Translate

Senin, 24 Desember 2012

TANGGUNG JAWAB TUGAS



TANGGUNG  JAWAB TUGAS
Oleh: Abina Muhammad Ihya’ Ulumiddin


               Pada dasarnya, manusia mempunyai dua tugas. Tugas pertama tugas dunia dan tugas kedua tugas akhirat. Dalam menjalankan kedua tugas itu, Alloh telah memberikan ketentuan. Bila tugas itu bersifat dunia maka kita mengejarnya dengan “ wala tansa “ ( tidak mesti ngoyo ). Berbeda dengan tugas akhirat, maka kita harus berupaya menjalankannya secara maksimal, disertai keseriusan, sungguh-sungguh ( mujahadah ) dan penuh tanggung jawab . Tanpa keseriusan dan tanggung jawab, tugas akhirat sulit berhasil dikerjakan. Dan barang kali karena ketidak seriusan kita, Alloh pun memandang tidak serius kepada kita. Sehingga sulit bagi kita mencari jalan kemudahan ( solusi ) ketika kita dihadapkan pada problem-problem yang sulit dipecahkan.
               Karena tugas akhirat merupakan tugas yang besar, maka tanggung jawab yang dibutuhkan makin besar pula. Dan kita tidak perlu menghidar dari tugas, karena hidup adalah tempat bertugas bukan tempat menikmati hasil. Siapapun kita akan dimintai laporan pertanggung jawaban atas tugas-tugasny, Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :
“Tiap-tiap kamu adalah pengembala ( orang yang bertugas ) dan akan di mintai pertanggung jawaban atas gembalaannya ( tugasnya “) . (HR. Muslim )
               Hal ini berdasarkan firmanNya dalam Al-Qashas : 77,
               “Dan carilah apa yang telah dianugrahkan Alloh kepadamu berupa tugas negeri akhirat, dan jaganlah kamu melupakan bagianmu dari tugas dunia”.
               Nabi juga bersabda :
               “Berkerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selama-lamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu, seakan-akan kamu mati esok. “(HR. Tirmidzi)
               Tanggung jawab kita pada tugas bisa dibuktikan melalui kesungguhan kita, melalui pengorbanan dan melaui keikhlasan. Tugas tidak akan berhasil tanpa kita harus mengerjakannya dengan mujahadah ( sungguh-sungguh ). Siap berkorban untuk tugas, baik dengan dana , waktu, tenaga maupun pikiran. Tanpa pengorbanan, tanggung jawab kita belum bisa  disebut sebagai suatu perjuangan. Dalam melakukan tugas, diperlukan pula keikhlasan, tanpa keikhlasan tugas tidak akan menjadi tugas sebenarnya, tetapi berubah menjadi ajang unjuk kebolehan, popularitas pribadi dan ajang mencari kesenangan dunia yang lain. Kita tidak meniru Yahudi dan Nasrani yang pernah dikabarkan dalam Al-Qur`an.
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang beriman, untu tunduk hati mereka mengingat Alloh dan kepada kebenaran yang telah turun. Janganlah mereka seperti orang-orang sebelumnya yang telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang yang fasiq “ QS Al-Hadid : 16
               Kebanyakan mereka disebut fasiq, karena mereka “bermain-main” dengan tugas. Tidak beranggung jawab. Mereka mewajibkan dirinya membuat-buat kebijakan yang tujuannya untuk mencari keridhoan Alloh, seperti  tidak makan, tidak beristri ( rahbaniyah ) dan lain-lain, yang sebetulnya yang tidak diwajibkan oleh Alloh. Tetapi tugas yang mereka ada-adakan sendiri itu tidak di jalankan sebagai mana mestinya. Mereka ingkar pada ketetapannya sendiri. Padahal tugas adalah amanah. Al-Qur`an menyebutnya :
“Lalu, mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharan yang semestinya”. (QS. Al-Hadid : 27 )
