempat aku Nikahi > Tersenyumlah istriku...hiasilah hari-harimu dengan keceriaan, hiasilah malam-malammu dengan kekhusyu’an munajjah pada Robb kita, hiasilah saat-saatmu dengan mendekatkan pada-Nya, lepaskan persoalan yang membebani dirimu, gantilah setiap duka dengan kebahagiaan, jangan karena sempitnya hidup kau lupakan yang lainnya, bukankah Alloh telah menjanjikan jalan keluar bagi hamba-hambanya yang bertakwa. ...             ...  “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya” (Q.S At Tholaq: 2-3) ...         “...dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (Q.S At Tholaq: 4) ...        •  “dan Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.” (Q.S At Tholaq: 5) •     “Dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung ” (Q.S Ali Imron: 200) Istriku... apa yang membuat air matamu bercucuran, apa yang membuat dadamu sesak, apa yang membuat pipimu jadi merah layu dan sayup matamu. Istriku...janganlah kau menyibukkan diri dalam kesedihan, jangan pula kau sibuk dalam obrolan yang tiada arti, yang justru akan menambah masalah baru sebelum menyelesaikan yang lama, isilah waktu kosong dengan beribadah, tingkatkan ketakwaan, tingkatkan iman, Alloh menjanjikan pada hamba-hambanya yang bertakwa jalan yang terang, jalan yang di tapaki orang-orang shalih, Alloh menghapus setiap kesalahan yang pernah ada, sekali pun kesalahan tersebut tiada terkira. bukankah itu yang menjadi tujuan hidup setiap manusia? Alloh berfirman dalam satu ayat-Nya:                     Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahan dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Qs. al-Anfaal ayat: 29). Ingatlah sayang... bahwa kesedihan dan tangisan akan membuat kita lemah, akan membuat kita tertinggal dan tertingal, bangkitlah , tersenyumlah karna ada saat-saat terindah dalam hidup ini.

Sabtu, 08 Juni 2013

INGATLAH SEJENAK PADA-NYA

teruntuk kekasih surga-ku istri dalam angan-ku. Istriku... jika kekawatiran mulai menyelimuti jiwamu, ketenangan telah hilang dari dadamu, kegelisaha yang tiada pernah bosa-bosanya menghantui, kesempita mulai menghimpit dan ketakutan mulai mencekam, maka dirikanlah sholat, khusyukkan jiwa hanya kepadanya           ” Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,” (Q.S Al Mu’min(23):1-2) Istriku... sholat yang khusyu’ bagaikan mata air yang menyejukkan hati, menenangkan jiwa yang gersang karna persoalan seharian, menenangkan batin yang tercekam kekawatiran karna hutang yang tak kunjung terlunasi, segala masalah, kerisauan, kesedihan dan keterpurukan akan segera teratasi, Di ceritakan ketika Rasululloh saw di timpa kesulitan, maka Beliau memerintahkan Shahabatnya yang bernama Bilal untuk segera mendirikan sholat. يابِلال أرِحْنابِالصَّلاة “ Wahai Bilal , tenangkanlah kami dengan shalat” Istriku... tiada hal yang mengembirakan bagi orang-orang yang beriman pada malam hari, selain munajah pada Tuhan-nya, tiada keindahan bagi-nya pada siang harinnya selain dengan ta’at kepada-Nya, tiada keindahan di dunia ini selain dzikir kepada-Nya, tiada keindahan akhirat selain mendapat ampunan-Nya, dan