               Ketika kita mengharuskan diri mengamalkan suatu amalan, maka seharusnya amalan itu kita laksanakan dengan sempurna. Bila suatu hari kita meninggalkannya karena suatu udzur, maka kita mengqodlo’nya  di lain waktu. Ijazah-ijazah yang kita terima dari seorang guru kita  usahakan bias mengamalkan. Tidak bagus, bila dihadapan guru kita kelihatan siap mengamalkan, tetapui sepulangnya, kita kosong amal. Saat kita ada guru kita berucap “ Sami`na wa atho`na”, tetapi bila guru telah kembali,  ucapan yang kita keluarkan adalah” sami`na wa`ashoina.”
Kita tidak di perkenankana Alloh meniru wanita dungu dari Makkah yang bernama Rithoh binti Sa’ad bin Zaid bin Manat bin Tamim.Ia yang telah bersusah payah memintal benang sejak pagi sampai sore.Tetapi ketika jadi,pintalan benang itu ia cerai beraikan kembali.Semata-mata karena kedunguannya,sehingga perbuatan itu ialakukan setiap hari.Alquran menggambarkan:
“Janganlah kamu seperti seorang peempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat,menjadi cerai berai kembali”.(QS.An-Nahl: 9)
Ayat itu memberikan pelajaran kepada kita:
Secara Khusus
Jangan sampai kita berbuat kebaikan,tetapi pada sisi yang lain kita tidak menjaga konsekwensi dari kebaikan itu.Misalnya,kita senantiasa mengeluarkan shodaqoh,tetapi kita tidak menjaga lisan.Ucapan kita masih sering mengungkit-ungkit pemberian itu.Kita selalu berdzikir menggunakan lafadz-lafadz suci misalnya,tetapi dari lisan kita tidak jarang keluar ucapan yang menyakitkan orang lain.
Contoh lainnya,kita berikrar untuk selalu sholat berjamaah,membaca AlQuran,Qiyamullail,membaca wirid-wirid serta menghadiri majelis Taushiyah dan Tansiq.Tapi kebaikan itu hanya berupa ikrar,tidak pernah kita jalankan.Kita tidak beriltizam pada sesuatu yang sebetulnya kita sendiri dengan sadar telah menetapkannya.
Secara Umum
Jangan samp[ai kita merobohkan bangunan (baca: kejama’ahan) yang dulu didirikan dengan (…) besar dan kerja keras.Suatu kesalahan fatal bila kita ikut terlibat menghancurkan sebuah tatanan,apalagi tatanan itu bertujuan Dakwah Ilalloh (Akhirat).Untuk itu tanggung jawab setelah ikrar adalah merawat,menjaga dan mengembangkan bangunan itu,tidak malah meruntuhkannya.Dengan cara menghindari,antara lain:
A.Tafriqul Qulub
Tafriqul Qulub (perpecahan hati) dan wahnuddin (lemahnya spiritualitas) harus dijauhi.Sebisa mungkin menerapkan Ta’liful Qulub (Pertautan hati) sesama anggota,dengan jalan praduga tak bersalah (husnudzdzon),tidak hasud,menghindari ikhtilaf (perbedaan) yang menjurus kepada mukholafah (perpecahan)menjauhi mujadalah (perdebatan) yang tidak ada ujungnya dan saling mendoakan.
B. Ifsyaus Sirr
Jangan sampai membongkar rahasia jama’ah.Karakter munafik yang selalu tajassus (meneliti) kesalahan dan kemudian mengeksponya untuk menjatuhkan kelompok tertentu,harus dijauhi.Disamping itu pula jangan membiarkan diri di interogasi orang lain.Kita harus menjaga amniyah (security) dari hal-hal yang tidak kita inginkan.
C. Ightiror bil jama’ah
Jangan sampai terhinggapi ightiror bil jama’ah (terbuai dengan kelompoknya).Anggota yang banyak,kemajuan yang dicapai dan kemudahan yang diberikan oleh Alloh belum menjadi jaminan keberhasilan.Kita menjadikan jama’ah sebagai wasilah (sarana) berdakwah,bukan ghoyah (puncak).Karena itu,kita tidak harus bersifat eksklusif,dengan menyalahkan kelompok ini dan itu.Ukhuwah harus kita bina dengan prinsip Husnudzdzon bil Muslimin (berbaik sangkan sesama ummat).
Semua itu adalah tugas,yang tidak lain adalah amanah yang semestinya dijalankan.Butuh kesiapan mental berupa keseriusan,kerelaan,pengorbanan dan tanggung jawab.Bila kita siap berikrar maka harus siap pula menerima konsekwensinya.Karena itu berazamlah dalam bertugas,dan bertawakkallah kepada Alloh sekaligus berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan konsekwensinya dalam rangka tugas.

Minggu, 23 Desember 2012

KEEP MOVING


KEEP MOVING
(TERUSLAH BERGERAK DAN BERKARYA)


حَرِّكْ يَدَكْ اُنْزِلْ عليك الرِزْقَ
“Gerakkan tanganmu, maka akan aku turunkan rizki atasmu”

Gerakkan tanganmu, dan teruslah berkarya, janganlah pernah berhenti, bukan karena berhenti akan memutus sumber rizki anda, bukan pula karena berhenti itu akan menghambat laju kemajuan anda, namun sesungguhnya alam mengajarkan bahwa anda tak akan pernah bisa berhenti. Meski anda berdiam diri disitu, meski anda tidur-tiduran, bumi tetap mengajak anda mengelilingi matahari. Maka, bergeraklah, bekerjalah, berkaryalah. Bekerja bukan sekedar meraih sesuatu, lebih dari itu, bekerja adalah memberi kebahagiaan diri, sebagai ungkapan rasa syukur, kepuasan hati atas nikmat yang anda peroleh,  itulah yang diharapkan oleh sang pengatur jagat raya.
Coba anda tengok Air yang tak pernah bergerak, dia akan cepat berbau dan busuk, mesin yang tak pernah dinyalakan akan mudah berkarat, lihatlah seluruh alam dan isinya mereka selalu bergerak dan bergerak, ambilah pelajaran darinya, teruslah bergerak, bekerja dan berkarya sepanjang masa. Penuh kreasi, penuh inovasi, atau anda ingin segera tua tanpa meninggalkan karya sama sekali dan tak berguna.
Teruslah bergerak, walau hanya memotong kayu, menimba air, atau hanya sekedar menyapu halaman, karena dalam gerak terdapat keberkahan tersendiri, dengan bergerak maka akan tersingkap sejuta rahasia.
قال الشيخ عَلِى الدَقاق - رضى الله عنه :
حَرَكاتُ الظَواهرِ تُوجِبُ بَرَكاتِ السرائِرِ .
“Gerakan-gerakan raga menyebabkan keberkahan pada rahasia-rahasia yang tersimpan”
Ketika orang lain berbicara sejuta bahasa, tetaplah anda kerja. Cangkulah sawah anda dan taburilah benih. Ketika orang lain berdiam tak tahu harus bersikap apa, teruskan kerja anda. Sirami dan airi biji-bijian dan tunas-tunas muda. Ketika orang lain saling tuding menuding, saling hasud menghasud, bekerjalah dalam istirahat anda. Sebab dunia bukanlah tempat untuk memanjakan diri, bukan pula bersantai ria.
Betapa bijak apa yang dikatakan oleh Abuya As-Sayid Muhammad Alawy Al-Maliky Al-Hasany.
قال أبوي السيّد محمّد علوى الملـكى – رحمه الله تعالى :
لا راحةَ فى الدنيـا .
“Tiada bersantai ria didunia ini”
Ketika orang lain terlelap dalam tidur nyenyak mereka, jangan putuskan kerja anda. Bekerjalah dengan penuh do’a dan harapan. “Semoga Ikhtiar ini menjadi kebaikan bagi anda, alam lingkungan anda atau segenap semesta”. Maka, ketika orang lain tergugah dari peraduannya, ajaklah mereka untuk berkerja dan berkarya. Bila mereka tak jua berkenan, jangan kecil hati, terulah berkerja penuh semangat. Apapun yang terjadi di muka bumi ini, sang mentari tak akan berhenti sedetikpun dari berkerja, dari tugasnya; menebarkan kehangatan ke seluruh galaksi, seluruh penjuru alam. Maka tak ada alasan yang lebih baik untuk keberadaan kita di sini, selain bekerja. Mengubah energi hangat mentari menjadi kebaikan semesta, mengubah segalanya menjadi berarti. Nilailah setiap hembusan nafas yang tanpa meninggalkan karya,  sebagai kerugian yang amat. Karena hal tersebut mensia-siakan waktu, mensia-siakannya sama halnya mensia-siakan anugerah Tuhan.
قال بعض الصالحين - رضى الله عنه :
من علامة المَقْتِ إضاعةُ الوقتِ
“Di antara tanda kemurkaan Alloh adalah mensia-siakan waktu”
Bukankah Nabi kita Muhammad SAW memberi motivasi pada umatnya, supaya selalu berkarya. Memanfaatkan waktu untuk mencari bekal esok hari. Sebagai mana dikatakan didalam Hadis:
“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya. Dan Beramalah untuk akhiratmu seolah-olah engkau mati esok hari” (HR. Tirmidzi)
Maka bekerjalah dengan memberi manfaat untuk dunia dan akhirat anda, pada alam sekitar anda, ukirlah nama anda dipapan kehidupan, catatlah dalam lembar sejarah kehidupan umat manusia “Orang paling kreatif” .
He he he.....