tiada keindahan surga, kecuali senantiasa melihat dzat-Nya Tuhan. Maka, gunakanlah malam harimu hanya untuk bermunajah kepada-Nya Dalam hal ini Imam Ali ra adalah orang yang senantiasa mengisi malam-malamnya, penuh dengan mendekatkan diri: “Bukankah Engkau telah mendengar dengan kekuatan-Mu Wahai Tuhan yang menjadi kekuatan atas do’a orang yang lemah Yang ditimpa musibah, yang tenggelam dalam lautan kebingungan Penuh dengan keprihatinan. Aku berseru dengan penuh rendah diri setiap hari Dalam kesungguhan berdo’a kepada-Mu. Sungguh terasa sempit bagiku dunia ini, sementara penduduk dunia Tidak mengetahui obatku, maka ambillah tanganku, Karena aku bener-bener memohon keselamatan dengan ampunan-Mu. Aku datang kepada-Mu dengan diiringi cucuran air mata. Oleh karena itu, kasihanilah tangisanku ini karena malu kepada-Mu. Aku terlalu banyak noda dan dosa kepada-Mu Aku sekarang berada dalam kebingungan, Sedang Engkau adalah Dzat pembebas kebingungan. Aku sakit, sedang Engkau adalah obat penawar sakitku. Ya Alloh, bangkitkan diriku ini dengan penuh harapan. Aku katakan kepada-Mu, wahai Tuhanku, aku senantiasa berharap Agar Engkau mau memenuhi harapanku. Balasan yang layak untukku tiada lain Engkau menyiksaku. Akan tetapi, aku berlindung dengan anugerah-Mu yang baik. Wahai tumpuan harapanku Engkau telah mengistimewakan junjunganku (Muhammad) Dengan pemberian ma’af atas diriku, karena aku sekarang Berada di tengah musibah yang menimpaku”

Kamis, 06 Juni 2013

Ibadah, Sentuhan dan Penjiwaannya

Ibadah pada dasarnya ialah sarana interaksi dan komunikasi antara hamba dengan Tuhannya, juga berarti tarbiyah untuk menjiwai dan merasakan kedekatan dan kecintaan sama Alloh swt. Ibadah sholat,misalnya,adalah sarana pertemuan, doa, dzikir, dan munajat.Ibadah haji adalah kegiatan ziarah baitullah sebagai sarana penjiwaan dan perasaan bertamu dan dekat kepadaNya. Ibadah puasa adalah sarana mengekang terhadap apa yang disukai nafsu dan sarana mendahulukan apa yang disukai oleh Alloh swt.Dan ibadah zakat,selain sebagai sarana pensucian harta, ia adalah wahana penjiwaan terhadap anugrah dan nikmat Alloh swt. Dengan arti ibadah sebagai sarana interaksi dan sarana tarbiyah tersebut, maka tampak yang di butuhkan dari pelaksanaan ibadah ialah pengaruh ibadah dan penjiwaannya terhadap diri kita.Semakin ibadah dijiwai dan memberikan pengaruh,berarti kian baiklah ibadah kita.Pengaruh ibadah dan penjiwaannya inilah yang menumbuhkan pada diri seseorang kecintaan kepada Alloh swt (mahabbatulloh atau hubbulloh) yang menjadi tuntutan setiap orang yang beriman.Didalam al-Qur’an Alloh berfirman: “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah andad (tandingan-tandingan) selain Alloh; mereka mencintainya sebagai mana mencintai Alloh.Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Alloh”. (QS. Al Baqarah: 165) Kencintaan inilah yang diminta oleh Rasulullah saw kepada Alloh swt, seperti tersurat dari doa beliau berikut ini : “Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu melaksanakan kebaikan,meninggalkan kemungkaran, mencintai orang-orang miskin,dan memohon diberikan kepadaku pengampunan dan kasih sayang. Aku memohon kepadaMu cinta kepada-Mu, cinta kepada orang-orang yang mencintaiMu, dan mencintai perbuatan yang mendekatkan aku kepadaMu.”(HR.Turmudzi dan al Hakim) Pengaruh dan penjiwaan terhadap ibadah yang menumbuhkan kecintaan terhadap Alloh swt tampak lebih jelas,seperti digambarkan oleh sebuah hadits qudsi yang masyhur (HR.Bukhori), yaitu berupa perlindungan dan penjagaan terhadap seluruh pemikiran dan perilaku seseorang.Ia mempunyai pendengaran dan penglihatan yang bagus, juga kaki dan tangan yang bagus pula.Perlindungan dan penjagaan ini boleh jadi lewat dianugrahakannya nur dan furqon disamping doa yang mustajab, yang menjadikan seseorang tajam dan kuat firasat, feeling, insting, ilham dan intiusinya seperti yang di raih oleh orang yang disebut muhdats (mulham), yaitu Sayidina Umar bin Khattab ra dan orang-orang sholeh yang lain. Tumbuhnya kecintaan ( mahabbah ) kepada Allah swt yang dipengaruhi oleh ibadah,berikutnya akan menjadi penggerak tumbuhnya sikap kepasrahan dan penyerahan yang tinggi ( tawakkal ) kepada Allah swt, yang muatanya pada kalimat : laa haula walaa quwwata illa billah, Maasya’allahu laa quwwata illa billah, dan Inna Iillah wainna illaihi raji’un.Ketiga kalimat ini merupakan sari pati ajaran tasawwuf menuju mendapatkan maqom,bukan sekedar haal.Sementara orang Islam itu dituntut untuk mencapai maqom, setidak-tidaknya meraih tingkatan haal. Dengan demikian, ibadah pada hakikatnya adalah tarbiyah praktis yang realistis agar seseorang menjadi robbani. Allah swt berfirman : “Hendaklah kamu menjadi orang-orang robbani, disebabkan kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu mempelajarinya”. ( QS. Ali Imran : 79) Ibadah sesungguhnya lebih banyak dipraktekkan secara individual ( fardiyah ).Berangkat dari praktek-praktek ibadah individual ini kelak terbentuklah pribadi-pribadi yang mutamayyizah yang menjadi soko guru terbentuknya jamaah ( komunitas masyarakat ) yang mutamayyizah pula. Kita ketahui manhajul Qur’an bukan manhaj fardi, melainkan manhaj jama’i, walaupun kadangkala bermula dari praktek-praktek individual. Sebagai bukti bahwa manhajul Qur’an adalah manhaj jama’i, zakat suatu missal,awalnya praktek ibadah fardi, namun tak urung zakat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat secara luas.Puasa awalnya juga fardi, namun pengaruhnya membentuk perasaan bersama dengan masyarakat sebulan penuh di setiap tahun.Sholat lima waktu pun asalnya fardi, namun mengarahkan kaum muslimin menuju satu kiblat.Demikian pula haji, awalnya fardi, namun berguna sebagai muktamar terbesar kaum muslimin dari seluruh penjuru dunia, selain muktamar mingguan ( jum’ah ) dan muktamar tahunan ( Ied). Ini mengisyaratkan hendaknya terjalin wihdah ( kesatuan ) diantara individu-individu kaum muslimin, termasuk isyarat perintah wihdatul khilafah ( kesatuan khilafah ). Lalu, sebatas manakah sentuhan ibadah kita menjiwai dan memberikan pengaruh? Wallohu Subhaanahu waTa’aala a’lam

Lima CahayaNasihatSayyidina Abu Bakar