Minggu, 09 Desember 2012

BAHAGIA ADALAH SOAL RASA

 BAHAGIA ADALAH SOAL RASA
 KEBAHAGIAN adalah KONDISI PIKIRAN dimana kebanyakan pikiran menyenangkan. Kebahagiaan adalah KONDISI MENTAL, SIKAP MENTAL, dan bisa dipelajari. Jika anda ingin bahagia, anda harus bahagia, bukan karena sesuatu. Jadi kebahagiaan itu dihasilkan oleh keputusan anda, ide pikiran anda, dan sikap anda. Bukan oleh seatu objek dan bukan pula oleh kondisi lingkungan anda ataupun karena seseorang (kekasih, mungkin).
Sungguh merugi orang yang bahagia karena sesuatu yang diinginkannya tercapai, jika tidak, dia tidak akan bahagia. Begitu juga, jika dia hanya bisa bahagia karena lingkungan yang bagus,atau jika bersama dengan seseorang, maka, kebahagiaan dia akan terombang-ambing tergantung lingkungannya atau keadaan. Sementara kita tidak punya kuasa untuk mengubah lingkungan.
Anda akan lebih mudah menuntut pikiran anda untuk bahagia, ketimban mengubah lingkungan sekitar anda menjadi setimulasi kebahagiaan anda. Jangan pula MASALAH menjadikan penyebab anda tidak bahagia, karena jika demikian, anda tidak akan pernah merasakan yang namanya BAHAGIA di dunia ini, tidak ada orang yang bebas dari masalah .
مادُمْتَ في هذه الدارلاتَستغرِبُ وقوعَ الأكدار
“ Selama anda masih ada didunia ini , janganlah anda menganggap aneh dengan adanya kesusahan, permasalahan ”. Masalah adalah suatu keniscayaan di dalam dunia ini, masalah adalah teman hidup yang justru mendidik kita menjadi bijak dan dewasa. Semua mahluk yang hidup di dunia ini selalu memiliki masalah, hewan memerlukan makan, itu adalah masalah. Hewan terancam pemangsa, itu juga suatu masalah. Apa lagi manusia yang memiliki kehidupan yang sangat kompleks, wajar jika masalah selalu menyertai kita. Anda gagal mencapai tujuan, itu bukan karena sifat pribadi anda, anda masih memiliki kesempatan untuk berhasil. Berbahagialah karena anda mendapatkan pelajaran dari kegagalan itu.

KEBAHAGIAAN ADA DI BENAK-MU SHOBAT....

MULUTMU HARIMAUMU

 MULUTMU HARIMAUMU


Mengkritik itu mudah, karena melihat kesalahan orang lain itu gampang,. Namun kritik yang didasari oleh mencari-cari kesalahan orang lain tidak mungkin dapat
merubah keadaan. Anda tak perlu menghabiskan waktu dan tenaga anda untuk memberi penilaian apakah orang lain telah berbuat salah atau benar. Karena itu sangatlah mudah, yang sulit adalah melihat kesalahan diri sendiri .
• بل الإنسـانُ على نفسـهِ بصيرةٌ .

“Orang itu cenderung tau kelebihannya sendiri (dari pada kekurangannya)”
Untuk apa kita hobi menyibukkan diri dengan bersih-bersih atau benah-benah rumah orang lain, sementara rumah sendiri masih kotor, masih banyak debu yang menempel. masih banyak yang lobang pada atap ataupun tembok rumah kita. Atau bahkan sudah sampai pada tingkat bobrok.
Waspadailah bila anda begitu pandai mengkritik. Begitu gemar mencari kesalahan terhadap orang lain. Jangan-jangan anda tak mampu lagi melihat kebenaran. Jangan-jangan anda telah dibutakan oleh nafsu “merasa benar” anda Dan sebuta-butanya seseorang adalah mereka yang tak mampu menangkap cahaya kebenaran.
Dikatakan:
• مَن راقَبَ الناسَ مات غمّا .

“Barang siapa mengobservasi (meneliti) terhadap orang lain , maka dia akan mati dalam keadaan sumpek”
Sekali anda gembira, merasa puas karena dapat menemukan sebutir debu kesalahan orang lain, anda pasti akan tergoda untuk mendapatkan yang sebesar krikil, lalu sebesar batu atau yang lebih besar lagi, dan seterusnya. Hingga tanpa anda sadari, anda telah mengkonsumsi gunung kesalahan orang lain dalam kehidupan anda.
Dalam hikmah dikatakan:
• يَرَى الأحَدُ القِذَى فى عَيْنِ أخِيْهِ ولا يَرَى الجَـدْعَ فى عينِهِ

“Seseorang dapat melihat debu di mata saudaranya, akan tetapi bukit di depan mata sendiri tak kelihatan”
Dalam negeri sendiri juga kita dapati pribahasa yang senada:
“Kuman di seberang lautan tampak kelihatan, gajah di pelupuk mata tak kelihatan” .
• سلامة الإنسان فى حِفظ اللِسـان .

“Keselamatan seseorang itu terletak pada penjagaan mulutnya”
Sementara tujuan hidup seseorang adalah menjaga keharmonisan hubungan, baik hubungan terhadap Alloh maupun pada hambanya atau alam sekitar.
Bayangkan... hidup akan terasa indah jika kita mau berbagi kebahagiaan dengan orang-orang di sekitar kita. Senyum ramah dan manis akan selalu menghiasi setiap bibir yang kita temui. Sapaan yang akrap nan hangat akan sering terdengar di telinga kita. Keakeraban akan semakin dekat, sehingga semangat tolong menolong, bahu membahu dan kebersamaan begitu terasa. Hingga akhirnya terciptalah lingkungan yang gemah ripah lohjinawi, baldatun thoyyibaton.

KITAB YANG PERLU DIWASPADAI


 KITAB YANG PERLU DIWASPADAI

ولتمام الفائدة نذكر طائفة من الكتب التي انتشرت في عصرنا هذا, وقد شخت بالموضوعات لحذرها القارئون, فمن ذلك :
1.  كتاب الشهاب للقضاعي, فقد ذكر الصاغاني في الدر الملنقط أنه وقع فيه كثير من الأحاديث الموضوعة
2. كتب الحكيم الترمذي, كما ذكره ابن القيم, وابن أبي جمرة
3. كتب الواقدي كفتوح الشام
4. تفسير بن عباس المروي من الكذابين , كالكلبي والسدي ومقاتل كما ذكره السيوطي وابن تيمية
5. نزهة المجالس ومنتخب النفائس للصفوري فإنه مشحون بالموضوعات وبما لا أصل له من القصص والحكايات
6. تنبيه الغافلين
7. قرة العيون
8. مفرح القلب المحزون وهما (8,7) لأبي الليث السمرقندي كما ذكره الذهبي
9. قصص الأنبياء للثعلبي
10. درة الناصحين للخوبوي
11. بدائع الزهور في وقائع الدهور لابن إياس
12. الروض الفائق في المواعظ والرقائق للحريفيش كما ذكره الحوت البيروتي والبشير ظافر
13. وصايا الإمام علي كما ذكره الصاغاني
وغير ذلك من الكتب في المناقب وفضائل البلدان والملاحم والخواص الطيبة والأعمال الروحانية.
تنزيه الشريعة المرفوعة عن الأخبار الشنيعة الموضوعة
      لأبي الحسن علي بن محمد بن عراق الكناني