الحمدلله الذي شرّح صُدُوْرَالمُؤْمِنِيْنَ لِطَاعَتِه, وهَدَاهُمْ اِلَى تَحْكِيْمِ كِتَابِهِ والعَمْلِ بِه, نَحْمَدُهُ ونَسْتَعِيْنُه ونَسْتَغْفِرُه,ونَعُوْذُبِاللهِ مِنْ شُرُوْرِأَنْفُسِنَاومِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَامَنْ يَهْدِى اللهُ فلامُضِلَّ لَه,ومَن يُضْلِلْ فلاهادِىَ لَه,أشهدأن لاإلهَ إلاّالله وحده لاشريك له, وأشهدأن سيدنا محمدا عبده ورسوله لانبيَ بعده, أللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد. أَمَّا بَعْدُ, فَياَ أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ اتَّقُوا الله مَااسْتَطَعْتُمْ,اتَّقُواالله لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ قاَلَ الله تَعَالَى:        وقال أيضاً :          Hadirin Jama’ah Jum’ah Hafidhokumullah. Marilah di bulan baru Rajab ini kita bersama-sama menguatkan hati bertekad meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt. karena sesungguhnya hanya taqwalah yang dapat menghantarkan kita melampaui bulan demi bulan tanpa kurang suatu apapun. Bagaimana makhluk seperti kita ini masih menyombongkan diri, bila ternyata tidak pernah mampu mengendalikan waktu, padahal waktu itu sangat dekat dengan kehidupan kita. Karena kekuasaan yang demikian itu hanya ada pada-Nya. Marilah kita bersyukur pada Allah swt yang telah menjadikan waktu sebagai ruang bagi manusia untuk menanam berbagai kebaikan, sebagai bekal di hari mendatang. Makaapabilawaktuterusberganti, itupetandasemakinmenipiskesempatandirimenikmatiindahnyadunia.Haruslahsegerakitaingat, bahwa yang kekaladalahhariakhirat.Harikeadilan yang membahagiakanbagimereka yang telahmempersiapkandiri,danmenyedihkanbagimereka yang lupadiri. Hadirin Jama’ah Jum’ah Hafidhokumullah. Di akhir bulan Rajabinikamihendakmengetengahkansatunasehatdarisahabat Abu Bakar As-Shidiq yang berbicarasecarafilosofismengenaikehidupanini.Bahwasannyaadalimajeniskegelapan yang menjadikanpekatnyakehidupanmanusia. Namunlimakegelapanitudapatdisirnakanoleh lima macamcahaya. Pertama (حب الدنيا ظلمة والسراج لها التقوى) Kegelapanterjadiakibatdariterlalunyacintamanusiakepadakehidupandunia, dancahaya yang menghilangkannyaadalahtaqwa.Terlalumencintaikehidupandunia (hubbuddunya) akanmenyebabkanseseorangmenghampiriperkara-perkarasyubhat. Perkara samar yang tidak jelas kadar halal dan haramnya. Kemudian yang syubhat itu akan menghantarkan kepada yang makruhat, yaitu perkara yang dibenci oleh syariat. Jikasudahdemikianmakaakhirnyajatuhlahia di lembahmuharramat, yaitu; perkara yang dilarangoleh agama. Semuainiberawaldarisemangat yang berlebihanpadacintakehidupandunia.Bukankahpejabatkita yang doyankorupsiberawaldari ‘menggoshob’ uang yang kecil? OlehkarenaituRasulullah saw pernahbersabdabahwaحب الدنيا رأس كل خطيئة‘cintaduniaadalahpangkalsemuakeburukan’. Yang kemudiandijabarkanoleh al-Ghazali فبغضها رأس كل حسنة ‘makamembenciduniaadalah modal kebaikan’.Kegelapaninibisasirnaapabiladiterangiolehtaqwa. Bagaimanabisataqwameneranginya, karenasubtansitaqwaadalah ‘takut’ takutakanterjatuhpadalarangan-Nya. Sehinggaseseoranghanyaakanmengerjakanapa yang diperintahkan-Nya. Hadirin Jama’ah Jum’ah Hafidhokumullah. Kedua, (والذنب ظلمة والسراج له التوبة) Kegelapanakibatdosadansinar yang akan mensirnakannnyaadalahtaubat. إنّ العبدَ إذا أخْطَأَ خَطِيْئَةً نُكِتَتْ فى قلبِه نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فاذا هُوَ نَزَعَ واستغفرَ وتابَ صَفُلَ قلـبُه وإنْ عادَ زِيْدَ فِيها حتّى تَعْلُوَ على قلبِه, وهوَ الرَّانُ الذى ذكَرَهُ الله – كَلا بَلْ ران على قلوبهم ماكانوا يكسبون Sesungguhnyaseoranghambaapabilaiaberbuatkesalahanmakadihatinyaakanterterasetitiknoda. Ketikaiatelahberistighfar (memintaampunan) danbertaubatmakahatiituakankembalicemerlangdanjikaiakembalimelakukankesalahanserupamakaakan ditambahkan titik kembali hingga sampai hatinyatelahtertutup. Sepertihalnyafirman Allah dalam al-Muthafifin “demikiansebenarnyaapa yang merekalakukanitutelahmenutupihatimereka”. Ketiga, (والقبر ظلمة والسراج له لا إله إلا الله) kegelapan di alamquburdan yang akanmenyinarinyaadalahkalimattauhid“La ilahaillallah”. NasehatketigainididasarkankepadahaditsRasulullah saw ‘bahwasannya Allah swtmengharamkanatasapineraka orang yang mengatakan la ilahaillallah’. إن الله تعالى حرّم على النار مَن قال لا اله إالا الله يَبْتَغِى بِها وَجْهَ اللهِ تعالى. Dan dalamhadits al-KhatibdisebutkanbahwaRasulullah saw pernahbersabda ‘bahwasannyasiapa yang membaca“La ilahaillallah”denganikhlasakanmasuksurga. Kemudian orang-orang bertanyabagaimanaikhlasituyaRasulullah?Rasulullahmenjawa ‘yaapabila kalian menghalangidiridarisegala yang dilarang Allah” Hadirin Jama’ah Jum’ah Hafidhokumullah. Keempat, (والأخرة ظلمة والسراج لها الأعمال الصالحة)Kegelapan yang ada di akahirat sebagaimana keadaannya hanya dapat disinari dengan amal kebaikan. Makaselagimasihadakesempatanberbondong-bondonglahmelakukandanmengumpulkanberbagaiamalkebaikan.Bahkan Allah swtsendirimenjadikanberbagaimacamkeringanan (rukhshah) agar manusiamengumpulkansebanyakmungkinkebaikan.BegitupentingnyaposisirukhshahdalamsyariathinggaRasulullah saw bersabda : أدّوا العزائِمَ واقْبَلُوا الرُّخْصَةَ وَدَعُوا النَّاسَ فقَدْ كُفِتُمُوهُمْ Lakukanlah berbagai kehendak (baikmu) dan terimalah keringanan dari Allah dan ajaklah orang-orang semuanya, maka yang demikian cukuplah bagimu. Begituberharganyakeringan ituhinggaRasulullah saw sedikitmenghimbaubahwa: مَن لم يَقْبَلْ رُخْصَةَ اللهِ كاَنَ عَليه مِنَ الإثْمِ مِثلُ جِباَلِ عَرَفَةَ. Barangsiapa yang tidakmaumenerimakeringanandari Allah swtmakadiamenanggungdosasebesargunungara’fah. Hal iniperludifahamibahwasannyarukhshah yang diberikanoleh Allah swt.merupakankesempatandanpeluang yang sebaiknyasegeadikonversimenjadiamalkesalehan. Karenaamalshalehlah yang akanmenolongkehidupan di akhiratnanti. Kelima(والصراط ظلمة والسراج له اليقين) Bahwajembatan di hariakhirnantisangatlahgelap, dan yang akanmenerangiperjalnankitamelewatijembatanituadalahkeyakinan. Yakin ataspetunjuk Allah swtdanmenghilangkanberbagaimacamkeraguan. Hadirin Jama’ah Jum’ah Hafidhokumullah. Demikianlahnasehatsayyidina Abu Bakarmengenailimakegelapan yang harusdisiapkanpenerangnyaolehkitasemua agar perjalanankelaklancartanpahaluanapapunjua. Semogakhotabah kali inibermanfaatbagikitadalammenapakikehidupanini. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَاللهُ مِنِّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